Ticker

6/recent/ticker-posts

Saluang Bagurau


Nama : Nurfazira Okta Putri

Universitas Andalas, Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya 



Saluang Bagurau merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sudah lama melekat di Minangkabau yang berkembang di daerah Luhak Nan Tigo (Kab. Agam, Tanah Datar, Lima Puluh Kota, dan sekitarnya) terutama di Kota Payakumbuh daerah bagian ngalau. Tradisi Saluang Bagurau biasanya menggelar lapiak. Saluang Bagurau merupakan sebuah istilah untuk menyebut jenis pertunjukan saluang dengan istilah “badendang samalam suntuak” yang dilaksanakan di sebuah warung kaki lima. Saluang bagurau dilakukan hampir setiap malam sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh kelompok organisasinya. Yang diamana pendendang dalam pertunjukan saluang bagurau adalah wanita. Dalam pertunjukan tersebut bisa terjadi keakraban antara pendendang dengan penonton. Antara penonton dan pendendang bisa ikut serta mengikuti pertunjukan yang di pimpin oleh seorang janang. Janang ini merupakan perantara untuk para penonton meminta dendang kepada tukang dendang dengan memberikan imbalan uang sesuai yang disepakati. Didalam pertunjukan saluang bagurau tidak ada perarturan tertentu bagi orang yang ingin menonton pertunjukan tersebut karena tujuan pertunjukan tersebut hanya untuk hiburan masayarakat setempat dan orang luar yang ingin menontonnya. Pertunjukan ini merupakan salah satu yang bisa membantu perekonomian warga setempat untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pedendang saluang bagurau ini merupakan para wanita yang mempunyai kemampuan badendang dengan baik, selain pedendang juga ada pesaluang pria. Penonton dapat berperan untuk meminta topik agar dapat didendangkan oleh pendendang dengan menyerahkan sejumlah uang janang. Janang mempunyai peran penting dalam pertunjukan saluang bagurau menjadi mederator pertunjukan sebagai perantara antara pendendang dengan penonton saluang bagurau. Pertunjukan dapat dikatakan berhasil jika janang dapat menghidupkan suasana dalam pertunjukan. Pesan yang dapat disampaikan dengan cara menuliskan melalui secarik kertas oleh penonton melalui seorang janang. Menurut masyarakat setempat tradisi saluang bagurau sudah ada sekitaran 20 tahun yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat setempat setiap malam nya dimulai pukul 22.00 WIB sampai menjelang subuh namun pertunjukan akan dihentikan jika ada terjadi kemalangan. Selain saluang bagurau juga ada saluang oyak dan orgen tunggal. Saluang bagurau ini lumayan membantu perekonomian menurut masyakarat setempat seperti warung tempat pertunjukan saluang bagurau diselenggarakan seperti terjual nya minuman, makanan dan rokok. Pendapatan pedendang, pesaluang dan janang dibagi rata dari hasil pertunjukan tersebut, berbeda lagi jika uang nya langsung diberikan kepada salah satu pendendang itu akan menjadi hak pedendang tersebut. Sesama penonton bisa saling berebutan untuk meminta lagu, dan saling mendahului permintaan orang yang lain, agar permintannya dikabulkan maka penonton dapat langsung memberikan uang dengan memasukan uang ke kotak yang telah disediakan, lalu pendendang langsung menukar lagu sesuai permintaanyang telah diarahkan oleh janang. Beberapa saat pendendang melagukan lagu yang diinginkan oleh orang yang meminta tadi, tiba-tiba ada lagi penonton minta tukar lagu sesuai yang diinginkannya dengan membayar lebih mahal dari orang pertama. Dengan demikian penonton menjadi tertawa, sehingga mereka sesama penonton saling sindir menyindir dan saling membangkitkan semangat, akhirnya mereka saling berebut meminta lagu kesukaannya atau sengaja membuat suasana lebih bersemangat bahkan ikut pula menyumbang karena terpancing oleh situasi. Selain dapat saling memperebutkan lagu penonton dapat meminta pendendang menyanyikan lagu tersebut berkali kali sampai ada bayaran tertinggi yang meminta menukar lagu kepada pendendang. Pantun yang terdapat dalam pertunjukan saluang bagurau merupakan kiasan yang disampaikan oleh pendendang kepada penonton pribadi ataupun pesan kepada seseorang.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS