Ticker

6/recent/ticker-posts

Kajian Ekolinguistik Lingual Nama-Nama Tumbuhan Obat di Nagari Muaro Kabupaten Sijunjuang

 

 

Oleh : Jihan Fadiyah mahasiswa universitas Andalas Padang 

 


Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat di Indonesia. Pengetahuan tentang tanaman obat ini diwariskan secara turun-temurun melalui bahasa, dan terwujud dalam bentuk nama-nama tumbuhan yang unik dan beragam. Kajian ekolinguistik terhadap nama-nama tumbuhan obat ini dapat memberikan wawasan berharga tentang hubungan erat antara manusia, bahasa, dan lingkungan.

Kajian Ekolinguistik

Ekolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara bahasa dan lingkungan. Dalam konteks tumbuhan obat, ekolinguistik meneliti bagaimana bahasa mencerminkan pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat. Kajian ini dapat dilakukan dengan menganalisis nama-nama tumbuhan obat, cara penamaannya, dan makna yang terkandung di dalamnya.

Analisis Nama-Nama Tumbuhan Obat

Nama-nama tumbuhan obat dalam bahasa Indonesia umumnya memiliki makna yang deskriptif dan informatif. Makna tersebut dapat merujuk pada ciri fisik, habitat, maupun khasiat obat dari tumbuhan tersebut. Contohnya, nama "daun singkong" merujuk pada daun tanaman singkong yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, sedangkan nama "jahe" merujuk pada rasa pedas dan menghangatkan yang khas dari tanaman jahe yang sering digunakan untuk obat masuk angin.

Selain makna deskriptif, nama-nama tumbuhan obat juga dapat mengandung nilai budaya dan kepercayaan masyarakat. Contohnya, nama "kencur" dipercaya memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh jahat, sedangkan nama "kembang sepatu" sering digunakan dalam ritual adat.

Klasifikasi Tumbuhan Obat Berdasarkan Nama

Berdasarkan cara penamaannya, nama-nama tumbuhan obat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, seperti:

  • Nama berdasarkan ciri fisik: Daun singkong, akar manis, kulit kayu manis, daun pisang, bunga bawang, lidah buaya
  • Nama berdasarkan habitat: Bunga air, eceng gondok, keladi air, Kaktus, bunga Teratai
  • Nama berdasarkan khasiat obat: Daun pepaya (untuk melancarkan pencernaan), sambiloto (untuk menurunkan panas), kunyit (untuk meredakan nyeri), Daun Sirih ( menurunkan gula darah 
  • Nama berdasarkan kepercayaan: Kencur, kembang sepatu, jengger ayam, jahe, kunyit, kapu lada, Daun Jarak.

Kajian ekolinguistik terhadap nama-nama tumbuhan Obat dalam pengobatan tradisional memberikan kontribusi penting dalam memahami hubungan erat antara manusia, bahasa, dan lingkungan. Analisis nama-nama tersebut dapat mengungkap pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat, serta nilai budaya dan kepercayaan yang terkandung di dalamnya. Pelestarian pengetahuan tradisional ini menjadi penting untuk menjaga kelestarian budaya dan warisan leluhur, serta untuk mendukung pengembangan pengobatan herbal di Indonesia.

Penelitian berjudul “ Bentuk Lingual Nama-Nama Tumbuhan Obat dalam Pengobatan Tradisional di Nagari Muaro Kabupaten Sijunjung: Kajian Ekolinguistik” oleh Azizah Nur (2022) meneliti nama-nama tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional di Nagari Muaro, Kabupaten sijunjuang, Sumatera Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Menginventarisir nama-nama tumbuhan obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional di Nagari Muaro.
  2. Mendeskripsikan kognisi pengetahuan masyarakat Nagari Muaro terhadap tumbuhan obat berdasarkan ciri-ciri dan manfaat.

Kajian ekolinguistik dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara bahasa dan ekologi, dalam hal ini bagaimana bahasa mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat di lingkungan sekitar mereka.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 102 spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan tradisional di Nagari Muaro. Nama-nama tumbuhan obat tersebut memiliki bentuk yang beragam, antara lain:

1.      Nama Deskriptif: Yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tumbuhan obat, seperti Daun Sirih, Akar Wangi, dan Bunga Lawang.

  1. Nama Metaforis: Yang menggunakan perbandingan dengan benda lain, seperti Kaki Seribu, Lidah Buaya, dan Telinga Kelinci.
  2. Nama Fungsional: Yang menunjukkan fungsi atau kegunaan tumbuhan obat, seperti Penurun Darah, Obat Sakit Perut, dan Pelancar Haid.
  3. Nama Budaya: Yang terkait dengan budaya atau tradisi masyarakat, seperti Daun Salam,Daun Sirih, Kapulaga, dan Jahe.

Penelitian ini juga menemukan bahwa masyarakat Nagari Muaro memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tumbuhan obat di lingkungan mereka. Pengetahuan ini diturunkan dari generasi ke generasi dan menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa nama-nama tumbuhan obat di Nagari Muaro Menggambarkan akan pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat dan bagaimana memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk pengobatan tradisional. Kajian ekolinguistik dapat membantu kita memahami bagaimana bahasa dan ekologi saling terkait dan bagaimana bahasa dapat digunakan untuk melestarikan pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat.

 

 

Penelitian ini memiliki beberapa dampak penting, antara lain:

a.       Meningkatkan pengetahuan tentang kekayaan hayati dan budaya di Nagari Muaro.

  1. Mendukung pelestarian pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat.
  2. Mengembangkan pengobatan tradisional yang berbasis pada kearifan lokal.
  3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya tentang tumbuhan obat di daerah lain di Indonesia.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS