Oleh : Rido Ilham, mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau, Universitas Andalas.
Silek Minangkabau berbeda dengan pencak silat dan silat pada umumnya. Kata silek pada bahasa Minangkabau berbeda padanan dengan kata silat pada bahasa Indonesia. Kata silat pada Bahasa Indonesia, seperti pengertian dalam KBBI yaitu olahraga (permainan) yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan seni bela diri, baik menggunakan senjata maupun tidak. Silek di Minangkabau bukanlah suatu seni ataupun permainan, tetapi suatu pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekayaan lahir dan batin dalam berinteraksi dengan tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya. Sebagai sebuah keterampilan, silek juga melahirkan sebuah kreatifitas seni gerak yang disebut dengan Pancak. Pancak diartikan sebagai bunga atau buah dari silek yang dapat dijadikan suatu permainan ataupun pertunjukan, seperti randai, sipak rago, dan tari-tarian.
Silek Minangkabau mengandung kearifan lokal untuk memanajemen konflik yang khas dan sangat menekankan kepada pencegahan dan penyelesaian konflik tanpa mematikan potensi konflik yang akan muncul ditengah masyatakat. Pencegahan konflik yang dimaksud dalam masyarakat Minangkabau sangat mempertimbangkan atau memfasilitasi konflik melalui media budaya, supaya dapat mengubah konflik yang berpotensi menimbulkan tindakan anarkis di tengah mansyarakat menjadi konflik yang etis serta bermatabat dan bernilai positif. Dalam budaya Minangkabau, individu-individu dipandang setara dan sekaligus sebagai faktor pembeda. Sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Minangkabau “Alam Takambang Jadi Guru” yang mana alam terdiri atas unsur-unsur berbeda yang saling melengkapi yakni api, air, angin, dan tanah. Dengan demikian, budaya untuk bersaing dan berkonlik dalam Masyarakat Minangkabau sangat kuat.
Masyarakat Minangkabau yang hidup dalam kuatnya etos budaya bersaing dan berkonflik, yang apabila dijadikan hal yang sepele tentunya akan mengancam keharmonisan hidup bermasyarakat. Untuk itu sangat diperlukan silek.
Silek merupakan kekuatan etos, kecerdasan intelektual, keterampilan, kecekatan, serta ketangkasan fisik dan seterusnya. Silek Minangkabau mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu, silek juga meliputi silik dan suluk. silik diartikan sebagai ilmu untuk mempelajari atau mengenal diri batiniah dan suluk adalah ilmu yang mempelajari atau mengenal diri lahir dan batin. Artinya silek mencakup lahir batin, fisik dan mental, material sosial spiritual serta dunia dan akhirat. Dengan adanya silek dalam masyarakat, dapat mengendalikan konflik dengan menjunjung tinggi nilai budi yang mengajarkan nilai-nilai toleransi seperti ungkapan adat “lamak dek awak katuju dek urang” yang sangat mementingkan raso jo pareso atau tenggang rasa. Dengan demikian lahirnya silek di tengah masyarakat Minangkabau untuk mencari teman berunding terhadap suatu permasalahan yang menekankan pada kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi untuk mendapatkan hasil yang bernilai positif. Di samping itu, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saja tidak cukup untuk menyelesaikan sebuah konflik tanpa melibatkan kecerdasan spiritual sehingga diartikan menjadi silek lahie mancari kawan, silek batin mancari Tuhan.l
0 Comments