Ticker

6/recent/ticker-posts

Analisis DNA sebagai Alat Pembantu Identifikasi Tumbuhan Lumut yang Sulit Dikenali

 


Oleh : Nurhasna dan Mildawati dari Departemen Biologi Universitas Andalas


Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang berukuran kecil yang belum mempunyai akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan lumut memiliki sekitar 16.000 spesies yang terdiri dari tiga kelas, yakni lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut sejati (Bryopsida). Tumbuhan lumut biasanya diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi yang dimiliki oleh tumbuhan lumut tersebut. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama di bidang genetika dan molekuler serta sulitnya identifikasi menggunakan karakter morfologi, maka digunakan analisis DNA dalam proses identifikasi tumbuhan lumut.

Identifikasi tumbuhan selama ini umumnya dilakukan oleh para ahli taksonomi dengan menggunakan penanda atau ciri-ciri morfologi. Hasil pengamatan morfologi di sesuaikan dengan koleksi spesimen tanaman (database) berdasar kunci-kunci taksonomi dari museum tanaman atau herbarium. Namun metode ini memiliki kekurangan yaitu hanya bisa diaplikasikan pada tumbuhan yang mempunyai organ morfologi yang lengkap, untuk tumbuhan dewasa serta memerlukan waktu yang cukup lama. Pada tumbuhan tingkat rendah salah satunya tumbuhan lumut memiliki ciri morfologi yang mikroskopis dan bagian-bagian yang sulit diamati karena kemiripan satu sama lainnya seperti bagian sporofit, arkegonium dam anteridium. Dengan demikian perlunya identifikasi menggunakan pendekatan molekuler dengan analisis DNA. Analisis DNA merupakan salah satu metode identifikasi tumbuhan dengan menggunakan DNA tumbuhan yang terdapat pada bagian inti sel, mitokondria dan kloroplas melalui berbagai metode baik itu metode PCR ataupun DNA barcoding.

Analisis DNA memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam identifikasi. Analisis DNA dilakukan dengan cara sampel yang didapatkan kemudian diisolasi dan diolah dengan menggunakan metode PCR dan dibandingkan dengan primer yang ada. Setelah itu akan muncul jenis spesies yang memiliki kemiripan DNA dengan sampel yang diuji. Hal ini tentu saja memudahkan dalam proses identifikasi jenis lumut yang biasanya sulit diidentifikasi karena ukurannya yang kecil sehingga sulit diamati. Salah satu contoh penggunaan analisis DNA untuk identifikasi lumut yaitu pada jurnal dengan judul “Differentiation in DNA fingerprinting and morphology among species of the pleurocarpous moss genus, Rhytidiadelphus (Hylocomiaceae)” yang dibublikasi oleh Alain Vanderpoorten, Lars Hedenäs,dan Anne-Laure Jacquemar pada tahun 2003. Berdasarkan jurnal tersebut disimpulkan bahwa dengan metode DNA fingerprinting techniques including inter simple sequence repeats (ISSR) dapat menjadi alternatif untuk membedakan spesies lumut yang berkerabatan dekat ketika urutan wilayah genome yang paling bervariasi yang secara tradisional digunakan pada taksonomi tingkat rendah.

Dengan menggunakan analisis DNA, para ahli taksonomi dapat terbantu untuk identifikasi tumbuhan terutama tumbuhan lumut yang sulit diidentifikasi. Hal ini tentu saja menimbulkan semangat untuk menggali potensi keanekaragaman sumber daya hayati yang ada. Dengan menggunakan analisis DNA juga memungkinkan teridentifikasinya spesies jenis baru.

Daftar Pustaka

Vanderpoorten, Alain., dkk. 2003. Differentiation in DNA fingerprinting and morphology among species of the pleurocarpous moss genus, Rhytidiadelphus (Hylocomiaceae). Willey Online Library. Vol. 52. p. 229-236.


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS