Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Makan Bajamba di Minangkabau



Oleh Sri Handayani 

Mahasiswa jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas 

 

Di Minangkabau terdapat beragam tradisi yang menarik untuk di bahas, salah satunya tradisi makan bajamba. Makan bajamba atau biasa disebut makan barapak merupakan suatu tradisi atau kebiasaan masyarakat Minang duduk bersama-sama dilesehan dan makan bersama. Bajamba dapat diartikan seperti satu hidangan dan makan secara bersama-sama begitu juga dengan duduk sama rata. Makan Bajamba adalah contoh tradisi dari daerah Sumatera Barat, yakni duduk bersama di suatu ruangan, berkumpul kemudian Makan bersama-sama. Tradisi ini ditujukan untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama manusia, dan juga sebagai bukti keakraban di suku Minang.

 


    Dalam tradisi ini juga mengandung unsur keagamaan di karenakan makan bajamba ini sudah ada sejak di zaman rasulullah SAW. Tradisi Makan Bersama ini telah ada sejak abad ke-7 Masehi, dan pertama kali dilakukan di daerah Koto Gadang, di Luhak nan tangah, yang sekarang kita kenal dengan Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Budaya ini mengikuti sunnah Rasulullah Saw yang ketika makan selalu bersama-sama. Jika dilihat dari sejarah, upacara adat Makan Bajamba ini sesuai dengan Teori Makkah yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7, melalui perantara pedagang-pedagang Arab di semenanjung Sumatera. Dapat diketahui bahwa makan bajamba ini sangat dianjurkan dalam Islam maupun adat Minangkabau.


   Tradisi ini biasa dilakukan pada acara perhelatan dan lain sebagainya. Tradisi ini akan dilakukan setelah acara-acara adat selesai diselenggarakan, seperti ketika pesta perkawinan, pengangkatan penghulu, acara-acara besar agama Islam dan lain sebagainya. Tradisi Makan Bersama berbentuk melingkar yang terdiri dari 3-7 orang, kemudian nasi dan lauk pauk diletakkan di tengah. Penyelenggaraan tradisi ini memiliki makna tersendiri yang dalam dan penuh arti. Bisa saja dalam 1 jamba makanan, kita kadang duduk melingkar dengan orang-orang yang tidak kita kenal. Sehingga, memunculkan rasa kebersamaan tanpa memandang status maupun gender.


   Kali ini membahas mengenai apa itu arti dari kata Jamba . Jamba adalah Dulang. Dulang ini terbuat dari anyaman daun, di bawa oleh kaum perempuan di atas kepalanya, ditutup dari tudung saji yang terbuat dari anyaman daun enau, dan diatasnya dilampiri dengan dalamak, kain bersulam benang emas. Perempuan itu membawanya sampai ke tempat kegiatan dilakukan. Acara ini biasanya diadakan di dalam ruangan besar / aula / gedung, dan diikuti mulai dari puluhan hingga ribuan orang. Setelah sampai ke tempat tujuan, Jamba diletakkan di tiap-tiap lingkaran orang, setiap lingkaran mempunyai 1 hamba ditengah-tengahnya.


     Di atas jamba itu, ada pinggan nasi, dan piring-piring yang berisi berbagai jenis makanan khas Minangkabau untuk disantap bersama-sama. Sebelum ajang santap dimulai, biasanya didahului dengan berbagai acara kesenian, seperti tarian daerah, berbalas pantun dan pembacaan ayat suci Al-Quran. Untuk menu hidangannya, dikenal dengan nama “Samba Nan Salapan”, yakni 8 jenis makanan, diantaranya gulai ayam, rendang, asam padeh (anyang), gulai babat (paruik lauak), karupuk tunjuk balado, terung buat digoreng pakai cabe, pergedel, dan ikan pang.


    Perayaan Tradisi Makan Bajamba terbesar yang pernah dilakukan adalah ketika ulang tahun kota Sawahlunto yang ke-123. Peserta yang mengikutinya adalah berjumlah lebih dari 16 ribu orang, hingga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai ajang makan bersama terbanyak dan terpanjang. Meski hanya berupa makan bersama, namun nyatanya tradisi ini mempunyai beberapa adab yang kemudian menjari aturan-aturan yang wajib dipenuhi. Ini juga termasuk upaya dalam menjaga keberadaan dan melestarikan tradisi Makan Bajamba di Minangkabau. Adab-adab dalam tradisi ini secara umum mengikuti ajaran Islam.


   Pentingnya etika dalam Islam juga dijalankan adat Minang seperti mendahulukan orang yang lebih tua. Orang yang lebih muda harus mendahulukan yang lebih tua untuk mengambil makanan, sebagai penghormatan kita kepada orang yang lebih tua, yang tentunya juga lebih dahulu merasakan asam dan garam dalam kehidupan. Adab dalam Makan Bajamba selanjutnya adalah, kita hanya bisa mengambil makanan yang ada di hadapan kita saja, dilarang untuk mengambil jatah dari lingkaran orang lain. Jika di lingkaran kita sudah habis, artinya makan selesai. Ini bermakna rasa syukur atas nikmat yang diberikan, dan jangan rakus jadi orang.

 


    Cara menyuap nasi ketika melangsungkan tradisi ini juga berbeda. Ketika makan, kita hanya boleh mengambil satu suap kemudian diikuti dengan lauk pauknya. Kemudian, nasi dimasukkan ke dalam mulut dengan cara sedikit dilempar dari jarak dekat. Tangan kiri menampung untuk mengantisipasi nasi terjatuh ke bawah. Selain menghindari nasi tercecer, aturan ini juga supaya orang lain tidak menjadi jijik karena ada nasi yang terjatuh. Sehingga, nasi itu harus segera kita ambil dengan tangan kanan, kemudian dimasukkan kembali ke mulut kita. Untuk posisi duduk, punggung kita juga harus tegap, tidak membungkuk. Terdapat sedikit perbedaan tentang cara duduk ketika Makan Bajamba bagi kaum pria dan wanita. Untuk pria, mereka harus duduk bersila (Baselo) dengan badan yang tegap. Sedangkan kaum wanita, duduk makan dengan cara bersimpuh, yakni selayaknya duduk diantara dua sujud pada gerakan sholat.


    Dalam makan bajamba tidak ada makanan tersisa a karena kalau tersisa itu sama saja dengan mubazir membuang-buang nasi maka semua makanan yang ada dalam Jamba pada tiap-tiap lingkaran wajib dihabiskan, tidak ada yang boleh tersisa meskipun hanya sebiji nasi atau sekeping lauk. Semuanya harus habis dan bersih dari jamba. Ini juga merupakan cara kita menghormati orang yang sudah memasaknya, dan juga bermakna rasa terima kasih kepada mereka. Tradisi makan bajamba ini berdampak positif dengan mendidik untuk bisa menghargai orang yang lebih tua. Contohnya seperti dengan cara mendahulukan orang yang lebih tua untuk mencuci tangan sebelum makan. Sesuai dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Juga bisa menjadi momen untuk kembali menghidupkan kembali budaya makan bajamba di tengah-tengah masyarakat Minang demi menjaga kebersamaan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS