Oleh : Fadila Deliankar
Sastra Daerah Minangkabau
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Pasar senggol yang terletak di blok B, Gunung Medan, Dharmasraya ini merupakan pasar yang hanya buka pada hari Minggu saja, pada pukul 07.00 sampai 14.00 berbeda dengan pasar yang kita ketahui pada umumnya yang buka setiap hari.
Berbagi macam barang-barang yang dijual seperti bahan masakan ,pakaian, hingga jajanan tradisional ada. Jajanan tradisional Dharmasraya banyak ragamnya sehingga memiliki keunikan tersendiri, dan tentu saja rasanya tidak diragukan lagi. Harganya juga sangat terjangkau, mulai dari 1000 per pics sampai 15000 an. Banyak pengunjung yang berkunjung untuk mencoba jajanan tradisional Dharmasraya ini.
Namun, yang membuat pasar senggol unik adalah adanya tradisi “senggolan”.
Senggolan adalah ketika pengunjung secara tidak sengaja menabrak orang lain saat berjalan di antara kerumunan orang di pasar senggol. Namun, dalam tradisi pasar senggol, senggolan dianggap sebagai tanda kasih sayang. Saat senggolan terjadi, orang yang menabrak akan segera meminta maaf dan menawarkan makanan atau minuman kepada orang yang ditabrak sebagai tanda permintaan maaf. Orang yang ditabrak kemudian akan menerima makanan atau minuman tersebut sebagai tanda bahwa permintaan maaf telah diterima.
Tradisi senggolan ini dilakukan sebagai cara mempererat hubungan sosial antara pengunjung di pasar senggol. Selain itu, tradisi senggolan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman unik saat berada di pasar senggol.
Pasar senggol menjadi upaya untuk meningkatkan geliat bisnis kecil. Acara yang dikemas seatraktif mungkin dengan berbagai seni pertunjukan dan demo masak diharapkan akan mengundang sebanyak-banyaknya pengunjung dan menjadi kesempatan bagi para pelaku UKM untuk menawarkan produk-produk mereka dan terus mengembangkan usaha mereka di kemudian hari.
Jumlah wirausahawan Indonesia memang masih tertinggal, dengan persentase 0,43 persen dari total populasi. Hal ini tercatat pada Maret 2015 lalu, menurut Menteri Koperasi dan UKM, A.Ag.N Puspayoga. Angka ini kalah dibandingkan negara tetangga Malaysia yang jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari populasi dan Thailand yang wirausahanya mencapai 3 persen dari total populasi. Hal ini sangat disayangkan mengingat keahlian orang Indonesia mengolah makanan sangatlah tinggi. Lebih dari itu, kuliner Indonesia sendiri amat beragam dan memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga semakin dikenal luas oleh masyarakat dunia.
0 Comments