Penulis: Santika Ramadhani. Mahasiswa Sastra Minangkabau. Universitas Andalas
Pencak silat sebagai suatu permainan rakyat mempunyai dua peranan sebagai permainan ia dinamakan pencak dan sebagai seni beladiri ia dinamakan silat. Peranan pencak di samping sebagai permainan juga sebagai tangga mempelajari silat. Pesilat disebut pandeka ( pendekar ) , sedangkan pemain pencak disebut anak silek ( anak silat ) karena yang memainkannya atau mempelajarinya ialah anak anak dan remaja.( Navis A.A ). Pada kutipan ini berarti ada dua jenis yaitu pencak dan silat. Pencak yang merupakan suatu permainan yang biasa dimainkan oleh anak – anak atau remaja, sedangkan silat ialah disamping untuk permainan ia juga berfungsi sebagai bela diri. Silat ini sendiri biasanya setiap daerah memiliki ciri khususnya masing masing. Aliran serta fungsinya yang berbeda beda pula. Ada yang berfungsi sebagai hiburan untuk dipertontonkan ada juga yang berfungsi untuk pertahanan dan untuk penjaga diri.
Pada tulisan ini saya akan terfokus kepada Silek Rajo Sakti yang berlokasikan di Korong Sialang, Nagari Tandikat Utara, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Silek ini merupakan Silek Tuo adalah Silek versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatra Barat. Silek Raja Sakti ini didirikan oleh Zahartono atau yang biasa dikenal dengan sebutan Labai Buyuang. Perguruan Silek ini didirikan tahun 2016. Hingga saat ini perguruan beranggotakan sekitar 50 orang. Zahartono sebagai pendiri perguruan ini mendapat amanat dari gurunya untuk meneruskan Silek Tuo agar tidak hilang dan punah dimakan zaman. Gurunya dikenal dengan sebutan Malanca Siabuang. Sebelum gurunya meninggal dunia ia memberikan amanat agar silek dapat bertahan , maka dari itu Zahartono mendirikan dan sampai sekarang menjalankan perguruan Silek Raja Sakti ini.
Perguruan Silek Raja Sakti ini juga sudah mendapatkan izin dari Ikatan Pencak Silat Indonesia atau singkatan dari IPSI. Lstihan pada perguruan ini biasa dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu pada hari Kamis dan Sabtu. Tempat atau lokasi latihannya juga dilakukan pada tempat khusus yang tertutup, karena Silek Tuo bukan untuk seni pertunjukan atau untuk dipertontonkan melainkan untuk bela diri atau benteng diri, Pewarisan silek diperguruan ini juga dilakukan secara turun temurun, namun pewarisan secara jelasnya tidak bisa disampaikan pada umum. Gerakan yang ada pada silek ini ialah langkah tigo pada asalnya milik Kuciang Siam, Harimau Campo, dan Kambiang Hutan ; yang secara geografis berasal dari daratan Asia Tenggara. Akan tetapi setelah berada di Minangkabau disesuaikan dengan kepribadian yang diwarnai pandangan hidup, yaitu agama Islam. Di masa itu agama Islam belum lagi secara murni di amalkan, karena pengaruh kepercayaan lama dan berbagai filsafat yang dianut belum terkikis habis dalam diri mereka. Namun dalam ilmu silat pusaka yang berbentuk Langkah Tigo dan juga dinamakan Silek Tuo, mulai disempurnakan dengan mengisikan pengkajian faham dari berbagai aliran Islam.
Langkah Tigo dalam silat Minang, didalamnya terdapat gerak-gerak yang sempurna untuk menghadapi segala kemungkinan yang dilakukan lawan. Perhitungan angka tiga disejalankan dengan wirid dan latihan, inipun tidak semua orang dapat memahami dan mengamalkannya karena mistik. Kaifiat atau pelaksanaannya dilakukan secara konsentrasi sewaktu membuat langkah tigo. setiap langkah ditekankan pada ” Alif, Dal, Mim “ Tagak Alif, Pitunggua Adam, Langkah Muhammad Tegak Allah, Kuda-kuda bagi Adam, Kelit dari Muhammad, Tangkapan oleh Ali, dan tendangan beserta Malaikat. ( sandi kunci bergerak ). Umumnya setiap gerakan gerakan yang ada pada aliran Silek Tuo tidak memiliki nama atau jarang yang mempunyai penamaan.
Pada Silek Tuo memiliki beberapa pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar. Pertama, melawan kepada guru , setiap anggota tidak boleh melawan kepada guru yang sudah mengajarkannya. Harus tetap sopan dan hormat kepada guru. Kedua, sesama murid tidak boleh bertengkar karena sesama murid merupakan saudara. Ketiga, tidak boleh mencari lawan atau musuh. Ini juga terdapat dalam pepatah minang yaitu “ Musuah pantang dicari, basuo pantang diilakkan” yang berarti lawan atau musuh tidak boleh dicari tetapi kalau datang sebagai pendeka juga tidak boleh mundur. Ke empat, membanggakan diri sendiri. Ini merupakan gambaran sikap atau perilaku yang sombong dan angkuh, sikap ini tidak boleh ada pada murid diperguruan ini. Sesuai dengan papatah minang “ Lahia Silek Mancari Kawan, Bathin Silek Mancari Tuhan” yang berarti secara lahiriah silek bertujuan untuk mencari teman bukan untuk mencari musuh, Berguna untuk bertahan apabila diserang oleh musuh dan juga berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Semakin tinggi ilmu yang dimiliki maka akan lebih dekat juga hubungan dengan sang pencipta. Akan membuat sikap yang rendah hati pada setiap murid yang paham akan makna tersebut.
Perguruan silek ini berdiri dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan silahturahmi atau yang dikenal dengan batajau. Karena dengan adanya perguruan silek maka akan sering terjadi interaksi atau hubungan dengan saling mengunjungi sanggar. Ini akan memicu hubungan sosial yang baik dalam masyarakat. Saya sebagai penulis ingin menyampaikan bahwa kita sebagai generasi muda hendaknya berupaya untuk mempertahankan atau bahkan lebih mengenalkan lagi perguruan yang ada didaerah masing masing agar dapat dikenal dan lebih berkembang. Ini merupakan warisan yang harus dipertahankan dan dikenal oleh orang luar agar tidak hilang saja nantinya.
0 Comments