Ticker

6/recent/ticker-posts

MAKNA SUNTIANG ANAK DARO

 


Oleh : Racheal Rahayu Hendriyani

Jurusan : Sastra Daerah Minangkabau


Pernikahan merupakan hari istimewa yang berlangsung sekali seumur hidup. Dan di hari yang sakral ini, setiap pengantin perempuan tentunya ingin terlihat cantik dalam balutan busana adatnya masing-masing. Salah satu suku yang terkenal dengan keindahan dan keunikan pakaian adatnya adalah Minangkabau.

Saat menikah, pengantin Minang haruslah mengenakan pakaian adat Sumatera Barat. Pengantin perempuan wajib mengenakan Suntiang di atas kepalanya. 

Suntiang adalah perhiasan kepala bertingkat berwarna keemasan yang dipakai oleh perempuan Minangkabau. Hiasan ini berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari susunan ornamen bermotif flora dan fauna, di antaranya diambil dari bentuk bunga mawar, pisang, burung merak, kupu-kupu, dan ikan.

Ukuran suntiang berbeda menurut pemakaiannya. Suntiang yang dipakai pengantin perempuan memiliki ukuran besar atau disebut suntiang gadang. Suntiang berukuran kecil atau disebut suntiang ketek dipakai oleh pendamping pengantin (pasumandan) atau penari tradisional.

Makna Suntiang

Suntiang dalam adat Minang sekaligus menjadi lambang beratnya tanggungjawab yang akan diemban seorang wanita setelah menikah.

Suntiang Gadang dan Suntiang Ketek

Suntiang berasal dari daerah Padang dan Pariaman. Hiasan yang diletakkan di atas kepala pengantin wanita ini memiliki tingkatan lebih dari satu dan jumlahnya harus ganjil.

Rata-rata masyarakat Minangkabau menggunakan suntiang 7 tingkat untuk hiasan kepala pengantin wanita, tapi ada pula yang lebih. Sedangkan tingkatan yang lebih sedikit (misalnya 3 atau 5 tingkat) digunakan untuk hiasan kepala pasumandan atau pendamping pengantin wanita, disebut juga sebagai suntiang ketek.

Fakta menarik yang terkandung di balik Suntiang Minang

1. Suntiang memiliki banyak jenis dan bentuk. Semuanya berbeda, ditentukan berdasarkan asal daerahnya. Seperti Suntiang Solok, Suntiang Pariaman, Suntiang Tanah Datar, Suntiang Kurai, dan masih banyak lagi.

2. Tahukah Anda bahwa Suntiang rupanya tak hanya dikenakan oleh pengantin perempuan saja? Para pengiring pengantin juga mengenakan Suntiang selama upacara adat berlangsung. Hanya saja, Suntiang yang dikenakan adalah Suntiang ketek atau Suntiang kecil yang berbeda jenisnya dari si pengantin.

3. Terlihat memiliki detail rumit, Suntiang terbuat dari susunan bunga Serunai atau kembang yang cantik. Jenis bunga dan struktur penyusunannya berbeda, disesuaikan dengan daerah asal sang pengantin.

4. Pada zaman dahulu, berat Suntiang bisa mencapai enam atau tujuh kilogram. Semua karena bahannya yang masih menggunakan emas asli, bahkan besi alumunium yang berat.

5. Suntiang kuno sama sekali tak praktis seperti sekarang. Bentuknya menyerupai tusuk konde yang harus ditancapkan satu persatu pada rambut pengantin perempuan. Sangat berat dan menyakitkan.

6. Oleh karenanya, mengenakan Suntiang tidaklah mudah. Karena pengantin perempuan harus siap berdiri selama seharian penuh sambil menahan beban berkilo-kilo di atas kepala.

7. Beratnya Suntiang melambangkan kesiapan dan tanggung jawab perempuan Minang untuk menjadi seorang Bundo Kanduang dan memikul tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.

8. Untungnya, Suntiang kini dibuat jauh lebih praktis. Suntiang modern terbuat dari bahan alumunium berbentuk bando setengah lingkaran dan dibuat bertingkat-tingkat.

9. Ada beberapa tingkatan hiasan pada Suntiang. Pada lapisan tingkat pertama, tersusun bunga Serunai sebanyak lima lapis. Pada lapisan kedua ada Kembang Goyang dan sederet hiasan lainnya. Seperti Kote-Kote, Pisang Saparak, Laca, Ralia, dan masih banyak lagi.

Memiliki ciri yang berbeda di tiap daerah

Meski semua masyarakat Minang memang menggunakan suntiang untuk upacara pernikahan adat mereka, tetapi tiap daerah di Sumatera Barat memiliki perbedaan-perbedaan tertentu dalam menyusun rangkaian suntiang. Misalnya suntiang yang berasal dari Solok dirangkai tanpa kawat. Ada pula suntiang yang sekaligus memiliki mahkota, ini biasanya berasal dari Tanah Datar. Suntiang Kambang asal Pariaman adalah yang paling sering digunakan.

Susunan sebuah suntiang

Sebuah suntiang terdiri dari berbagai jenis benda yang dihias sedemikian rupa sehingga bisa membentuk satu kesatuan yang indah. Ada bungo sarunai, yang biasa disusun hingga 5 lapis. Kemudian ada bungo gadang yang juga terdiri antara 3-5 lapis. Sedangkan hiasan yang berada paling atas adalah kembang goyang. Ada pula hiasan yang diatur sehingga tampak jatuh di sebelah kanan dan kiri wajah Anak Daro. Bagian ini disebut sebagai kote-kote.

Mulanya terbuat dari besi dan aluminium

Pada masa lalu, suntiang adalah benda yang sangat berat untuk dikenakan di atas kepala, apalagi seorang pengantin harus mengenakannya selama berjam-jam hingga pesta pernikahan selesai. Berat sebuah suntiang gadang bisa mencapai 5 kilogram. Tetapi, seiring perkembangannya kini banyak suntiang gadang yang tidak terlalu berat sehingga bisa lebih nyaman ketika dikenakan di atas kepala pengantin perempuan.

Suntiang berdasarkan bentuk

- Suntiang bungo pudieng (Batipuh Tanah Datar)

- Suntiang pisang saparak (Solok Salayo)

- Suntiang pisang saikek (Pesisir)

- Suntiang pinang bararak (Koto Nan Gadang, Payakumbuh)

- Suntiang kambang (Padang Pariaman)

- Suntiang mangkuto (Sungayang)

- Suntiang kipeh (Kurai Limo Jorong)

- Suntiang sariantan (Padang Panjang)

- Suntiang Matua Palambaian


Suntiang berdasarkan ikat

- Suntiang ikek Pasisia

- Suntiang ikek Kurai

- Suntiang ikek Solok Selayo

- Suntiang ikek Banuhampu Sungai Puar

- Suntiang ikek Lima Puluh Kota

- Suntiang ikek Sijunjung Koto Tujuh

- Suntiang ikek Batipuh X Koto

- Suntiang ikek Sungayang

- Suntiang ikek Lintau Buo

Bagian Suntiang

- Bungo sarunai (lapisan bawah sebanyak 3–5 lapis)

- Bungo gadang (lapisan tengah sebanyak 3–5 lapis)

- Kambang goyang (lapisan atas)

- Kote-kote (hiasan menjuntai di pipi kanan dan kiri)

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS