Ticker

6/recent/ticker-posts

MAULUIK NABI DI DAERAH PARIAMAN


 MAULUIK NABI DI DAERAH PARIAMAN

OLEH : HUSNA FADILLA HANDESYA

MAHASISWI SASTRA MINANGKABAU

UNIVERSITAS ANDALAS

Perayaan maulid nabi yang dikenal dengan “Dikie Maulid”, adalah sebuah tradisi masyarakat Padang Pariaman untuk merayakan kelahiran nabi Muhammad (SAW). Perayaan ini mmerupakan kegiatan rutin yang dipercaya memiliki nilai-nilai etis dan estetis, sehingga menjadi sebuah ritual keagamaan masyarakat tersebut. Salah satu prosesi dari setiap acara maulid nabi yang diselenggarakan masyarakat Padang Pariaman adalah malamang baik tingkat nagari atau suku/kaum. Kegiatan malamang berkaitannya erat dengan setiap kegiatan maulid nabi , dengan arti kata kalua tidak ada kegiatan malamang maka kegiatan maulid nabi tidak dilaksanakan. Ibuk-ibuk sekitar membuat lemang Bersama-sama, pembuatan lamang dimulai pukul 11.00. dimulai dengan mempersiapkan talang(buluah), daun pisang,santan, merendam pulut, dan lain-lain. Dengan menyumbangkan beras sipuluik lalu membuat nya di satu rumah lalu di bawa ke masjid dan membagikan lemang tersebut kepada warga sekitar setelah acara mandoa.

Membuat lemang tersebut sudah menjadi tradisi setiap acara mauluik nabi. Selain lemang ada juga yang membawa jamba, pada acara ini ada mempunyai sesi-sesi membawa jamba, ada yang membawa jamba pagi,siang dan sore. Jamba tersebut diletakan di dalam masjid yang disusun dengan rapi. Lalu mengadakan badikie dan mandoa Maulid nabi. Setelah selesai mandoa jamba-jamba tersebut di buka dan orang-orang atau masyarakat setempat memakan jamba tersebut.

Pada jamba tersebut berisi sambal, buah-buahan, nasi bungkus dan ada juga tidak nasi bungkus atau nasi yang letaknya dalam dulang yang di bungkusi kain perca, begitu juga dengan jambanya.

Jenis-jenis sambal di dalamnya terdiri dari :

1. Ayam songgeang dalam Bahasa Pariamannya (ayam yang diberi mie di atasnya dan pakai gulai toco/gulai putih)

2. Pangek lauak (asam padeh)

3. Telur mata sapi

4. Rendang

5. Ayam goreng

6. Ayam gulai

7. Ikan bakar

8. Ikan goreng

9. Ikan gulai

10. Mie goreng

11. Terong goreng, dan lain lain

Sambalnya disusun ke dalam piring, lalu piring tersebut disusun ke dalam jamba, lalu di tungkus menggunakan kain untuk menutup jamba, diatas jamba yang sudah di tungkus diberi kain perca yang dominan warna merah, kalau nasi diletakkan di atas dulang yang di tutup menggunakan tudung saji dan diatas tudung saji itu juga di beri kain perca yang dominan berwarna merah tersebut. Sebelum maulid dimulai, misalnya maulid nabi di adakan hari jum’at, pada saat malam jum’at itu lah acara di mulai, kalau dalam Bahasa Pariamannya “Patang Naiak Acara Maulid Nabi”.

Malamang dapat dikatakan metode yang digunakan oleh Syekh Burhanuddin dalam menyebarkan agama islam untuk mengajarkan agama Islam untuk mengajarkan perbedaan makanan halal dan haram kepada masyrakat di Kabupaten Ulakan pada saat itu. Hingga akhirnya malamang menjadi sebuah tradisi masyarakat Minangkabau, khusus nya daerah Pariaman yang rutin dilakukan oleh masyarakat pada acara-acara yang berkaitan dengan agama islam, termasuk perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. kegiatan malamang dalam jumlah besar hanya dilakukan pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Tradisi malamang menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat di Sumatera Barat, khususnya daerah pesisir seperti Padang Pariaman yang mayoritas beragama islam. Malamang diadakan setiap tahun pada saat perayaan Maulid Nabi atau Maulud , baik menjelang Maulud , maupun setelah Maulud . di beberapa daerah , malamang juga dilaksanakan pada kegiatan kematian, seperti mandoa, tujuh hari, empat puluh hari, serratus hari kematian salah satu anggota keluarga yang meninggal.

Di kanagarian Sintuk Toboh Gadang, Padang Pariaman tradisi malamang pada acara peringatan kematian hingga saat ini masih dilaksanakan, untuk mempertahankan tradisi tersebut di kehidupan masyarakat Sintuk Toboh Gadang di setiap suku harus memiliki surau. Di setiap surau kaum tersebut terdapat imam, labai, khatib, dan bilal yang merupakan tokoh masyarakat yang bertanggung jawab dalam melaksanakan aktifitas dalam upacara peringatan kematian atau tradisi kematian. Di dalam tradisi kematian lamang adalah salah satu makanan tradisional yang wajib ada. Jumlah lamang yang dimasak pada masing-masing tahapan memiliki perbedaan. Yaitu, pada acara manigo hari (terhitung 3 hari setelah kematian) jumlah lamang yang dimasak hanya 3-5 batang. Dalam masyarakat Sintuk Toboh Gadang, malamang dikenal sebagai istilah lamang ka untuak syariek se ( hanya untuk syarat saja). Istilah ini memiliki pengertiannya yaitu dengan keberadaan bahwa lamang hanya untuk proses manigo hari saja (peringatan hari ketiga) karena setiap orang tidak akan membawa lamang itu ke rumah masing-masing. Ketiga jenis lamang ini harus ada dan diberikan kepada orang siak : alim ulama, bilal, khatib dan imam (orang yang tinggi ilmu agama) mereka merupakan orang-orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembacaan do’a, oleh sebab itu orang tersebut mendapatkan perhatian yang lebih dalam di setiap acara di kanagarian Sintuk Toboh Gadang.

​Kebutuhan lamang semakin banyak seiring dengan hitungan hari yang digunakan dalam acara puncaknya yaitu ketika manyaratuih hari ( 100 hari ) pada saat itu jumlah lamang yang di masak bisa mencapai dengan 30-100 batang. Hal tersebut berkaitan dengan jumlah orang yang diundang dalam acara tersebut. Dalam tradisi masyarakat Sintuk Toboh Gadang, acara kematian memiliki makna tersendiri yaitu merupakan untuk memperat tali silahturahmi antara sanak saudara, ipar dan bisan. Oleh karena itu, seluruh pihak saling berkunjung dan membantu. Tradisi tersebut masih dilaksanakan hingga saat sekarang ini.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS