Penulis : Lusi Rahma Yani
Pertanian berkelanjutan
merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan
ketahanan pangan suatu daerah. Kolaborasi antara mahasiswa Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Universitas Andalas (UNAND) dengan kelompok tani di Jorong Lubuk Aur dan
Karyatama merupakan contoh nyata upaya memajukan pertanian berkelanjutan di
masyarakat.
Mahasiswa KKN UNAND
bekerja sama dengan kelompok tani di Jorong Lubuk Aur dan Karyatama dalam
rangka meningkatkan kualitas pertanian dan mendorong praktik-praktik
berkelanjutan. Kolaborasi ini melibatkan pertukaran pengetahuan antara mahasiswa
yang memiliki akses terhadap ilmu pengetahuan modern dengan petani yang
memiliki pengalaman dalam praktik pertanian tradisional.
Salah satu langkah
penting dalam praktik pertanian berkelanjutan adalah pembuatan kompos.
Mahasiswa KKN UNAND bekerja sama dengan kelompok tani dalam membangun tempat
pengomposan yang efisien. Sisa-sisa tanaman dan limbah organik lainnya diolah
menjadi kompos yang kaya nutrisi. Kompos ini kemudian digunakan sebagai pupuk
organik untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan.
Kolaborasi antara mahasiswa KKN UNAND dengan kelompok
tani di Jorong Lubuk Aur dan Karyatama merupakan contoh nyata bagaimana
pendidikan tinggi dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Upaya
ini tidak hanya memberikan manfaat bagi petani dan masyarakat lokal, tetapi
juga mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam solusi nyata terhadap
permasalahan lingkungan dan pertanian. Dengan terus mengembangkan kolaborasi
semacam ini, kita dapat mempercepat langkah menuju pertanian yang lebih berkelanjutan
dan menguntungkan semua pihak.
Alat yang diperlukan dalam pembuatan kompos limbah
sampah yaitu ember, parang/pisau, cangkul, tali rafia, terpal hitam, dan
gembor. Sedangkan bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos limbah sampah sampah
sayuran, pupuk kandang, EM4, 1 ons gula merah, dan air secukupnya.
Langkah-langkah
Pembuatan Kompos :
1. Sampah
sayuran dari limbah sampah pasar atau rumah tangga yang telah dikumpulkan
sebelumnya, kemudian dicacah menjadi bagian-bagian kecil dengan ukuran kurang
lebih 5 cm. Tujuan dilakukan pencacahan yaitu untuk mempercepat proses
dekomposer atau pembusukan oleh mikroorganisme.
2. Selanjutnya
larutkan EM4 pada ember yang sudah berisi air dengan perbandingan, 1 tutup
botol untuk 5 liter air bersih. Kemudian ditambahkan dengan gula merah sebanyak
1 ons yang sudah dipotong kecil-kecil. Cairan ini harus ditempatkan pada suhu
ruang terhindar dari matahari langsung agar mikroorganisme tidak mati.
3. Selanjutnya,
bentangkan terpal hitam di atas lantai dan sisakan bagian untuk menutup kompos
nantinya.
4. Kemudian,
tumpuk dan susun bahan atau cacahan sampah sayuran kemudian lapisi dengan pupuk
kandang dan siram dengan larutan yang telah dibuat sebelumnya. Ulangi kegiatan
tersebut sampai 4 lapisan dengan ketebalan 10-15 cm tiap bahannya.
5. Setelah
itu, tutup kembali dengan sisi terpal hitam yang disisakan sebelumnya.
Sekeliling diberi batu sebagai pemberat dengan tujuan agar tidak ada udara yang
masuk. Jika ada udara yang masuk bisa ditandai dengan aroma asam dan pupuk
kompos otomatis akan gagal.
6. Sesekali
cek kompos, jika kompos terlalu kering tambahkan air secukupnya dan kompos juga
perlu dibalik setiap minggunya.
7. Setelah
beberapa minggu kompos berada dalam tahap pematangan (seperti tanah) kemudian
biarkan 1 minggu lagi untuk pematangan. Kemudian yang sudah matang kemudian
dikering anginkan, dikemas dan siap untuk diaplikasikan.
Inisiatif pembuatan
kompos bersama kelompok tani di Jorong Lubuk Aur dan Karyatama merupakan contoh
nyata bagaimana upaya sederhana dapat berdampak besar pada lingkungan dan
pertanian lokal. Semoga inisiatif ini dapat menginspirasi komunitas lain untuk
berpartisipasi dalam praktik yang berkelanjutan demi masa depan yang lebih
baik.
0 Comments