Ticker

6/recent/ticker-posts

BATAGAK PANGULU

foto dok


Oleh : Habibul Rahman Hanifah

 

Bagi masyarakat Minangkabau rumah gadang bukanlah semata-mata sebagai tempat tinggal, tetapi rumah gadang merupakan lambang eksistensi keberadaan suatu kaum di bawah satu payung adat yang dipimpin oleh seorang penghulu. Adat istiadat yang mereka amalkan dalam kehidupan sehari hari sebahagiannya dipaparkan melalui lambang dari seni bena rumah gadang, melalui konstruksi dan bahagian-bahagian rumah maupun melalui ukiran-ukiran yang merupakan hiasan rumah gadang.

Dalam upacara adat rumah gadang sangat penting artinya, terutama dalam upacara batagak penghulu, karena rumah gadang merupakan suatu lambang yang mengandung makna nilai-nilai falsafah adat Minangkabau yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika suatu kaum tidak lagi memiliki rumah gadang karena sudah punah, maka untuk melansungkan upacara adat dipinjam rumah gadang yang masih ada di dalam nagari, tentu sahaja terlebih dahulu dipinjam rumah gadang kaum yang masih bertalian adat. Karena itu rumah gadang memiliki arti yang penting bagi masyarakat Minangkabau, sebagi tempat tinggal, tempat bermesyuarat, tempat upacara dan sebagai lambang perwujudan nilai-nilai budaya Minangkabau.

Batagak pangulu merupakan upacara adat Minangkabau dalam rangka meresmikan seseorang menjadi penghulu. Dalam hal ini pengangkatan atau peresmian penghulu tidak dapat dilakukan oleh keluarga yang bersangkutan saja. Peresmian haruslah berpedoman kepada petitih adat “maangkek rajo, sakato alam, maangkek penghulu sakato kaum”. Tata tertib meresmikan penghulu dimulai dari rapat atau mufakat kaum, kemudian dibawa kehalaman yang artinya dibawa masalahnya ke dalam kampung lalu diangkat ke tingkat suku dan akhirnya di bawa dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN). Yang berhak memasangkan deta panghulu (tutup kepala kebesaran penghulu) yang baru diangkat ialah pucuk adat.

Pengangkatan penghulu dapat juga dilakukan dengan pedoman iduik bakarilaan, mati batungkek mati artinya, jika seseorang penghulu sudah tidak mampu lagi menjalankan tugasnya, mungkin karena kesibukan lain/mungkin karena kesehatan tidak mengizinkan/mungkin karena bekerja di rantau dan sebagainya, maka dia boleh menyerahkan jabatan itu kepada calon penggantinya. Biasanya calon pengganti itu ialah kemenakannya (putra saudara perempuannya) yang sudah dewasa.

secara umum Batagak pangulu bukan agenda rutin yang memiliki waktu tertentu melainkan bersifat kondisional dan fleksibel sesuai kebutuhan atau situasi masyarakat yang dinamis sehingga upacara Batagak pangulu hanya akan dilaksanakan apabila seorang penghulu adat sudah layak di ganti.

Upacara malewakan gala atau menegakkan penghulu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat nagari untuk mengukuhkan sako (gelar pusaka) pada suatu kaum. Menegakkan sako dapat dilakukan atas tiga hal seperti hiduik bakarelaan (mengganti penghulu yang masih hidup), mati batungkek budi (mengganti penghulu yang sudah meninggal dunia), gadang manyimpang (pengankatan penghulu baru). Malewkan gala bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat atas pelantikan pemimpin baru suatu kaum dan penghulu tersebut akan memimpin nagari secara kolektif bersama dengan penghulu lainnya. Seorang penghulu pada hakekatnya “tumbuah dek batanam, tinggi dek baanjuang, gadang dek baambak” (tumbuh karena ditanam, tinggi karena dianjung, besar karena digemburkan). Kepemimpinan penghulu ditentukan oleh masyarakat kaumnya, perlu mendapatkan dukungan dari anggota keluarganya untuk menjalankan roda pemerintahan keluarga kaum dan nagari. Biasanya upacara pengankatan penghulu dilakukan selama tiga hari disertai dengan pertunjukan kesenian untuk menghibur tamu dan makan bersama dengan cara menyembelih seekor kerbau dan kepalanya digantungkan di tempat yang lebih tinggi sebagai tanda suksesnya kegiatan ini. Semua keluarga dekat, keluarga jauh dan kerabat serta masyarakat lainnya dalam nagari turut hadir memeriahkan terutama pada acara puncak seperti mendengarkan pidato adat yang menyatakan tugas dan tanggung jawab penghulu baru tersebut. Dalam pidato adat penghulu yang baru diangkat tersebut menyatakan bahwa ia berjanji tidak menyimpang dari kaedah adat dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Batagak Penghulu Mendirikan atau membangun penghulu secara adat yaitu dengan memperalekan atau menjamu anak negeri dengan menyembelih kerbau dengan persediaan beras seratus gantang. Sebagai kata adat: Kuah dikacau, daging dilapah. Dan tidak boleh dengan ternak lain seperti sapi atau kambing walaupun harganya berlipat ganda dari seekor kerbau. Dan lebih meriahnya lengkap dengan adat upacaranya, bunyi-bunyiannya, seperti gedang dan terompong, tabuh dan nobat, tertegak panji dan merawal, serta diiringi letusan bedil dan setinggar.

Dizaman sekarang peralatan penghulu itu dibuat bersama-sama yaitu menegakkan beberapa orang penghulu sekaligus. Peralatan bersama dalam negeri untuk mengentengkan biaya peralatan dirumah tangga dan tambah memeriahkan. Sebab semuanya tentulah harus disesuaikan dengan masanya. Maka semuanya itu dihasilkan oleh sepakai ninik mamak dalam selingkungan dinding, selingkung batu, kemudian selingkung aur, yang biasanya menghasilkan jinjing yang ringan, memikul yang berat, ialah orang-orang yang sepayung penghulu itu juga, sejak awal sampai akhirnya.

Tiap-tiap negeri di Minangkabau didiami oleh beberapa kaum yang keturunannya berasal dari seorang ibu atau sebuah perut namanya. Kepala dari tiap-tiap buah perut itulah yang bernama penghulu andika atau bergelar datuk.

Sebelum acara peresmiannya, syarat - syarat berikut harus dipenuhi:

1. Baniah adalah menentukan calon panghulu yang baru.

2. Dituah cilakoi adalah diperbincangkan baik buruknya calon dalam sebuah rapat.

3. Panyarahan Baniah adalah penyerahan calon panghulu baru.

4. Manakok hari adalah perencanaan kapan acara peresmian akan dilangsungkan.

 

Pengangkatan Penghulu (Malewakan Gala)

Adalah Peresmian pengangkatan penghulu dilakukan dengan acara adat. 

Hari pertama adalah batagak gadang yakni menyampaikan pidato, lalu penghulu tertua memasangkan deta dan menyisipkan sebilah keris sebagai tanda serah terima jabatan. 

Akhirnya penghulu baru diambil sumpahnya.

Batagak Rumah 

Adalah upacara mendirikan rumah gadang.

Kegiatannya sebagai berikut:

1. Mufakat awal

Upacara batagak rumah dimulai dengan mufakat orang sekaum. 

Membicarakan letak rumah yang tepat, ukurannya, serta kapan waktu pengerjaannya. Hasil rapat disampaikan oleh pangulu suku, lalu panghulu suku ini menyampaikan dengan panghulu suku yang lain.

2. Maelo kayu

Adalah merupakan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan. 

Umunya kayu-kayu, penebangan dan pemotongan dilakukan bergotong royong kayu yang dijadikan tiang di rendam dulu dalam lumpur atau air yang terus berganti. Tujuannya biar kayu itu awet dan sulit dimakan rayap.

3. Mancatak tiang tuo

Pekerjaan utama dalam membuat rumah, bahan-bahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu.

4. Batagak tiang

Acara ini dilakukan setelah bahan-bahan telah siap diolah. 

Pertama tiang - tiang ditegakan dengan bergotong royong. Tiang rumah gadang tidak ditanam di tanah tapi hanya diletakkan di atas batu layah, karna itulah rumah gadang jarang rusak ketika gempa.

5. Manaikan kudo-kudo.

6. Manaiki rumah.

Merupakan acara terakir dari upacara batagak rumah. 

Dilakukan setelah rumah selesai, pada acara ini dilakukan penjamuan dan do'a bersama sebagai tanda terimakasih kepada semua dan doa syukur kepada Allah SWT.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS