Ticker

6/recent/ticker-posts

Macam-macam Inai di Minangkabau Daun inai bisa disebut juga dengan henna yang mempunyai kegunaan untuk memberi warna di beberapa bagian kuku kaki dan kuku tangan, terkhusus untuk bagian tangan. Di dalam Bahasa ilmiah, daun inai atau daun pacar ini dinamakan dengan Lawsonia Inermis.Daun ini termasuk kedalam golongan Famili Lythraceae,kerajaan Planta,dan ber-Ordo Myrtales.Daun inai ini ditemukan pertama kali di daerah Afrika Timur dan Asia Barat. Di daerah Minangkabau menggiling daun inai menjadi salah satu cara anak- anak gadis di Minangkabau menghabisakan waktu bersama temannya. Para anak gadis ini biasa memilih tempat dipinggiran sungai untuk berkumpul bersama sebaya nya sembari menggiling daun ini untuk di aplikasikan ke kuku mereka, sesuai dengan salah satu fungsi nya sebagai pewarna.Selain fungsinya sebagai pewarna pemakaian inai ini juga berfungsi menambah kesan keindahan pada kuku wanita. Selain sebagai bahan pewarna dan bentuk rekreasi anak-anak gadis di Minangkabau,daun inai mempunyai banyak manfaat dalam dunia Kesehatan.Sebut saja sebagai obat asam lambung.Daun ini dapat mengatasi gejala sakit pada asam lambung.Cukup dengan cara menggunakan ekstrak daun inai.Selain itu,daun inai dapat digunakan untuk kepentingan Kesehatan rambut,seperti meluruskan,menghitamkan,dan menebalkan rambut.Daun ini jiuga dapat dijadikan untuk mengobatil kudis dan luka robek pada kaki.Cukup dengan menempelkan hasil gilingan daun kepada daerah yang membutuhkan.Selain fungsi Kesehatan yang ada pada daun Inai,daun ini kerap kali juga dijadikan sebagai tanaman hias dengan ketinggian mencapai 30 cm hingga 80 cm. Daun inai atau daun pacar ini ternyata mempunyai beberapa fakta unik yang mengikutinya.Pada jaman dahulu,masyarakat Minangkabau setempat percaya bahwa konon ketika daun ini sedang digiling,jika terlihat oleh ayam,katanya hasil gilingan daun ini tidak akan memunculkan warna merah (sirah).Kutipan selanjutnya,masyarakat setempat juga percaya bahwa ketika didalam proses penggilingan daun ini ditambahkan dengan arang,hasilnya akan lebih mengeluarkan warna merah (sirah) pada daun ini. Daun inai hasil gilingan tangan manual sangat berbeda dari segitu tekstur dengan henna.Namun keduanya sama sama berasal dari bahan yang sama.Henna sendiri digunakan sebagai kebutuhan yang lebih mendominan.Sebut saja seperti acara baralek.Dalam salah satu prosesi adat baralek,terdapat salah satu prosesi yang dinamakan dengan Malam Bainai.Daun inai yang telah di produksi menjadi henna,dipakaikan di tangan mempelai wanita,membentuk bermacam macam motif untuk menghias mempelai. Melalui metode penggilingan manual pada daun ini,terdapat beberapa langkah yang dapat diikuti untuk mengambil ekstrak warna pada daun ini. 1. Siapkan bahan-bahan yang merangkup seperti daun inai,air secukupnya,wadah penggiling,dan penggiling 2. Pisahkan lembaran daun dari batangnya dengan hati-hati. 3. Masukkan lembaran daun yang telah dipisahkan dari batangnya ke dalam wadah penggiling. 4. Tambahkan air secukupnya sesuai dengan tingkat kelumatan yang di inginkan. 5. Giling menggunakan penggiling hingga serat pada daun sedikit melumat. 6. Sisihkan kedalam wadah yang telah disediakan. 7. Aplikasikan pada bagian yang ingin dipakaikan,seperti kuku. 8. Diamkan hingga mengering. 9. Bilas menggunakan air setelah kering. Tempat menumbuk daun inai ini yaitu batu besar yang layah. Kenapa yang layah,karena menumbuk dengan cara digesek-gesek . Dan alat penumbuk yang digunakan yaitu batu yang berukuran menengah,tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Malam bainai adalah malam terakhir bagi calon pengantin wanita di Minangkabau merasakan kebebasan sebagai wanita lajang. Secara harfiah, bainai berarti berinai atau memakai inai, yaitu memakaikan tumbukan halus daun pacar kuku sebumnya diikat menggunakan tali kecil. Dalam istilah Minangkabau disebut daun inai ke kuku-kuku jari calon pengantin wanita. Tumbukan halus daun inai ini jika dibiarkan lekat semalam, akan meninggalkan bekas warna merah cemerlang pada kuku. Namun,ada juga yang warnanya menjadi warna oren atau merah kekuning-kuningan. Warna merah pada kuku memberi tanda bahwa wanita tersebut sudah menikah. Tidak semua kuku jari tangan diberi inai, melainkan hanya sembilan jari. Hal ini mengandung makna, sepuluh berarti sempurna, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Inai tradisional juga ada yang dikemas seperti bubuk.Inai bubuk diaplikasikan dengan dituangkan air sedikit. Perbandingan bubuk inai dengan air yaitu satu banding dua. Dan juga yang ditumbuk secara tradisional menggunakan batu. Sekarang ada inai modern,inai modern ini dikemas seperti kemasan pepsodent. Di karenakan ujung kemasan inai modern ini runcing,maka pada zaman sekarang ini banyaklah variasi serta bentuk bunga-bunga yang dilukiskan di tangan para pengantin wanita di Minangkabau. Dengan adanya inai modern ini maka sudah mulai jarang hingga tidak ada lagi orang Minang memakai inai dengan cara pengaplikasian secara tradisional.Tentunya memiliki alasan tersendiri orang minang menggunakan inai modern,selain caranya yang praktis,inai ini juga banyak pilihan warna,juga bisa digabungkan disatu pengaplikasian,sehingga menambah kesan keindahan pada tangan pengantin wanita.Bukan hanya wanita yang mengaplikasikan inai,lelaki di Minangkabau juga memakai inai.Terletak bedanya pada bentuk inai setelah di aplikasikan.Pada perempuan banyak terdapat gambar-gambar bunga yang dibuat dengan indah,Berbeda dengan perempuan,laki-laki di Minang berinai hanya sampai kuku,tidak dilukiskan bunga-bunga. Pengaplikasian inai ini juga memiliki waktu-waktu khusus. Di anjurkan pemakaian inai ini dilakukan saat matahari sudah mulai terbenam. Mengapa demikian,karena dengan melakukan pada matahari terbenam,ayam ayam sudah tidak ada lagi beraktivitas. Di dalam pemakaian inai ini tidak boleh dilihat oleh ayam. Kepercayaan ini sudah lama dijalankan dari nenek moyang terdahulu.Dikarenakan percayaan ini sudah kuno,dan bisa jadi seperti kebanyakan masyarakat minang beragama islam,tentunya kepercayaan seperti ini merupakan syirik.Bisa jadi tradisi pemakaian inai tradisional mulai hilang.

Identitas 
Nama : Nurfazira Okta Putri
Jurusan: Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas



Daun inai bisa disebut juga dengan henna yang mempunyai kegunaan untuk memberi warna di beberapa bagian kuku kaki dan kuku tangan, terkhusus untuk bagian tangan. Di dalam Bahasa ilmiah, daun inai atau daun pacar ini dinamakan dengan Lawsonia Inermis.Daun ini termasuk kedalam golongan Famili Lythraceae,kerajaan Planta,dan ber-Ordo Myrtales.Daun inai ini ditemukan pertama kali di daerah Afrika Timur dan Asia Barat. Di daerah Minangkabau menggiling daun inai menjadi salah satu cara anak- anak gadis di Minangkabau menghabisakan waktu bersama temannya. Para anak gadis ini biasa memilih tempat dipinggiran sungai untuk berkumpul bersama sebaya nya sembari menggiling daun ini untuk di aplikasikan ke kuku mereka, sesuai dengan salah satu fungsi nya sebagai pewarna.Selain fungsinya sebagai  pewarna pemakaian inai ini juga berfungsi menambah kesan keindahan pada kuku wanita.


Selain sebagai  bahan pewarna dan bentuk rekreasi anak-anak gadis di Minangkabau,daun inai mempunyai banyak manfaat dalam dunia Kesehatan.Sebut saja sebagai obat asam lambung.Daun ini dapat mengatasi gejala sakit pada asam lambung.Cukup dengan cara menggunakan ekstrak daun inai.Selain itu,daun inai dapat digunakan untuk kepentingan Kesehatan rambut,seperti meluruskan,menghitamkan,dan menebalkan rambut.Daun ini jiuga dapat dijadikan untuk mengobatil kudis dan luka robek pada kaki.Cukup dengan menempelkan hasil gilingan daun kepada daerah yang membutuhkan.Selain fungsi Kesehatan yang ada pada daun Inai,daun ini kerap kali juga dijadikan sebagai tanaman hias dengan ketinggian mencapai 30 cm hingga 80 cm.


Daun inai atau daun pacar ini ternyata mempunyai beberapa fakta unik yang mengikutinya.Pada jaman dahulu,masyarakat Minangkabau setempat percaya bahwa konon ketika daun ini sedang digiling,jika terlihat oleh ayam,katanya hasil gilingan daun ini tidak akan memunculkan warna merah (sirah).Kutipan selanjutnya,masyarakat setempat juga percaya bahwa ketika didalam proses penggilingan daun ini ditambahkan dengan arang,hasilnya akan lebih mengeluarkan warna merah (sirah) pada daun ini.


Daun inai hasil gilingan tangan manual sangat berbeda dari segitu tekstur dengan henna.Namun keduanya sama sama berasal dari bahan yang sama.Henna sendiri digunakan sebagai kebutuhan yang lebih mendominan.Sebut saja seperti acara baralek.Dalam salah satu prosesi adat baralek,terdapat salah satu prosesi yang dinamakan dengan Malam Bainai.Daun inai yang telah di produksi menjadi henna,dipakaikan di tangan mempelai wanita,membentuk bermacam macam motif untuk menghias mempelai.


Melalui metode penggilingan manual pada daun ini,terdapat beberapa langkah yang dapat diikuti untuk mengambil ekstrak warna pada daun ini.

1. Siapkan bahan-bahan yang merangkup seperti daun inai,air secukupnya,wadah penggiling,dan penggiling

2. Pisahkan lembaran daun dari batangnya dengan hati-hati.

3. Masukkan lembaran daun yang telah dipisahkan dari batangnya ke dalam wadah penggiling.

4. Tambahkan air secukupnya sesuai dengan tingkat kelumatan yang di inginkan.

5. Giling menggunakan penggiling hingga serat pada daun sedikit melumat.

6. Sisihkan kedalam wadah yang telah disediakan.

7. Aplikasikan pada bagian yang ingin dipakaikan,seperti kuku.

8. Diamkan hingga mengering.

9. Bilas menggunakan air setelah kering.


Tempat menumbuk daun inai ini yaitu batu besar yang layah. Kenapa yang layah,karena menumbuk dengan cara digesek-gesek . Dan alat penumbuk yang digunakan yaitu batu yang berukuran menengah,tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

        Malam bainai adalah malam terakhir bagi calon pengantin wanita di Minangkabau merasakan kebebasan sebagai wanita lajang. Secara harfiah, bainai berarti berinai atau memakai inai, yaitu memakaikan tumbukan halus daun pacar kuku sebumnya diikat menggunakan tali kecil. Dalam istilah Minangkabau disebut daun inai ke kuku-kuku jari calon pengantin wanita. Tumbukan halus daun inai ini jika dibiarkan lekat semalam, akan meninggalkan bekas warna merah cemerlang pada kuku. Namun,ada juga yang warnanya menjadi warna oren atau merah kekuning-kuningan. Warna merah pada kuku memberi tanda bahwa wanita tersebut sudah menikah. Tidak semua kuku jari tangan diberi inai, melainkan hanya sembilan jari. Hal ini mengandung makna, sepuluh berarti sempurna, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan. 

Inai tradisional juga ada yang dikemas seperti bubuk.Inai bubuk diaplikasikan dengan dituangkan air sedikit. Perbandingan bubuk inai dengan air yaitu satu banding dua. Dan juga yang ditumbuk secara tradisional menggunakan batu. Sekarang ada inai modern,inai modern ini dikemas seperti kemasan pepsodent. Di karenakan ujung kemasan inai modern ini runcing,maka pada zaman sekarang ini banyaklah variasi serta bentuk bunga-bunga yang dilukiskan di tangan para pengantin wanita di Minangkabau.

 Dengan adanya inai modern ini maka sudah mulai jarang hingga tidak ada lagi orang Minang memakai inai dengan cara pengaplikasian secara tradisional.Tentunya memiliki alasan tersendiri orang minang menggunakan inai modern,selain caranya yang praktis,inai ini juga banyak pilihan warna,juga bisa digabungkan disatu pengaplikasian,sehingga menambah kesan keindahan pada tangan pengantin wanita.Bukan hanya wanita yang mengaplikasikan inai,lelaki di Minangkabau juga memakai inai.Terletak bedanya pada bentuk inai setelah di aplikasikan.Pada perempuan banyak terdapat gambar-gambar bunga yang dibuat dengan indah,Berbeda dengan perempuan,laki-laki di Minang berinai hanya sampai kuku,tidak dilukiskan bunga-bunga.

Pengaplikasian inai ini juga memiliki waktu-waktu khusus. Di anjurkan pemakaian inai ini dilakukan saat matahari sudah mulai terbenam. Mengapa demikian,karena dengan melakukan pada matahari terbenam,ayam ayam sudah tidak ada lagi beraktivitas. Di dalam pemakaian inai ini tidak boleh dilihat oleh ayam. Kepercayaan ini sudah lama dijalankan dari nenek moyang terdahulu.Dikarenakan percayaan ini sudah kuno,dan bisa jadi seperti kebanyakan masyarakat minang beragama islam,tentunya kepercayaan seperti ini merupakan syirik.Bisa jadi tradisi pemakaian inai tradisional mulai hilang.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS