Ticker

6/recent/ticker-posts

“Yang lain kelaparan, tapi kok sampah makanan menggunung



Oleh : Anisa Rahman Rusiati 


Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga setiap orang akan berlomba lomba untuk mendapatkan makanan. Namun sifat konsumtif manusia menyebabkan masih banyaknya orang membuang-buang makanan. Sepertiga dari suplai makanan di dunia akan berakhir di tempat pembuangan. Padahal disisi lain masih banyak orang-orang diluar sana yang menderita kelaparan akibat tidak mendapatkan makanan.

     Banyak faktor yang mendasari menumpuknya sampah makanan ini tetapi yang paling utama adalah perilaku konsumtif manusia karena banyak makanan yang dibuang karena porsi memasak yang terlalu banyak. Kecenderungan untuk mengambil makanan melebihi porsi makan akan menyebabkan makanan tersebut bersisa dan tidak habis, sehingga sisa makanan akan dibuang. Apabila hal ini terus menerus terjadi maka akan menjadi tumpukan sampah makanan dengan jumlah yang banyak. Hal ini akan sangat berbanding terbalik dengan orang-orang diluar sana yang sangat kekurangan makanan. Namun cara mengubah perilaku impulsif tidak semudah membalikan telapak tangan, walaupun masyarakat sudah mengetahui permasalahan penumpukan sampah makanan. 

      Menurut WHO penyebab lain banyaknya sampah makanan adalah terbuang pada saat melakukan proses produksi panen, penyimpanan dan juga pada saat mengolah, mengirim, dan mengonsumsi. Teknik panen yang buruk, penyimpanan dan fasilitas pendingin yang tidak memadai, serta kurangnya infrastruktur untuk transportasi dan pemasaran makanan menyebabkan banyak sampah makanan akibat bahan makan keburu membusuk sebelum sampai dikonsumsi. Pada pertanian, kurang optimalnya kondisi lahan pertanian menyebabkan banyak hasil panen yang rusak sehingga banyak yang terbuang akibat tidak memenuhi standar di pasaran. Penyimpanan dan pengiriman hasil panen yang kurang baik seperti dibiarkan di tempat yang terlalu panas atau terlalu lembab maka mudah rusak atau membusuk dan nantinya akan menambah jumlah sampah makanan.

     Perilaku konsumtif dan suka membuang-buang makanan juga turut membuang-buang sumber energi yang digunakan dalam pengolahan dan produksi makanan. Ecological footprint yang ditimbulkan dari pengolahan makanan yang dijadikan sampah itu juga tinggi dan dapat merusak lingkungan. Ecological footprint merupakan suatu cara untuk membandingkan gaya hidup seseorang dan memeriksa kemampuan alam dalam menyediakan konsumsi yang diminta. Jika tinggi nilainya maka akan berdampak buruk bagi lingkungan karena akan menambah beban ekologi yang diberikan ke lingkungan.

        Sampah makanan juga melepas gas metana atau gas rumah kaca. Pelepasan gas metana menyebabkan tertahannya cahaya matahari yang masuk ke bumi tak heran jika data menunjukkan bahwa sisa makanan berkontribusi pada 20% emisi gas rumah kaca global. Hal ini terjadi akibat adanya pembusukan oleh mikroorganisme yang mengeluarkan gas metana. Jadi semakin banyak tumpukan sampah makanan yang ada maka semakin tinggi emisi yang dihasilkan. 

     Jadi akibat kita yang suka membuang-buang makanan kasarnya kita juga turut membuang-buang sumber energi yang digunakan dalam proses produksinya. Lebih buruknya lagi selain kita membuang sia-sia makanan yang sebetulnya bisa dimanfaatkan bagi orang-orang yang masih kelaparan, sisa makanan kita juga berkontribusi dalam peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer ketika membusuk. Jadi cara pencegahan yang bisa kita lakukan adalah menyimpan dan mengolah bahan pangan yang masih layak. Jika masih ada makanan yang tersisa sebaiknya jangan langsung dibuang, namun dapat diolah lagi. Selain itu, jika ada bahan pangan yang sudah tidak layak lagi seperti buah yang sudah terlalu matang, dapat diolah menjadi jus. Selain itu makanan sisa dapat juga didaur ulang menjadi pupuk. Sehingga makan sisa tidak terbuang begitu saja ke lingkungan, namun dapat dimanfaatkan lagi menjadi hal yang lebih bermanfaat.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS