Oleh: Angely Dlya Mahasiswa Sastra Minangkabau Unand
Pemimpin di Minangkabau yaitu yang didahululukan selangkah ditinggikan seranting. Didahulukan selangkah, maksudnya agar jangan terlalu jarak dengan yang dipimpinnya. Ditinggikan seranting agar tidak ada pemisah antara pemimpin dengan pemimpinnya. Pemimpin di Minangkabau harus dekat dengan yang dipimpinnya. Pemimpin di Minagkabau adalah orang biasa yang berasal dari anggota kaumnya yang kemudian dengan kesepakatan kaum dipilih dan dibesarkan. Seorang pemimpin tersebut dibesarkan oleh yang dipimpinnya. Seperti diungkapkan pepatah minang :
Urang nan diambang gadang
Nan dianjuang tinggi
Kusuik nan kamanyalasikan
Karuah nan kamanjaniahkan
Takalok nan kamanjagoan
Lupo nan kamaingekan
Panjang nan kamangarek
Singkek nan kamauleh
Di Minangkabau pemimpin dikenal sebagai “TUNGKU TIGO SAJARANGAN” yang terdiri dari tiga jenis pemimpin yaitu Niniak mamak, Alim ulama, Cadiak pandai.
Pertama, Panghulu
Penghulu atau disebut juga Niniak mamak, biasanya penghulu ini dipanggil dengan sebutan Datuak. Penghulu bertugas memimpin kaumnya, kaum ini terdiri dari orang orang yang sesuku dengan penghulu ini. Kepemimpinannya sangat dihargai dan dihormati, tugasnya amat mulia. Kewajibannya memimpin serta mengajari anak kemenakannya dan masyarakat nagari. Fungsi kepemimpinannya ini diungkapkan kato pusako yaitu :
Penghulu di Minangkabau
Ibaraik kayu gadang di tangah koto
Ureknyo tampek baselo
Dahannyo tampek bagantuang
Daunnyo tampek balinduang kapanehan
Tampek bataduah kahujanan
Batangnyo tampek basanda
Ka pai tampek batanyo
Ka pulang tampek babariti
Pusek jalo pumpunan ikan
Hukumnyo adia, katonyo bana.
Ia juga berkewajiban memelihara harta pusaka dan adatnya. Seperti yang diungkapkan pepatah minang :
Penghulu di Minangkabau
Manuruik alua jo patuik
Manampuah jalan nan pasa
Mamaliharo harato pusako
Sarato mamaliharo adatnyo.
Seorang penghulu akan dihormati dan dijadikan raja oleh anak kemenakan serta masyarakat jika melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan benar. Diungkapkan dalam pepatah minang :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka penghulu
Penghulu barajo ka mufakauik
Mufakauik baro ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Bana manuruik alua jo patuik
Penghulu di Minangkabau dalam memimpin kaumnya dibantu oleh pemimpin lainnya yaitu alim ulama dan cadiak pandai.
Kedua, Alim Ulama
Alim ulama di Minangkabu disebut juga sebagai suluah bendang dalam nagari maksudnya yaitu sebagai penerang dalam suatu nagari. Alim ulama ini berasal dari anggota masyarakat yang mengerti dan paham tentang agama islam. Sebutan untuk alim ulama biasanya adalah malin, tuangku, atau syiak. Alim ulama atau malin bertugas membantu penghulu melaksanakan tugasnya. Ia memberi pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan hal hal yang menyangku dengan agama. Keputusan yang akan diambil oleh penghulu ini akan selalu meminta pendapat alim ulama terlebih dahulu. Selain itu beliau juga bertugas memimpin upacara pernikahan, kematian, dan upacara keaagamaan lainny, serta menjadi imamdan khatib.
Tugas lainnya adalah membimbing masyarakat dan anak anak dalam nagari dalam bidang agama. Memberikan Pendidikan tentang agama di surau kepada anak anak,serta membimbing anak anak sesuai ajaran agama islam untuk menunaikan ibadah sholat serta ibadah ibadah lain dalam agama islam. Pelajaran akhlak dan bidang keagamaan menjadi tanggung jawab alim ulama ini. Seperti kata pepatah minang :
Suluah bendang dalam nagari
Palito nan indak amuah padam
Duduaknyo bacamin ka kitab
Tagak nan rintang jo pituah.
Ketiga, cadiak pandai
Di samping ninik mamak dan alim ulama masih ada pimpinan yang lain yakni cadiak pandai (cerdik pandai). Cadiak pandai yaitu kelompok masyarakat yang berpengetahuan umum luas. Ia memiliki wawasan tentang kemasyarakatan, pengetahuan kemasyarakatan, dan menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan. Mereka menggunakan semua penge tahuan itu untuk kepentingan orang banyak. Golongan ini mendapat tempat yang terhormat di dalam masyarakat, karena itu ia dianggap pemimpin pula.
Cadiak pandai, selain berpengetahuan, ia juga arif dan bijaksana. Seperti diungkap kan di dalam kato pusako (kata pusaka):
Urang nan cadiak candokio
tau jo ereng dengan gendeng,
tau jo latiang kamanganai,
tau jo runciang kamancucuak,
alun takilek lah takalam,
takilek ikan dalam aia,
lah tantu jantan batinonyo.
Cadiak pandai, juga bertugas membantu pengulu dalam bidang-bidang yang bersifat umum. Ia memberikan pertimbangan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kepada masyarakat, ia juga memberikan bimbingan. Jika masyarakat menghadapi masalah, ke mudian datang kepadanya untuk meminta pendapat, ia berkewajiban memberikan bantuan. Kemudian dari cadiak pandai juga muncul ide serta gagasan untuk memajukan kehidupan masyarakat. Jadi cadiak pandai berfungsi sebagai pemikir ditengah-tengah masyarakat Minangkabau. Pepatah minang menyebut :
Kato manti kato dubalang
Dubalang kato mandarah
Jauah hari pandai batenggang
Nan singkek dapek diulehnyo.
Ketiga pemimpin itu merupakan "tungku tigo sajarangan" di Minangkabau. Kehadiran ketiganya diperlukan, dibutuhkan, dan diharapkan oleh masyarakat. Saling bertukar pendapat dalam memtuskan suatu keputusan, seperti diungkapkan dalam pepatah minang :
Saciok bak ayam
Sadancing bak nasi
Saiyo sakato
Duduak samo randah
Tagak samo tinggi
Niniak mamak pemangku adat mengurus masalah-masalah yang berhubungan dengan adat, alim ulama mengurus masalah keagamaan, dan cadiak pandai mengurus masalah umum kemasyarakatan. Ketiganya saling mengisi dan saling mendukung dalam melaksanakan fungsinya. Pepatah minang mengatakan
Basilang kayu dalam tungku
Di sinan api mako iduik
Si situ nasi mako masak
Tugas dan tanggung jawab para pemimpin tersebut tidaklah mudah, selain bertanggung jawab kepada masyarakat kaaum atau nagari mereka juga akan mempertanggung jawabkan kepada allah diakhirat nanti terhadap apa yang telah ia lakukan sebagai pemimpin.
0 Comments