Ticker

6/recent/ticker-posts

SYARAT DAN TANDA-TANDA DITERIMANYA TAUBAT SEORANG UMAT


Oleh : Prof.Asasriwarni MH

*_A. Dalil Rujukan :_*


a. An Nur Ayat 5 :


إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ


*Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang*  (QS. An-Nur Ayat : 5)


b. Ali Imran 89 :


إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ


*Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang*  (QS. Ali Imran Ayat : 89)


c. Sad Ayat 46 :


إِنَّآ أَخْلَصْنَٰهُم بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى ٱلدَّارِ


*Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat ?* (QS. Sad Ayat : 46)


d. Taha Ayat 82 :


وَإِنِّى لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ


*Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap memperoleh petunjuk (di jalan yang benar)*  (QS. Taha Ayat : 82)

 

*_B. Syarat Diterimanya Taubat :_*


Menurut Al-Imam Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani yang dimaksud dengan  taubat adalah *kembalinya seorang dari satu keadaan yang dicela oleh syari'at (perbuatan dosa) kepada keadaan yang dicintai syari'at (ibadah)*


Oleh karena itu, yang menjadi barometer  diterima atau tidaknya taubat seseorang bukan dari pengakuan orang lain. Akan tetapi  pengakuan menurut syari'at Allah SWT. Taubat wajib dilakukan untuk semua dosa tanpa terkecuali. Berikut ini ada beberapa pendapat tentang syarat diterimanya taubat seseorang, yakni :


*1. Menurut Imam Nawawi Dalam kitab "RIYADHUS SHALIHIN", Dijelaskan Bahwa,  Syarat Untuk  Bertaubat Sbb :*


قَالَ العلماءُ : التَّوْبَةُ وَاجبَةٌ مِنْ كُلِّ ذَنْب ، فإنْ كَانتِ المَعْصِيَةُ بَيْنَ العَبْدِ وبَيْنَ اللهِ تَعَالَى لاَ تَتَعلَّقُ بحقّ آدَمِيٍّ فَلَهَا ثَلاثَةُ شُرُوط :


أحَدُها : أنْ يُقلِعَ عَنِ المَعصِيَةِ .


والثَّانِي : أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فِعْلِهَا .


والثَّالثُ : أنْ يَعْزِمَ أَنْ لا يعُودَ إِلَيْهَا أَبَداً . فَإِنْ فُقِدَ أَحَدُ الثَّلاثَةِ لَمْ تَصِحَّ تَوبَتُهُ.


وإنْ كَانَتِ المَعْصِيةُ تَتَعَلقُ بآدَمِيٍّ فَشُرُوطُهَا أرْبَعَةٌ : هذِهِ الثَّلاثَةُ ، وأنْ يَبْرَأ مِنْ حَقّ صَاحِبِها ، فَإِنْ كَانَتْ مالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدَّهُ إِلَيْه ، وإنْ كَانَت حَدَّ قَذْفٍ ونَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ ، وإنْ كَانْت غِيبَةً استَحَلَّهُ مِنْهَا . ويجِبُ أنْ يَتُوبَ مِنْ جميعِ الذُّنُوبِ ، فَإِنْ تَابَ مِنْ بَعْضِها صَحَّتْ تَوْبَتُهُ عِنْدَ أهْلِ الحَقِّ مِنْ ذلِكَ الذَّنْبِ وبَقِيَ عَلَيهِ البَاقي . وَقَدْ تَظَاهَرَتْ دَلائِلُ الكتَابِ والسُّنَّةِ ، وإجْمَاعِ الأُمَّةِ عَلَى وُجوبِ التَّوبةِ .


*Para ulama berkata : ‘taubat itu wajib dilakukan untuk semua dosa. Jika maksiatnya berkaitan antara hamba dengan Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa, tidak terkait dengan hak-hak manusia, maka syarat (diterimanya taubat) ada 3, yaitu :*


*Tidak mengulangi lagi maksiat tersebut. Menyesal telah melakukan maksiat tersebut. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat itu selamanya. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka tidak sah taubatnya*


*Namun jika maksiatnya berkaitan dengan manusia lainnya, maka syaratnya ada 4, yaitu 3 syarat diatas, (ditambah satu syarat lagi yakni) meminta dibebaskan dari hak orang yang didholimi. Jika berupa harta atau yang semisalnya, maka dikembalikan kepada (orang yang kita ambil hartanya). Jika berupa tuduhan palsu, maka direhabilitasi namanya atau minta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah, maka minta dihalalkan*


*Wajib untuk bertaubat dari semua dosa, jika bertaubat dari sebagian dosa, maka sah taubatnya menurut ulama tahqiq dari dosa yang ia taubati, tapi masih tersisa dosa lainnya. Sangat jelas sekali dalil-dalil dari Kitab, Sunnah dan Ijma ulama berkaitan wajibnya bertaubat*


*2. Sedangkan Menurut Syeh Abdul Qadir Al Jilani  Dalam Kitab "AL-GHUNYAH" Menerangkan, Bahwa Syarat Bertaubat Dalam Agama Islam Dapat Dikategorikan Menjadi  Tiga, Yakni :*

 

أما شروطها فثلاثة: أولها الندم على ما عمل من المخالفات وهو قول النبي صلى الله عليه وسلم الندم توبة. وعلامة صحة الندم رقة القلب وغزارة الدمع ولهذا روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: جالسوا التوابين فإنم أرق أفئدة. والثاني ترك الزلات في جميع الحالات والساعات. والثالث العزم على ألا يعود إلى مثل ما اقترف من المعاصى والخطيئات


*Syarat tobat ada tiga : _Pertama_, menyesali atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan, ini berdasarkan hadis Rasulullah, ‘Menyesali kesalahan adalah tobat’. Tanda dari penyesalan adalah lembutnya hati dan berderainya air mata. Sebab itu, Rasulullah mengatakan : ‘Berkumpullah bersama orang yang bertobat, karena hati mereka lembut;  _Kedua_, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun; dan  _Ketiga_, berjanji dan berusaha untuk tidak kembali pada dosa dan kesalahan*


*_C. Tanda-tanda Taubat Seseorang Diterina Oleh Allah SWT :_*


Setiap umat Muslim memiliki kecenderungan dan potensi melakukan dosa atau maksiat. Untuk menghapus dosa tersebut, Allah SWT membukakan banyak jalan agar umat-Nya mau bertaubat.  


Dari sekian jalan dan cara yang dilakukan oleh seorang umat untuk bertobat, ada beberapa tanda jika taubat tersebut diterima oleh Allah SWT.  Adapun tanda-tanda taubat seseorang telah diterima oleh Allah SWT, telah diterangkan dalam sebuah ayat berikut ini : 


ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلۡعَٰبِدُونَ ٱلۡحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 


*Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji, yang melawat, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf  dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu*  (QS. At-Taubah  Ayat : 112)


Dengan mengacu kepada ayat tersebut di atas, seorang ulama bernama *_Sayyid Muhammad Bin Abdi Al-Karim_*, dalam kitab *_Mausu’ah Al-Kisanzan Fima Isthalaha ‘Alaihi Ahli At-Tasawuf Wa Al Irfan_* menjelaskan, ada empat hal penanda diterimanya taubat seseorang, yakni : 


*1. Tanda Yang Pertama :*


Umat tersebut menjauhi segala pertemanan dengan orang yang ahli maksiat atau berbuat kejahatan. Dengan begitu, dia terhindar dari kebiasaan sebelumnya, serta bergaul dengan orang yang shaleh, orang yang baik dalam perilaku kehidupannya dengan menjalankan segala perintah Allah SWT, serta menjalin hubungan baik dengan sesama. 


 Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berikut ini :


مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً


*Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak* (HR. Bukhari No. 2101)


*2. Tanda Yang Kedua :*


Umat tersebut menjauhi segala tutur kata,  sikap dan perilaku  yang menjurus ke perbuatan  dosa dengan bekal ilmu dan ketaatan. Kesalahan yang dia lakukan sebelumnya bisa terhapus dengan perbuatan baik yang dia lakukan pada saat sekarang dan yang akan datang.


Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam sebuah ayar berikut ini :


وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ


*Dan laksanakan lah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)* (QS. Hud Ayat : 114)


*3. Tanda Yang Ketiga :*


Umat tersebut  selalu berusaha mengesampingkan kesenangan duniawi dengan mengambil secukupnya. Ia tidak akan terlena dan selalu membayangkan kesusahan yang akan dialami di akhirat kelak bila dia berbuat dosa.  

Dengan membayangkan kondisi di akhirat, dia menjadi lebih termotivasi agar berhati-hati dalam berbuat, melangkah, dan berbicara. 


Hak tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berikut ini : 


مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْيَا وَهِـيَ رَاغِمَةٌ


*Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina*  (HR. Ahmad  V/183; Ibnu Majah No. 4105; Ibnu Hibban No. 72; Mawariduzh Zham’an;  dan Al-Baihaqi VII/288 dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, No. 950)


*4. Tanda Tambahan :*

 

Hamba Allah yang taubatnya diterima akan menggunakan segala anugerah dan kepunyaannya sebagai sarana dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan. Harta yang dia miliki nantinya membawa keberkahan dalam hidupnya.


Orang yang mengaku sudah bertaubat hendaknya mengalami perubahan dalam perjalanan hidupnya. Dia akan selalu mengarahkan dirinya untuk berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa.


Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam sebuah ayat berikut ini :


وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابًا


*Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya* (QS. Al Furqan Ayat : 71)

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS