Ticker

6/recent/ticker-posts

Mandi Balimau Menjadi Kebiasaan Orang Minangkabau Sebelum Bulan Suci Ramadhan

 


Nama : Natasya Harifa

Jurusan : Sastra Minangkabau unand

Indonesia dikenal dengan negara dengan berbagai macam tradisi dan budaya yang menghiasi. Bahkan tak sedikit tradisi lokal yang digunakan sebagai medium yang diakomodasi agama selagi tidak keluar dari syariat Alquran, sunah, dan ijma, ulama. Mensucikan diri sebelum bulan suci Ramadan sudah lama menjadi tradisi bagi umat muslim di Indonesia. Hal yang sama juga kerap dilakukan masyarakat Sumatera Barat. Tradisi mensucikan diri menyambut Ramadan di wilayah ini disebut dengan tradisi Balimau. Tradisi balimau bermakna untuk membersihkan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa. Masyarakat tradisional minangkabau pada zaman itu mengaplikasikan wujud dari kebersihan hati dan jiwa dengan cara, mengguyur seluruh anggota tubuh atau keramas disertai dengan ritual yang memberikan kenyamanan dari efek batin serta kesiapan lahir batin ketika melaksanakan ibadah puasa.  Dulu sebelum ada shampo seperti sekarang, limau kasai (ramuan balimau) digunakan untuk keramas. Untuk kalian yang ingin merasakan balimau tidak harus dipemandian umum, namun di tempat pemandian masing-masing pun bisa. Inti dari tradisi balimau yaitu sebagai rangka mengeratkan tali silaturahmi. Selain itu untuk mensucikan diri sejalan dengan ajaran agama Islam. 

Balimau adalah kegiatan mandi dengan air jeruk nipis jelang Ramadhan dengan tujuan membersihkan diri. Selain jeruk nipis, bahan Balimau juga terdiri dari daun pandan dan akar tanaman gambelu. Semua bahan tersebut digabungkan menjadi satu, lalu direbus. Air rebusan inilah yang disebut Balimau. Dari tahun ke tahun, mandi balimau sudah menjadi tradisi bagi warga Sumatera Barat untuk menyambut bulan suci Ramadan. Mandi balimau merupakan tradisi mandi dengan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya dilakukan di sungai atau tempat pemandian.

Mandi balimau merupakan suatu kebiasaan yang sudah dari dulunya yang tidak pernah dilakukan oleh orang Minangkabau.  Di samping sebagai tanda gembira, balimau ini merupakan simbol pembersihan diri. Balimau itu sendiri adalah mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan limau atau jeruk. Limau yang digunakan bermacam-macam kadang limau purut, limau nipis atau limau kapas. Balimau diwarnai dengan upacara adat yang mengandung nilai sakral yang unik. 

Balimau mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan berlangsung. Dari kaum yang tua sampai kaum yang muda turun ke sungai dan mandi bersama. Balimau artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis. Kebiasaan ini, berlangsung secara turun temurun di kalangan masyarakat Minangkabau. Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum datangnya Ramadhan, ”menurut masyarakat. Kebanyakan orang kegiatan Balimau Kasai ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan limau yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf.

Sementara itu tata cara pelaksanaan tradisi mandi balimau ini bukan hanya untuk orang-orang muda dan kalangan tua saja, akan tetapi juga untuk orang yang sudah terdahulu atau yang sudah meninggal dunia. Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau, orang-orang mengadakan ziarah ke makam keluarganya yang sudah terdahulu atau yang sudah meninggalkan dunia. Baik itu makan ayahnya, ibunya, adiknya, maupun itu saudara yang lainnya. Sampainya disana mereka akan berdoa sebelum menyambut bulan suci Ramadan, sambil menyiramkan limau itu di kuburan tersebut. Adapun doa yang digunakan ketika berziarah di makam tersebut adalah membaca surat Yasin. Keistimewaan Balimau merupakan acara adat yang mengandung nilai sakral yang khas. Karena disana orang-orang sekitarnya akan berbondong-bondong menuju pinggir sungai untuk melakukan ritual mandi bersama. Tradisi Balimau Kasai di Kampar, konon telah berlangsung berabad- abad lamanya sejak daerah ini masih di bawah kekuasaan kerajaan. Upacara untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan ini dipercayai bermula dari kebiasaan Raja Pelalawan. Namun ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa upacara tradisional ini berasal dari Sumatera Barat. Bagi masyarakat sendiri upacara Balimau dianggap sebagai tradisi campuran Hindu- Islam yang telah ada sejak Kerajaan Muara Takus berkuasa.

Mandi Balimau kasai tersebut bukanlah termasuk sunnah rosulullah, melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya, Selain momen membersihkan diri secara zahir, mandi Balimau juga merupakan momen untuk menjalin silaturrahmi dan acara saling maaf memaafkan dalam rangka menyambut tamu agung yaitu Syahru Ramadan Syahrus Siyam, jadi bukanlah sebuah keyakinan yang memiliki dalil naqli secara qat’i. Tapi ini lebih kepada sebuah adat yang bersendikan syara’ (Syariat Islam) syara’ bersandikan Kitabullah yang secara filosifisnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.  Tidak dapat kita pungkiri bahwa kemajuan zaman hari ini secara langsung maupun tidak memberikan dampak negatif terhadap kehidupan kita dalam kerangka adat istiadat, banyak terjadi distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, termasuk mandi Balimau. Bisa kita lihat dari tahun-ketahun kegiatan mandi Balimau Kasai telah dinodai dengan tindakan yang  berseberangan dengan syariat Islam diantaranya berhura-hura, berboncengan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, mandi massal yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, mabuk-mabukan sampai kepada musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah Swt. Padahal dulunya, tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum memasuki bulan puasa atau sebelum magrib, anak kemenakan dan menantu atau juga yang tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman), kepala adat, atau guru ngaji mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang masuk bulan suci.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS