Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Babako di Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh, Kota Padang dan Peran Generasi Muda

 


 

Oleh : Hafizah Hardhiyyah Asrul


Tradisi menurut penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah kebiasaan adat yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang ke generasi seterusnya yang masih dijalankan masyarakat sampai pada saat ini. Di Minangkabau ada yang dinamakan dengan tradisi babako. Tradisi Babako merupakan suatu tradisi yang ada di Padang dan menjadi ciri khas masyarakat yang ada di Kota Padang. Tradisi babako di Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh, Kota Padang ini dilaksanakan pada pra perkawinan anak kemenakan yang sudah menikah, tradisi babako ini banyak dilakukan oleh masyarakat setelah mempelai ini melaksanakan akad nikah atau sehari sesudah akad nikah, tradisi ini terlihat ketika keluarga dari ayah atau yang biasa disebut bako memberikan hantaran kepada anak laki-laki atau perempuan atau cucu dari sekelompok bako atau keluarga dari pihak ayah.

Tradisi babako ini juga mencerminkan kehidupan gotong royong atau saling tolong menolong antar masyarakat. Acara babako ini biasanya dimeriahkan dengan alat musik tradisional berupa talempong arak, rangkaian dari tradisi babako ini ialah anak daro dan marapulai terlebih dahulu diantar kerumah bako dan disanalah diadakan seperti pengguntingan rambut sebagai isyarat oleh saudara perempuan ayahnya yang disebut “Induak Bako”, selepas itu barulah anak daro diarak dari rumah bako sampai ketempat acara pernikahan anak daro dan marapulai, tidak hanya berjalan kaki baarak bako juga diarak dengan bendi serta diiringi musik talempong. 

Tradisi babako ini juga mempunyai ciri khas masing-masing disetiap daerahnya dan juga mempunyai pembawaan yang beragam yang akan diberikan sebagai hantaran untuk anak pisangnya. Khusus pada tradisi babako ini dalam alek perkawinan, bako mempersiapkan dengan matang apa saja yang akan dipersiapkan yang telah menjadi kebiasaan atau adat istiadat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam dan menjadi ciri 


khas pada sekelompok masyarakat ini. Sejalan dengan mempersiapkan prosesi alek anak pisangnya, bako terlebih dahulu melakukan perundingan dengan pihak ayah yang biasanya diikut sertakan yaitu mamak atau urang tuo sebagai penengah atau tempat bertanaya. 

Peran bako sama kuatnya dengan pihak keluarga ibu dari anak pisang. Meskipun di Minangkabau dikenal dengan sistem matrilineal, tidak menutup kemungkinan juga kedekatan hubungan antara pihak bako dengan anak pisang. Menurut Navis (1984:225) menjelaskan seorang perempuan mendapatkan pendidikan dari bako disamping ibunya sendiri. Oleh karena itu, seorang anak perempuan mendapat pendidikan dari dua jalur rumah gadang, yaitu dari jalur rumah gadang tempat ibunya dilahirkan dan rumah gadang tempat ayahnya dilahirkan. Untuk calon suami atau istri dari anak pisang yang mempunyai pangkat yang tinggi, biasanya pihak bako menyumbang untuk membelikan sesuatu yang bermanfaat dan berharga untuk anak pisang, karena lewat pemberian tersebut masyarakat bisa menilai kemampuan ekonomi dari pihak bako kepada anak pisang. 

Pada tradisi babako ini juga mempunyai dua kategori hantaran yang diberikan pihak bako kepada anak pisang, berdasarkan status ekonomi dan loyalitas dari pihak bako kepada anak pisang. Yang pertama rangkaian tradisi yang dilakukan dengan cara sederhana, seperti cukup dengan hanya hadir kerumah mempelai dengan membawakan hantaran seperti emas mencerminkan bahwa pihak bako telah mempersiapkan sesuatu yang bisa disimpan dan dipakai untuk anak pisang.  Kedua tradisi babako yang diadakan dengan meriah dengan barang hantaran seperti ayam songgeang, emas, kundua ukia, bareh kuniang, baju sapatagak, perlengkapan rumah tangga atau lainnya seperti selimut, alas kasur atau beadcover serta diaraak dengan iringin alat-alat musik tradisional. 

Peran generasi muda pada sebuah tradisi ini, diambil dari pengertian generasi muda adalah tulang punggung negara dan masa yang akan datang, karena dipundak  


para generasi mudalah kelangsungan kehidupan bangsa termasuk kebudayaan atau tradisi yang ada. Peranan generasi muda sangat penting dalam adanya acara-acara adat atau berperan sebagai penanti tamu dan membantu dalam segala hal yang diperlukan diacara adat seperti Babako ini. Menanamkan nilai budaya apalagi sejak berusia dini turut menambah wawasan dan pembentukan karakter untuk menjadi  budi pekerti yang baik, karena cukup banyak generasi yang dinilai melupakan adat dan tradisi di Minangkabau.

Apalagi diera globalisasi saat ini banyak para generasi sibuk dengan gedget sehingga turut mengikis kebudayaan, sebaiknya peran generasi turut mendukung kebudayaan dalam memperkenalkan tradisi, adat istiadat, tarian, kuliner,serta permainan khas Minangkabau. Tradisin babako tidak hanya diperkenalkan setelah menikah saja, namun sejak kecil para generasi muda juga sudah diperkenalkan dengan bakonya atau keluarga dari pihak ayah, sehingga nantinya hubungan silaturahmi semakin erat terjalin dalam keluarga. Adanya kegiatan edukasi atau kegiatan yang mendidik kepada genarasi, turut meningkatkan motorik mereka sehingga meningkatkan wawasan dan pengetahuan terutama tentang tradisi-tradisi yang ada di Minangkabau. Nilai-nilai yanng patut dilestarikan generasi muda pada tradisi babako ini ialah terdapat kandungan nilai gotong royong atau kerja sama antar masyarakat, tidak bersifat individualisme, menjunjung tinggi nilai sosial budaya, dan mengangkat tradisi sertar kearifal lokal yang ada di Minangkabau.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS