Oleh : Jihan Fadiyah mahasiswa universitas Andalas Padang
Pengobatan tradisional dengan menggunakan
tanaman obat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat di
Indonesia. Pengetahuan tentang tanaman obat ini diwariskan secara turun-temurun
melalui bahasa, dan terwujud dalam bentuk nama-nama tumbuhan yang unik dan
beragam. Kajian ekolinguistik terhadap nama-nama tumbuhan obat ini dapat
memberikan wawasan berharga tentang hubungan erat antara manusia, bahasa, dan
lingkungan.
Kajian Ekolinguistik
Ekolinguistik adalah cabang ilmu linguistik
yang mempelajari hubungan antara bahasa dan lingkungan. Dalam konteks tumbuhan
obat, ekolinguistik meneliti bagaimana bahasa mencerminkan pengetahuan dan
kearifan lokal masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat. Kajian ini dapat
dilakukan dengan menganalisis nama-nama tumbuhan obat, cara penamaannya, dan
makna yang terkandung di dalamnya.
Analisis Nama-Nama Tumbuhan
Obat
Nama-nama tumbuhan obat dalam bahasa Indonesia
umumnya memiliki makna yang deskriptif dan informatif. Makna tersebut dapat
merujuk pada ciri fisik, habitat, maupun khasiat obat dari tumbuhan tersebut.
Contohnya, nama "daun singkong" merujuk pada daun tanaman singkong
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, sedangkan nama "jahe" merujuk
pada rasa pedas dan menghangatkan yang khas dari tanaman jahe yang sering
digunakan untuk obat masuk angin.
Selain makna deskriptif, nama-nama tumbuhan
obat juga dapat mengandung nilai budaya dan kepercayaan masyarakat. Contohnya,
nama "kencur" dipercaya memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh
jahat, sedangkan nama "kembang sepatu" sering digunakan dalam ritual
adat.
Klasifikasi Tumbuhan Obat
Berdasarkan Nama
Berdasarkan cara penamaannya, nama-nama
tumbuhan obat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, seperti:
- Nama berdasarkan ciri fisik: Daun singkong, akar manis, kulit kayu
manis, daun pisang, bunga bawang, lidah buaya
- Nama berdasarkan habitat: Bunga air, eceng gondok, keladi air,
Kaktus, bunga Teratai
- Nama berdasarkan khasiat obat: Daun pepaya (untuk melancarkan
pencernaan), sambiloto (untuk menurunkan panas), kunyit (untuk meredakan
nyeri), Daun Sirih ( menurunkan gula darah
- Nama berdasarkan kepercayaan: Kencur, kembang sepatu, jengger ayam, jahe, kunyit, kapu lada,
Daun Jarak.
Kajian ekolinguistik terhadap nama-nama
tumbuhan Obat dalam pengobatan tradisional memberikan kontribusi penting dalam
memahami hubungan erat antara manusia, bahasa, dan lingkungan. Analisis
nama-nama tersebut dapat mengungkap pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat
tentang pemanfaatan tumbuhan obat, serta nilai budaya dan kepercayaan yang
terkandung di dalamnya. Pelestarian pengetahuan tradisional ini menjadi penting
untuk menjaga kelestarian budaya dan warisan leluhur, serta untuk mendukung
pengembangan pengobatan herbal di Indonesia.
Penelitian berjudul “ Bentuk Lingual
Nama-Nama Tumbuhan Obat dalam Pengobatan Tradisional di Nagari Muaro Kabupaten
Sijunjung: Kajian Ekolinguistik” oleh Azizah Nur (2022) meneliti nama-nama
tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional di Nagari Muaro,
Kabupaten sijunjuang, Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk:
- Menginventarisir nama-nama tumbuhan obat
yang digunakan dalam pengobatan tradisional di Nagari Muaro.
- Mendeskripsikan kognisi pengetahuan
masyarakat Nagari Muaro terhadap tumbuhan obat berdasarkan ciri-ciri dan manfaat.
Kajian ekolinguistik dilakukan untuk
mengeksplorasi hubungan antara bahasa dan ekologi, dalam hal ini bagaimana
bahasa mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat di lingkungan sekitar
mereka.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 102 spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan tradisional
di Nagari Muaro. Nama-nama tumbuhan obat tersebut memiliki bentuk yang beragam,
antara lain:
1. Nama Deskriptif: Yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tumbuhan obat, seperti Daun
Sirih, Akar Wangi, dan Bunga Lawang.
- Nama Metaforis: Yang menggunakan perbandingan dengan
benda lain, seperti Kaki Seribu, Lidah Buaya, dan Telinga Kelinci.
- Nama Fungsional: Yang menunjukkan fungsi atau kegunaan
tumbuhan obat, seperti Penurun Darah, Obat Sakit Perut, dan Pelancar Haid.
- Nama Budaya: Yang terkait dengan budaya atau tradisi masyarakat, seperti Daun
Salam,Daun Sirih, Kapulaga, dan Jahe.
Penelitian ini juga menemukan bahwa masyarakat
Nagari Muaro memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tumbuhan obat di
lingkungan mereka. Pengetahuan ini diturunkan dari generasi ke generasi dan
menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa nama-nama
tumbuhan obat di Nagari Muaro Menggambarkan akan pengetahuan masyarakat tentang
tumbuhan obat dan bagaimana memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk pengobatan
tradisional. Kajian ekolinguistik dapat membantu kita memahami bagaimana bahasa
dan ekologi saling terkait dan bagaimana bahasa dapat digunakan untuk
melestarikan pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat.
Penelitian ini memiliki beberapa dampak penting,
antara lain:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang kekayaan hayati dan budaya di Nagari
Muaro.
- Mendukung pelestarian pengetahuan tradisional tentang tumbuhan
obat.
- Mengembangkan pengobatan tradisional yang berbasis pada kearifan lokal.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan.
Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk
penelitian selanjutnya tentang tumbuhan obat di daerah lain di Indonesia.
0 Comments