Oleh : Fadila Deliankar
Sastra Daerah Minangkabau
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang merupakan salah satu perwujudan nyata dari semangat persatuan masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan dengan masyarakat sekitar, manusia mengenal berbagai macam pengalaman, kebiasaan, tradisi ataupun kebudayaan. Dari berbagai pengalaman dan tradisi tersebut manusia menyadari, bahwa sebagai manusia tidak mungkin hidup sendiri,tetapi membutuhkan orang lain dan harus saling tolong menolong.
Namun Tradisi bisa juga menjadi media hiburan bagi masyarakat Minangkabau. Salah satu tradisi yang masih di lestarikan seperti Saluang Bagurau Suntuak yang ada di Daerah Payakumbuh. Saluang Suntuak Bagurau, ialah sebuah tradisi yang sudah ada sejak lama di Minangkabau. Tradisi ini menggunakan alat musik tradisional yaitu saluang, yang diiringi Pantun dan memperlihatkan Budaya Lisan atau oral culture Minangkabau, dengan hobi menyiarkan atau menyampaikan nasihat-nasihat melalui pantun ataupun puisi sebagai interaksi sosial yang menopang kehidupan masyarakat.
saluang bagurau suntuk juga bisa di katakan merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat minangkabau yang di dalamnya terdapat fungsi sebagai media komunikasi antara pendendang dengan penonton, atau pun antara penonton dengan penonton. Selain itu, tradisi saluang bagurau suntuak ini juga dapat mendeskripsikan bagaimana etika sopan santun seorang padusi minangkabau saat berada di tengah masyarakat Minangkabau di daerah Payakumbuh.
Pada satu sisi, selain sebagai fungsi komunikasi, tradisi ini mungkin lebih cenderung dikenal sebagai media hiburan bagi sebagian masyarakat. Selain itu, tradisi ini juga memiliki pengaruh dalam peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya bagi para pelaku saluang bagurau tersebut.
Kata Bagurau sendiri bermaksud bercanda yang saling sindir - menyindir melalui Pantun atau puisi dengan mendengarkan lantunan Saluang yang dimainkan. Pertunjukan Tradisi Saluang bagurau suntuak ini, memang sangat diminati, dan merupakan salah satu bentuk pertunjukan musik tradisional yang populer di kalangan masyarakatnya. Khususnya, oleh karena pada pertunjukan bagurau samalam suntuak si pendendang (penyanyi) berdendang sambil mengimprovisasi pantun terus menerus semalam suntuk kira-kira selama 8 jam. Pada proses cara menyanyi yang didasari oleh natural habit setelah selama 8 jam, ternyata fungsi organ-organ vokal kerap tidak responsif secara normal, oleh karena yang terjadi pada situasi seperti ini adalah vocal abuse.
Tradisi Saluang Bagurau Suntuak memiliki peraturan sendiri seperti pemain saluang tidak boleh duduk bersama penonton dan mengajak penonton untuk mengobrol, Sedangkan untuk penyanyi saluang bagurau suntuak ini tidak hanya bernyanyi saja namun juga berpantun dan juga berpuisi.
Masyarakat Minangkabau memiliki kebiasaan berkumpul bersama- sama sambil bercerita dan bercanda. Bahkan untuk bercandanya berbentuk sindir dan menyindir guna sebagai melepas Suntuak yang terjadi. Kebanyakan dalam Tradisi Saluang Bagurau Suntuak penontonnya di khalangan laki- laki yang sudah berumah tangga. Kalangan bapak- bapak yang ada di Minangkabau ini merasa Suntuak atau memiliki masalah di rumah tangga maupun masalah dengan orang lain, mereka biasanya pergi ke acara Tradisi Saluang Bagurau Suntuak ini sebagai penonton.
Menurut pengamatan lapangan saya, Tradisi Saluang Bagurau Suntuak di daerah Payakumbuh sangatlah dijaga oleh masyarakat sekitar, menurut narasumber yang saya wawancarai, dengan sebutan pak Tuo, Dengan pekerjaan hanya sebagai petani, beliau adalah seorang penonton langganan, ucap beliau, namun sebab beliau menjadi penonton langganan hanya semata- mata sebagai hiburan. Ketika beliau merasa Suntuak dan memiliki tekanan dari rumah maupun di luar, beliau sangat antusias menonton Saluang Bagurau Suntuak ini.
Sebelum penyebutakan Saluang Bagurau Suntuak, dengan maksud kata Suntuak tadi maka terciptalah nama Saluang Bagurau Suntuak. Namun ada juga menyalah gunakan Tradisi Saluang Bagurau Suntuak ini, ada diantara penonton menikmati tradisi tersebut dengan minum alkohol serta bermabuk- mabukan. Dengan kata lain, beliau menyampaikan bahwa penonton tersebut sudah salah dalam menikmati Saluang Bagurau Suntuak ini, akan tetapi hal ini sangatlah minim terjadi, ketika menemukan penonton seperti demikian biasanya acara Saluang Bagurau Suntuak di hentikan, agar tidak menghina Tradisi yang sudah lama di lindungi oleh masyarakat Minangkabau.
Penonton dari Saluang Bagurau Suntuak ini tidak hanya dari daerah Payakumbuh saja, ada dari berbagai macam daerah, seperti dari Baso, BukitTinggi, Padang, Padang Panjang dlln.
Sebagai sesama Pencinta Saluang Bagurau Suntuak ini penonton tersebut rela menghabiskan waktu dan uang hanya menonton acara Saluang Bagurau Suntuak ini, dengan kata lain, perkembangan yang terjadi dalam pertunjukkan bagurau saluang dan dendang tampaknya dapat dijadikan sebagai gambaran perubahan sosial Minangkabau. Kegiatan saluang dan dendang, sebelum tahun 1960-an, perempuan ditabukan, bahkan oleh berbagai kalangan masyarakat Minangkabau dianggap haram untuk ikut dalam kegiatan kesenian ini. Karena itu pula dalam kesenian tradisional Minangkabau, seperti randai, harus mendandani laki-laki untuk menjadi pelakon perempuan, yang disebut (bujang gadis).
Namun, bagaimana pendapat pemuda – pemudi dari Tradisi Saluang Bagurau Suntuak ini?
Sebut saja namanya bujang, seorang pemuda yang ada didaerah Payakumbuh tersebut. Bujang sangat berterus terang kepada saya, bahwasannya dia sangatlah tidak menyukai Saluang Bagurau Suntuak ini, karena bujang menjelaskan bahwasannya banyak dari penonton dari kalangan bapak- bapak ini, hanya menghabiskan badan dan waktu saja, karena dari acara Saluang Bagurau Suntuak ini berlangsung pada tenaga malam sekitar jam 22.00 – 04.00 sebelum azan shubuh berkumandang. Bujang mengatakan bapak- bapak yang akan bekerja di siang hari akan merasa lelah dan mengantuk serta akan terjadinya rasa malas dalam bekerja. Namun dari beberapa kebanyakan orang- orang menonton Saluang Bagurau Suntuak ini Rumah tangganya tidak harmonis, dengan memiliki banyak istri serta memilki anak yang banyak, yang mengakibatkan tugas sebagai seorang ayah sudah terlupakan.
0 Comments