Ticker

6/recent/ticker-posts

BRUTAL CONTENT




Emeraldy Chatra


Saya awali tulisan ini dengan kisah seorang kandidat bupati di Sumatera Barat, kita beri nama Andi, yang mulai putus asa. Setelah beberapa bulan berjuang ternyata elektabilitasnya – menurut survei – tetap tidak naik. Kemungkinan besar akan kalah. Sementara uang juga makin menipis.


Dalam kegamangan dan imaji buruk kekalahan itu seorang anak muda bernama Awan menawarkan sebuah teknik komunikasi untuk pemenangan kepada istrinya. Sebutlah namanya Santi. Awan menamakan teknik itu Brutal Content, disingkat Bece. Dengan Bece, kata Awan, sang kandidat akan memenangkan perebutan kursi bupati. 


Sebuah penawaran dan janji yang terasa utopis. Tapi mengingat biayanya hanya Rp 6 juta, Santi tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia pikir itu tawaran paling murah, nyaris tidak masuk akal, dibandingkan tawaran-tawaran lain yang umumnya menelan biaya di atas Rp 50 juta. Begitu murahnya, kalau pun tidak berhasil, tidak terlalu merugikan.


Apa yang terjadi kemudian memang luar biasa. Tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Teknik Bece membawa Andi menjadi pemenang. Dari empat paslon, ia memperoleh suara sekitar 45%.


Awan menceritakan kejadian itu kepada saya dengan suka cita. Ia semakin yakin dengan teknik komunikasi Bece akan banyak peluang bisnis di masa depan. Bece tidak hanya dapat digunakan untuk memenangkan kontestasi politik, tapi juga potensial untuk kepentingan bisnis atau program-program sosial-budaya yang membutuhkan dukungan masyarakat.


Saya sudah kenal Awan sejak 12 tahun yang lalu. Seorang anak muda pemikir yang kreatif, yang kini memiliki delapan perusahaan media daring, dan jagoan di bidang IT. Ia selalu mengatakan pada orang lain bahwa saya gurunya. Sepertinya ia bangga mengaku jadi murid saya. Padahal sebenarnya tak banyak ilmu yang saya berikan kepadanya. 


Saya mencoba menganalisis teknik Bece dengan kaca mata seorang akademisi. Terus terang, saya tercengang. Ini sebuah teknik komunikasi yang sangat inovatif, bahkan mungkin ditunggu-tunggu kehadirannya oleh banyak praktisi public relations, ahli-ahli komunikasi pemasaran, atau ahli kampanye. 


Teknik Bece menggunakan ‘keajaiban’ media sosial yang makin banyak diakses masyarakat. Ia padukan kecenderungan orang yang suka membaca judul berita saja, tagar, indeks Google, kecenderungan masyarakat membagi (sharing) konten media, dan berbagai karakter lain. Perpaduan itu melahirkan sebuah sistem yang benar-benar baru.


Mengapa teknik itu dinamakan Brutal Content? Sebabnya, teknik itu memang brutal dalam membangun reputasi dan citra klien. Lontaran pesannya yang super intensif membuat pesaing tidak dapat berkutik dan bahkan hilang dari perhatian pengguna media sosial. Dalam waktu lima hari pesan-pesannya dapat menguasai jagad media, membuat perhatian orang hanya tertuju kepada kandidat yang ia kampanyekan.


Saya tidak akan membukakan detil teknik Bece kepada Anda, karena saya sudah berjanji kepada Awan akan merahasiakannya. Tahun depan ia akan membuka perusahaan konsultan public relations dan menjadikan teknik Bece sebagai andalan. Sekaligus menjadi rahasia perusahaan. 


Ia sangat optimis. Saya pun begitu.


19/12/2020

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS