Ticker

6/recent/ticker-posts

Desain Bangunan Rumah Gadang

 



Oleh : Fichry Tri Syawal

Mahasiswa dari prodi Sastra Minangkabau

 

            Rumah menjadi sebuah tempat tinggal bagi makhluk hidup, seperti halnya dengan rumah adat adalah sebuat tempat tinggal tradisional yang memiliki unikan pada bentuknya ditiap-tiap daerah dan sudah ada sejak lama. Rumah gadang adalah rumah adat masyarakat Minangkabau yang beratap gonjong seperti tanduk kerbau. Bentuk atap yang bergonjong tinggi menjulang dan runcing, membuat rumah adat ini disebut dengan rumah bagonjong. Bentuk atap yang dibuat seperti tanduk kerbau dengan tujuan memperindah dan memperlihatkan lambang wilayah disana menang dalam pertarungan adu kerbau. Bentuk atap yang dibuat lancip,ternyata memiliki hubungan dengan lingkungan alam.

Wilayah Minangkabau yang berada pada alam bukit barisan, sehingga banyak mendapat curah hujan yang tinggi. Sedangkan atap hanya terbuat dari ijuk bukan seng sehingga jika dibuat tidak landai atau lancip maka resiko mudahnya air hujan merembes ke dalam rumah gadang. Hal ini juga beresiko pada bahan bangunan yang terbuat dari kayu, sehingga rentan rusak dan lapuk karena terkena hujan. Bagian-bagian dari rumah gadang terbuat dari kayu yang sudah melakukan proses olah perendaman selama kurang lebih seminggu. Rumah gadang memiliki tujuh ruang kamar, yang tiap ruang memiliki kegunaan masing-masingnya. Tiang-tiang rumah gadang tidak tertanam di tanah tapi bertumpu pada batu yang disusun kuat.

            Umumnya bentuk rumah gadang seperti persegi Panjang, namun memiliki dua tipe berdasarkan garis suku koto piliang dengan suku bodi chaniago. Suku koto piliang merupakan salah satu suku di Minangkabau yang dipimpin oleh Datuak Katumanggungan dengan sistem pemerintahan yang bersistem kerajaan. Wilayah berdirinya rumah adat dari koto piliang biasanya didaerah dataran tinggi. Pada rumah adat dari kaum koto piliang memiliki banyak gonjong yakni tiga ke kanan, tiga ke kiri, dan satu gonjong di depan serta satu gonjong dibelakang. Lain halnya suku bodi chaniago yang dipimpin oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang dengan sistem pemerintahan yang bersistem demokrasi. Wilayah berdirinya rumah adat dari bodi chaniago biasanya berada di dataran rendah. Rumah gadang suku bodi chaniago memiliki atap gonjong yang lebih sedikit yakni dua ke kanan, dua ke kiri, serta memiliki satu gonjong di depan dan satu gonjong di belakang.

            Rumah gadang atau rumah bagonjong di desain oleh seniman dalam hal bentuk, ukiran, bagian ruang, hingga atapnya. Rumah ini di desain tahan terhadap gempa, hal ini dikarenakan wilayah Minangkabau yang cukup rawan dan rentan terhadap goncangan dari bumi atau gempa. Keunikan dari rumah gadang atau rumah bagonjong terdapat pada pola bangunan yang tidak sama dengan rumah pada umumnya. Bentuk dasar bangunan rumah gadang sendiri seperti ruang segi empat dimana bagian atas mengambang sedangkan bagian bawah mengecil. Pada garis lintang dari bangunan rumah gadang atau rumah bagonjong memiliki lengkungan tajam dan landai. Pada bagian tengah ruang pada garis melintang lebih rendah dibandingkan dengan bagian pada sebuah titik. Pasa sisinya membentuk balok yang disambung terus sampai kebawah hingga bertemu pada sebuah titik. Pada bagian badan ruang rumah gadang terlihat seperti lengkungan pada badan kapal. Pembentukan pola badan bangunan rumah gadang sendiri, memiliki alasan tersendiri yang sudah turun temurun dibuat menyerupai bentuk lancang atau kapal.

Jika diperhatikan dengan teliti, tiap dinding dan bagian rumah gadang diukir sedemikian rupa, ada yang berbentuk seperti ukiran hewan (harimau, burung, dan lain sebagainya), dan ada yang berbentuk ukiran tumbuh-tumbuhan (bunga,daun-daunan). Hal ini tidak terlepas dari ide kreatif seniman pemahat kayu yang membuat dengan nuansa alam. Desain nuansa ala mini sendiri tidak terlepas dari falsafah orang Minangkabau yakni Alam Takambang Jadi Guru. Falsafah ini memiliki arti kita belajar dan hidup berdampingan dengan alam dan alam juga yang mengajarkan kita bagaimana menjalani hidup. Dirumah gadang memiliki lumbung yang berguna sebagai tempat menyimpan persediaan hasil panen seperti padi, jagung, gandum, dan lain-lain.

Rumah gadang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal kaum perempuan atau bundo kanduang, sebagai tempat mengadakan acara adat, serta tempat untuk musyawarah kaum. Umumnya rumah gadang ditempati oleh kaum perempuan, sedangkan laki-laki yang sudah beranjak dewasa tinggal di surau. Ketidakbanyakan laki-laki mengisi ruang rumah gadang sendiri  dikarenakan laki-laki Minangkabau sangat identik dengan merantau. Merantau menjadi ciri khas laki-laki Minang pergi keluar daerah atau wilayah tempat tinggalnya dengan tujuan ingin mengubah nasib dan ingin menambah ilmu pengetahuannya. Bagi laki-laki Minang, merantau menjadi tradisi untuk belajar mandiri, mencari kehidupan sendiri, serta merubah jalan hidupnya dengan merantau. Alasan lainnya karena jika bekerja dikampung dan terus mengharapkan pekerjaan dikampung yang umunnya hanya bertani, berladang serta nelayan maka kita tidak akan pernah sukses, tidak tau bagaiman mencari kerja dan mendapatkan hasil usaha sendiri.

Rumah gadang dijadikan tempat mengadakan acara adat karena ruang utama yang dibangun memanjang memuat banyak tamu yang hadir. Biasanya acara yang diadakan di rumah gadang seperti pengangkatan penghulu, acara pernikahan atau baralek, hingga acara kematian dilaksanakan di rumah gadang. Peran dan kegunaan rumah gadang saat itu sangat dibutuhkan masyakarat Minangkabau hingga kegiatan musyawarah pun diselenggarakan di rumah gadang. Banyak hal yang perlu kita jaga dan kita rawat terhadap rumah gadang ini, karena sekarang sudah mulai berkurang dan tidak begitu diminati oleh masyarakat Minangkabau. Desain yang terkesan rumit, serta bahan yang berkualitas membuat masyarakat sulit membangun rumah gadang yang lainnya.

 

 

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS