Ticker

6/recent/ticker-posts

Bagaimana konservasi memandang tradisi bakaua (berkaul) adat Sijunjung


Nama : Fadhilah Firjatullah

Pekerjaan: Mahasiswa Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Andalas



Bakaua adat (berkaul) adat adalah satu-satunya tradisi yang hanya ada di Kab. Sijunjung, Sumatra Barat. Bakaua adat sendiri merupakan tradisi dalam menentukan waktu turun ke sawah atau waktu tanam serta bentuk rasa syukur masyarakat Sijunjung atas hasil panen sebelumnya dan juga prosesi menolak bala. Tradisi bakaua adat hampir dilaksanakan oleh setiap kecamatan/kenagarian yang ada di Kab. Sijunjung. Selain itu acara bakaua adat merupakan bentuk terimakasih masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diberikan serta bentuk do’a untuk hasil panen yang lebih banyak di masa yang akan datang. Acara bakaua adat ini pastinya juga menjadi ajang untuk menjalin silaturahmi antar sesama, dan lebih mengeratkan hubungan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Silaturhami antar lapisan masyarakat akan sangat terlihat menjelang dilakukannya acara bakaua adat ini. Pasalnya para ibu-ibu atau bundo kanduang akan bersama-sama membuat lamang (malamang), para bapak-bapak akan melakukan goro membersihkan lingkungan setempat, serta anak-anak akan ramai disekitar tempat malamang. Suasana ini memiliki ciri khas dan atmosfer yang unik dan hangat, dan menjadi momen yang paling dirindukan dan dinanti-nantikan oleh semua lapisan masyarakat. Karena sebelum acara bakaua adat dilakukan semua lapisan masyarakat akan bersosialisasi, dan berinteraksi satu sama lain seperti tanpa sekat.

Pada saat acara bakaua adat para bundo kanduang akan berbaris panjang dan melakukan arak-arakan sambil membawa jamba (dulang yang berisikan makanan) di atas kepalanya yang ditutup dengan kain panjang. Para bundo akan menggunakan pakaian khusus berupa baju kuruang (baju basibah) dengan bawahan sampiang (kain bawahan yang dipakai kaum bundo kanduang saat tradisi bakaua dilaksanakan). Arak-arakan ini nantinya akan berujung di satu tempat (balai desa) yang bisa menampung banyak orang. Arak-arakan ini juga bisa berujung di masjid, atau suatu tempat yang bisa menampung banyak orang, ini tergantung kesepakatan para niniak mamak. Jamba yang dibawa bundo kanduang tadi akan dibuka dan hidangkan untuk acara selanjutnya yaitu makan bajamba bersama niniak mamak, alim ulama, dan juga cadiak pandai dari perwakilan setiap suhu yang ada di kanagarian tersebut. Namun sebelum acara makan bajamba dimulai, terlebih dahulu dilakukan do’a bersama, yang merupakan bagian sakral dari acara bakaua adat yang berisi ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta harapan untuk keberkahan hasil padi yang telah di panen dan untuk hasil panen berikutnya.

Nah dari gambaran kasar acara bakaua adat di atas, sangat terlihat bahwa masyarakat minangkabau yang ada di daerah Sijunjung khususnya sangat religius, dan melibatkan tuhan untuk setiap aktivitasnya. Namun terlepas dari rangkaian inti bakaua adat, proses bakaua adat biasanya juga memiliki acara hiburan. Acara yang sangat dinantikan oleh banyak orang. Acara hiburannya bisa berupa permainan bola dangdut, dan juga panjat pinang. Acara hiburan ini nantinya akan di adakan di tanah lapang dan juga bisa dilakukan di sawah yang sudah dipanen. Acara ini diadakan di tempat yang luas agar semua lapisan masyarakat dapat datang dan menikmati acara. Selain dipenuhi oleh masyarakat yang ingin menyaksikan acara hiburan, lapangan juga akan dipenuhi oleh para pedagang makanan atau minuman, yang siap menjemput rezekinya.

Setelah acara hiburan selesai akan terlihat satu masalah yang muncul. Acara bakaua adat yang sebelumnya bertujuan untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akan sedikit bergeser dari tujuan intinya. Masalah yang biasanya timbul adalah sampah yang mencemari dan mengotori lapangan tempat acara hiburan dilakukan. Maslaah ini muncul akibat kurangnya keasadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya, Masalah sampah yang muncul seperti merusak sakralnya acara bakaua adat yang dilakukan.

Sampah yang timbul biasnaya berupa sampah plastik, yang susah diurai. Dan jika terus dibiarkan akan menumpuk dan membuat tanah tercemar, dan kehilangan unsur haranya. Tanah yang tercemar sampah ini akan susah ditumbuhi oleh tumbuhan dan membuat lingkungan menjadi gersang. Sampah plastik yang menumpuk ini lama-kelamaan akan tertimbun tanah seiring dengan proses yang terjadi akibat hujan ataupun akibat aktivitas manusia. Jika aktivitas ini diteruskan maka akan semakin memperburuk kualitas tanah , dan akan susah untuk membuatnya menjadi tanah yang sehat yang mengandung banyak unsur hara kembali. Sampah yang menumpuk di permukaan tanah, juga bisa terbawa hujan menuju selokan atau badan air lainnya yang sewaktu-waktu bisa membuat badan air seperti sungai dan selokan tersumbat. Dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan banjir saat curah hujan meningkat.

Dampak panjang akibat kebiasaan ini akan terlihat bertentangan dengan tujuan utama dari diadakannya acara bakaua adat. Acara yang awalnya bertujuan untuk menunjukkan rasa syukur malah berujung pada musibah. Memang musibah ini tidak terjadi secara instan, namun lambat laun jika kebiasaan ini terus dilakukan masyarakat dan masyarakat tidak merubahnya. Musibah yang ditakutkan ini bisa terjadi. Dan akan berdampak panjang pada sektor kehidupan masyarakat. Bahkan gagal panen pun akan terjadi saat musibah ini terjadi. Selayaknya masyarakat harus lebih meningkatkan kesadaran dan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar, dan menjadikan acara sakral ini sebagai momentum bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS