Ticker

6/recent/ticker-posts

Macam-macam Tingkuluak Tanduak Kabau Di Minangkabau



Oleh : Khairunnisa Azzukruf

Sastra Daerah Minangkabau

Universitas Andalas

Dinamakan tingkuluak tanduak kabau karena bentuknya yang menyerupai tanduak kabau. Tanduak kabau yang menyerupai gonjong rumah gadang di Minangkabau. Biasanya tingkuluak tanduak terbuat dari kain songket dan dikombinasikan dengan benang emas. Kemudian dikreasikan menyerupai tanduak kerbau yang sisi kanan dan kiri nya berukuran sama. 

Pada zaman dahulu, biasanya tengkulak tanduk kerbau tersebut dipakai oleh wanita Minangkabau di dalam kesehariannya. Tidak itu saja tingkuluak tanduak Kabau biasa juga disebut songkok padusi Minangkabau. Di Minangkabau sendiri, terdapat bermacam-macam jenis tingkuluak tanduk kerbau di setiap daerah Minangkabau memiliki bentuk tanduk kerbau masing-masing, dengan model atau bentuk yang menarik untuk dibahas. Berikut kita bahas macam-macam bentuk tingkuluak tanduak Kabau di Minangkabau beserta nama-namanya nya : 

1. Tingkuluak tanduak balapak atau tanduak Sungayang

Tingkuluak ini dinamakan tingkuluak balapak atau tanduk Sungayang karena tingkuluak tanduak ini berasal dari daerah Sungayang Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Tingkuluak ini merupakan pakaian Bundo Kanduang yang biasanya digunakan ketika upacara perkawinan, sunatan atau batagak pangulu. Tingkuluak balapak menggunakan songket atau kain basahan hitam. Kain basahan hitam terbuat dari benang katun dengan warna dasar hitam dan hijau lumut, bidang kain kotak-kotak kecil, bagian ujung dan pinggir selendang dihiasi benang emas yang disungkitkan pada waktu menenun. 

Tingkuluak ini berbentuk seperti gonjong rumah gadang persegi panjang. Pada bagian atas, ujung kiri kain menutupi kedua ujung tanduk dan ujung sebelah kanan dibiarkan terurai. Cara mengenakan tingkuluak ini dengan terlebih dahulu membentuk tingkuluak tanduak, kemudian sisi ujung kanan selendang dilipat hingga menutupi tanduak tadi dan ujung kiri dibiarkan jatuh ke belakang untuk menutupi rambut. Tingkuluak ini tidak hanya berfungsi sebagai pakaian semata tetapi juga melambangkan status sosial didalam masyarakat Sungayang itu sendiri. 

Tengkuluk Sungayang memiliki banyak makna, tidak hanya dari segi bentuknya tetapi juga dari motif-motif yang terdapat pada tingkuluak Sungayang tersebut. Bentuk tingkuluk Sungayang ini melambangkan kebangsawanan serta tidak bolehnya menjunjung beban yang berat. Minsia yang ditata berada pada bagian kanan menggambarkan bahwa demokrasi lebih diutamakan di kawasan kenagarian Sungayang tetapi berada pada batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut. 

Sedangkan makna yang terdapat dalam motif di Sungayang adalah makna yang dipercayai oleh masyarakat Sungayang mencerminkan tingkah laku seorang Bundo Kanduang. Motif yang terdapat pada tingkuluk Sungayang yang berasal dari alam seperti filosofi Minangkabau yaitu "alam takambang jadi guru". Motif yang terdapat dalam tengkuluk Sungayang seperti "motif ulek-ulek tantadu atau baserak, motif saik ajik atau kalamai liris Barantai merah dan gobah musajik".

2. Tingkuluak Balenggek

Tingkuluak balenggek merupakan salah satu penutup kepala perempuan di Minangkabau. Sesuai dengan namanya, tingkuluak ini terdiri dari dua bentuk tingkuluak yang disatukan. Terdiri dari tingkuluak yang besar dan yang kecil, yang kemudian disatukan atau dilenggekkan. Tingkuluak balenggek ini terbuat dari kain balapak yang dibentuk persegi panjang dan terdapat hiasan benang emas atau perak yang digunakan pada saat menenun. 

Cara memakainya yaitu, pada lapisan bawah kain dibentuk seperti tingkuluak tanduak. Lalu, pada bagian atas yang terbuat dari kayu ringan dililit dengan kain yang diberi pinggiran dan dihiasi berbagai bentuk ukiran dan berwarna keemasan. Tidak hanya itu saja seseorang yang memakai tanduak balenggek  haruslah bisa menjaga keseimbangannya agar tingkuluak tidak terjatuh. 

Tingkuluak balenggek ini berasal dari daerah Lintau, Tanah Datar, Sumatra Barat. Dulunya yang dapat memakai tingkuluak balenggek ini hanya keturunan bangsawan atau keturunan datuak. Jika ada perempuan yang ingin memakai tingkuluak balenggek ini maka dia harus meminta izin kepada penghulu atau datuak dan dia juga harus membayar uang adat ke penghulu atau datuak. 

Makna dari tingkulu balenggek adalah sebagai pembeda antara keluarga bangsawan dan rakyat biasa. Bedanya terdapat pada tingkat atau lenggeknya, tingkuluak yang berlenggek menandakan bahwa yang mengenakannya adalah keluarga penghulu atau datuak. Sedangkan untuk rakyat biasa hanya menggunakan satu tingkuluak saja. 

3. Tingkuluak Sapik Udang 

Tingkuluak sapik udang berasal dari Padang Magek, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Dinamai sapik udang karena menggunakan kain sarung sapik udang yang ditenun dengan motif kotak-kotak kecil warna hitam. Kain sarung tadi dipadukan dengan sehelai mukena. Fungsi dari tingkuluak sapik udang ini sebagai bentuk membawa kelengkapan salat Jadi jika masuk waktu salat tinggal mengambil tingkuluak ini saja. 

Cara mengenakannya yaitu kain sarung dilipat dua memanjang dan mukena atau yang dikenal dengan nama talakuang di Minangkabau dilipat empat. Setelah itu, posisikan mukena berada di dalam kain sarung namun salah satu ujung mukena ditarik sehingga terlihat keluar. Kemudian Sisi kain dengan mukena tadi diletakkan di kepala sebelah kiri dan bagian kanan dibentuk menjadi tanduk dengan memutarkan ujungnya ke belakang kepala sehingga melilit ujung kiri. Ujung kiri dibuat seperti bunga bunga kecubung sedangkan ujung kanan menjadi tanduk. 

4. Tingkuluak Talakuang

Tingkuluak Talakuang atau batilakuang umumnya digunakan dalam keseharian perempuan di Batipuah, Tanah Datar. Tingkuluak ini juga digunakan dengan baju kuruang dan kode kain batik saat kegiatan memanggil atau mengundang orang lain untuk datang pada hajatan. Tidak itu saja terkadang tingkulu telekung juga dipakai di dalam keseharian perempuan Minangkabau pada zaman dahulu. 

Cara menggunakan tingkuluak dilakukan yaitu dengan cara terlebih dahulu memasang samiri atau salam biri yang terbuat dari kain katun berbentuk persegi empat. Kain ini dilipat seperti memasang tengkuluk sapik udang. Pada lapisan kedua dibuat bentuk yang sama menggunakan kain beludru berwarna hitam. Ini juga dihiasi dengan loyang yang berbentuk wajik, dan bunga.

5. Tingkuluak Koto Gadang

Sesuai namanya, tingkuluak ini berasal dari daerah Koto Gadang, kabupaten Agam. Tingkuluak Koto Gadang ini biasanya dipakai atau digunakan oleh pengantin perempuan di Koto Gadang saat acara pernikahan. Terbuat dari kain beludru berwarna merah atau ungu tua, berbentuk persegi panjang.

Setelah itu, salah satu sisi dari persegi panjang tersebut disatukan atau dijahit seperti kerucut. Pinggiran kain dihiasi dengan minise atau renda yang berwarna keemasan. Permukaan kain dihiasi taburan loyang bermotif bunga, bintang dan manik-manik.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS