Ticker

6/recent/ticker-posts

Kalong Watansoppeng: Identitas Kota, Identitas Warga - Sebuah Resensi

 


Kalong Watansoppeng: 

oleh : hafizah fishiddiqah

 

Buku "Kalong Watansoppeng: Identitas Kota, Identitas Warga" karya Fitrawan Umar membawa kita pada petualangan menelusuri makna keberadaan koloni kalong di Watansoppeng, Sulawesi Selatan. Lebih dari sekadar hewan nokturnal, kalong-kalong ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kota dan warganya.

Bab pertama buku ini, "Kota Kecil yang Dibesarkan Zaman," membuka tirai dengan deskripsi suasana senja di Watansoppeng. Perpaduan suara azan Magrib dengan sorak-sorai kalong yang terbang meninggalkan sarangnya menghadirkan gambaran unik kota kecil ini. Pertanyaan tentang asal-usul dan alasan keberadaan kalong di pusat kota pun dimunculkan, mengundang rasa penasaran pembaca.

Fitrawan Umar kemudian menyelami sejarah panjang koloni kalong Watansoppeng. Dari legenda Raja La Temmamala yang menjalin perjanjian dengan kalong hingga cerita rakyat tentang peran kalong sebagai penanda bahaya, penulis mengantarkan pembaca pada pemahaman mendalam tentang hubungan erat antara kalong dan masyarakat setempat.

Lebih dari sekadar cerita rakyat, buku ini mengungkap peran penting kalong dalam menjaga keseimbangan ekosistem kota. Keberadaan mereka membantu mengendalikan populasi serangga, menghasilkan pupuk alami, dan bahkan menjadi daya tarik wisata yang unik. Tak hanya itu, Fitrawan Umar juga menyinggung berbagai isu dan tantangan yang dihadapi koloni kalong. Hilangnya habitat, perburuan liar, dan polusi menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup mereka. Di sinilah peran penting masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersinergi dalam upaya pelestarian.

"Kalong Watansoppeng: Identitas Kota, Identitas Warga" bukan hanya sebuah buku tentang kalong, tetapi juga tentang identitas, budaya, dan hubungan manusia dengan alam. Fitrawan Umar berhasil mengantarkan pembaca pada sebuah pemahaman baru tentang bagaimana manusia dan hewan dapat hidup berdampingan dalam harmoni.

 

Kekuatan Buku:

• Gaya bahasa yang lugas dan menarik, membawa pembaca seolah-olah berada di Watansoppeng.

• Riset mendalam tentang sejarah, budaya, dan ekologi kalong Watansoppeng.

• Menyoroti peran penting kalong dalam ekosistem dan budaya lokal.

• Mengangkat isu pelestarian kalong dan mendorong partisipasi masyarakat.

Kelemahan Buku:

• Kurangnya informasi tentang upaya pelestarian kalong yang telah dilakukan.

• Beberapa bagian terasa repetitif.

Kesimpulan:

"Kalong Watansoppeng: Identitas Kota, Identitas Warga" adalah bacaan yang direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam tentang kota Watansoppeng, budaya lokalnya, dan hubungan uniknya dengan koloni kalong. Buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka wawasan dan mendorong kita untuk lebih menghargai keanekaragaman hayati dan kelestarian alam.

Adaptasi Kalong di Lingkungan Urban:

Keberadaan kolong di pusat kota tentu menjadi fenomena yang tidak biasa. Ada baiknya Fitrawan Umar menjelaskan lebih dalam mengenai adaptasi yang dilakukan oleh kalong untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia di lingkungan urban. Misalnya, apakah ada pola migrasi khusus yang dilakukan oleh kalong Watansoppeng untuk mencari makan? Apakah ada suara bising tertentu dari aktivitas manusia yang mereka toleransi dan mana yang mengganggu? Penjelasan mengenai adaptasi ini akan semakin menambah kekayaan informasi dalam buku.

Upaya Pelestarian:

Walaupun tidak dibahas secara eksplisit, isu pelestarian kalong bisa jadi menjadi sorotan pembaca. Adalah wajar jika pembaca bertanya-tanya mengenai langkah konkret yang telah atau akan dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup koloni kalong. Fitrawan Umar mungkin bisa menyertakan wawancara dengan pihak pemerintah daerah atau komunitas lokal yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan. Informasi mengenai regulasi yang melindungi kalong atau program edukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga habitat kalong akan melengkapi gambaran mengenai upaya pelestarian yang sedang atau akan dijalankan.

Simbol Harmoni Manusia dan Alam:

Kisah kalong Watansoppeng tak hanya unik, tetapi juga sarat makna. Keberadaan mereka di pusat kota menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam. Fitrawan Umar bisa mengakhiri bukunya dengan mengajak pembaca untuk merenungkan konsep pembangunan berkelanjutan. Bagaimana seharusnya manusia membangun lingkungan hidupnya tanpa merusak ekosistem yang ada? Adakah kota-kota lain yang bisa belajar dari pengalaman Watansoppeng dalam hal hidup berdampingan dengan satwa liar? Dengan membuka ruang refleksi ini, Fitrawan Umar akan semakin menguatkan pesan yang ingin disampaikan dalam bukunya.

"Kalong Watansoppeng: Identitas Kota, Identitas Warga" bukan hanya sekedar buku tentang kalong, tetapi juga tentang identitas, budaya, dan hubungan manusia dengan alam. Fitrawan Umar berhasil mengantarkan pembaca pada sebuah pemahaman baru tentang bagaimana manusia dan hewan dapat hidup berdampingan dalam harmoni.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS