Ticker

6/recent/ticker-posts

Leonardy Tegaskan, Inyiak Canduang Sangat Pantas Jadi Pahlawan Nasional



Padang - Sudah 50 tahun Syekh Sulaiman Arrasuli meninggalkan kita semua. Sangat besar jasa dan pengorbanannya bagi bangsa dan negara ini. Gagasan, ide, pemikiran dan tindakannya berguna hingga kini.


Namun hingga peringatan Haul Syekh Sulaiman Arrasuli ke-50 yang diselaraskan dengan peringatan HUT RI ke-75, belum ada pengakuan resmi terhadap kepahlawanan lelaki yang dimuliakan dengan sapaan Inyiak Canduang itu. Hal itu menjadi perhatian serius bagi Anggota DPD RI, H. Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa, S.IP., MH.


Makanya Senator asal Sumbar itu mendukung penuh kegiatan seminar nasional dengan sistem luring dan daring (webinar) yang ditujukan agar Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi Pahlawan Nasional tersebut. “Dilihat dari sisi ketokohannya, kiprahnya, gagasannya mencerdaskan anak bangsa hingga mempersatukan elemen bangsa ini, sudah sangat pantas Inyiak Canduang mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional,” tegasnya.


Dikatakan Leonardy, Syekh Sulaiman Arrasuli memang bukan berjuang dengan senjata. Dia berjuang dengan pemikiran dan gagasan untuk mencapai Indonesia merdeka sebagaimana yang juga pernah dilakukan Proklamator Sukarno Hatta. Terlihat bagaimana Syekh Sulaiman mempersiapkan generasi melalui pendidikan. Syekh Sulaiman Arrasuli mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang telah berkembang pesat hingga kini.


Syekh Sulaiman Arrasuli atau Inyiak Canduang mahir berdiplomasi terhadap tentara pendudukan Jepang. Perti dan Muhammadiyah selamat dan tidak jadi dibubarkan oleh Jepang.


Inyiak pun termasuk orang yang menyetujui pembentukan laskar rakyat yang dilatih oleh militer Jepang. Maka berdirilah Laskar Hizbullah, Laskar Muslim, Barisan Sabilillah yang berguna dalam perjuangan kemerdekaan selanjutnya. 


Kecerdikannya membuat Inyiak Candung memilih menjadikan Perti sebagai partai politik yang berdiri sendiri. Bukan bergabung ke dalam Partai Murba sebagaimana organisasi keagamaan lainnya. “Kecerdikan ini mengantarkan Inyiak Canduang dan orang-orang Perti menjadi anggota Konstituante. Berkat kecerdikannya pula membuat Inyiak sukses memimpin Sidang Konstituante yang harus menyiapkan perubahan undang-undang dasar hingga pembentukan Panitia Adhoc. Itu terjadi pada usia 84 tahun,” ungkap Leonardy.


Bukan dari sisi politik saja. Bahkan Syekh berperan pula dalam bidang ekonomi. Inyiak Canduang merupakan salah satu pendiri Bank Nasional.


Makanya dari sisi waktu, diakuinya sangat terlambat gelar pahlawan nasional disematkan kepada tokoh yang diakui kalangan ulama tua dan disegani kalangan ulama tua. Tokoh nasional lain yang selevel dan hampir seumur dengannya sudah mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional. 


Dijelaskannya, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah lahir tahun 1868 sudah mendapatkan anugerah pahlawan nasional pada tahun 1961. KH. Hasyim Asy’ari yang lahir tahun 1875, pendiri Nahdlatul Ulama ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964. Sementara Inyiak Canduang yang lahir pada 1871, pendiri Tarbiyah PERTI, hingga haulnya ke-50 pada tahun 2020 belum kunjung ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Dia mengingatkan bahwa KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’Ari dan Syekh Sulaiman Arrasuli sama-sama berguru dengan Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Mekkah.

“Sudah seharusnya keluarga besar Tarbiyah PERTI berbekal dukungan semua pihak memperjuangkan hal ini dengan segenap daya dan upaya hingga gelar pahlawan nasional untuk Inyiak Canduang diberikan pemerintah. Saya akan mengupayakan rekomendasi dari Ketua DPD RI, Ketua DPR RI sebagaimana yang saya lakukan waktu pengajuan Ruhana Kuddus,” ujarnya tegas.

Leonardy pun optimis seminar ini yang menghadirkan Dirjen Pemberdayaan Sosial  Kementerian Sosial RI, pihak keluarga, keluarga besar Tarbiuyah PERTI, alumni MTI, dan pihak-pihak yang siap mendukung tentu merupakan suatu langkah awal yang baik agar pada April atau Mei 2021, semua bahan-bahan yang diperlukan siap diajukan ke Kementerian Sosial. Bahkan webinar kali ini diyakininya mempermudah jalan menuju Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi pahlawan nasional. 

Disebut mempermudah, karena Direktur Kepahlawanan Keperintisan Kesetiakawasan dan Restorasi Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI, Drs. Joko Irianto, M.Si, mengetahui dari awal upaya menjadikan Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi pahlawan nasional. Dalam kesempatan itu, Joko Irianto memaparkan tentang gelar, pahlawan nasional dan tahapan-tahapan yang harus dilalui. Penjelasannya rinci dan terstruktur.


Sejarawan dari UNP, Dr. Siti Fatimah, M.Pd, M.Hum, memaparkan fakta-fakta sejarah bagaimana ketokohan Syekh Sulaiman Arrasuli. Momen penting dalam kehidupannya yang patut dicermati adalah episode sepulangnya dari Mekkah. Syekh Sulaiman Arrasulli mampu mengadopsi pendidikan modern. Dia mengubah pendidikan sistem halaqah menjadi klasikal. Mempersiapkan embrio perlawanan terhadap kolonial Belanda.


Pada 5 Mei 1928, menjadi bukti bagaimana Syekh Sulaiman Arrasuli berhasil melaksanakan pertemuan yang saat ini sudah bisa dikategorikan sebuah konferensi. Ketokohannya dan pengaruhnya yang kuat bisa menghadirkan ulama-ulama terkemuka dari berbagai daerah.


Siti Fatima menjelaskan momen-momen bersejarah yang memperlihatkan kelayakan Inyiak Canduang menjadi Pahlawan Nasional. Kelayakan ini ditambahi oleh Prof. Dr.H. Alaidin Koto, MA dan Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.Ag. 


Prof. Dr.H. Alaidin Koto, MA yang juga Guru Besar UIN Suska Riau mengungkapkan bagaimana peran Syekh Sulaiman Arrasuli menjaga persatuan dan kesatuan para pemeluk agama Islam. Menurutnya, khilafiyah harus dipandang sebagai khilafiyah, bukan sebagai dasar mengatakan yang lain melakukan bid’ah. Hal ini sangat mendasar untuk menyatukan semua paham dalam Islam. 


Syekh Sulaiman Arrasuli kata Alaidin juga menyatukan adat dan syarat. Syekh berpandangan, islam dan adat harus dipadukan, jangan dipertentangkan. Keberhasilan membangun keharmonisan antara adat dan agama membuat Ratu Wilhelmina memberinya penghargaan.


Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH, M.Ag, Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang mengemukakan hal penting yang terjadi di tahun 1954. Di tahun itu ada gagasannya yang menjadikan suatu bangsa berkualitas yang dimulai dengan keluarga. Gagasan Syekh Sulaiman waktu itu adalah menjadikan Presiden Sukarno sebagai Waliyul Amri Ad Darul Bissyaukah. 


Lewat gagasannya itu, seseorang wanita yang tidak mempunyai wali nikah bisa berwali kepada pemerintah. Presiden sebagai walinya mewakilkan kepada Menteri Agama yang kemudian mewakilkan pula kepada KUA. “Besar sekali gagasan beliau ini. Gagasan ini terpakai hingga kini,” pujinya.


Ditambah lagi dari pemaparan dari Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag (Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. H. Mukhtar Latif, M.Pd (Guru Besar UIN Jambi), Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd (Guru Besar UNP).



Banjir Dukungan 


Upaya menjadikan Syekh Sulaiman Arrasuli ini mendapat dukungan berbagai pihak. Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, S.Psi, M.Psi, mengatakan “Kami sangat semangat untuk mendukung semua prosedur yang dilalui untuk Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi pahlawan nasional. Karena beliau banyak sekali kiprahnya, banyak sekali pengorbanannya, dukungan serta bantuan sebelum dan sesudah kemerdekaan,” ungkapnya.


Menurutnya pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Syekh Sulaiman Arrasuli tentu menambah deretan tokoh-tokoh dari Sumatera Barat yang menjadi pahlawan nasional. Saat ini yang sudah terdata dan mendapatkan SK Presiden, ada 15 pahlawan nasional asal Sumatera Barat. Jika dibandingkan etnis lain, kita persentasenya terbanyak. dengan penduduk yang hanya 5,2 juta tapi sudah dapat 15 dan akan banyak yang antri setelah ini. Secara persentase kita etnis terbanyak yang menyumbang pahlawan nasional.


Belum lagi pahlawan nasional yang diusulkan daerah lain namun masih mempunyai ikatan darah dengan Sumatera Barat. Ada sahamnya dari Sumatera Barat. 


Kata Gubernur, Syekh Sulaiman Arrasuli mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang berpusat di Canduang. Dan kini banyak madrasahnya tersebar yang didirikan para alumni. “Luar biasa jasanya. Jasa yang tak terlupakan. Secara tersirat beliau sudah tokoh nasional, secara tersirat sudah pahlawan nasional. Namun secara tersurat belum karena belum ada SK Presiden,” tegasnya.


Gubernur mengapresiasi penyatuan Tarbiyah PERTI. Satu dalam visi, satu dalam misi dan satu dalam gerak langkah. Untuk itu kata Gubernur menegaskan persatuan tersebut tentu sangat berdampak terhadap dakwah, terhadap umat dan kemaslahatan bangsa dan negara. Makin memudahkan upaya mewujudkan cita-cita Syekh Sulaiman Arrasuli dan menjadikannya pahlawan nasional.


Ketum PP Tarbiyah PERTI, H. Basri Bermanda, juga menyampaikan dukungannya atas upaya Tarbiyah PERTI tersebut. Diungkapkannya sejumlah pernyataan tokoh yang mempertanyakan kenapa tokoh besar seperti Syekh Sulaiman Arrasuli belum juga mendapat gelar Pahlawan Nasional. Termasuk di dalam kelompok  ini, Wapres RI. KH. Makruf Amin.


Alumni MTI yang diketuai oleh Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, H. Hendri, S.Ag, M.Pd juga menyatakan dukungan dan kegembiraannya atas upaya menjadikan Inyiak Canduang Pahlawan Nasional.


Paling menggembirakan lagi, pihak keluarga Rita Rasul dan Dr. Syukri Iska, M.Ag juga mendukung upaya itu. Bahkan Rita yang berdomisili di Jakarta siap terlibat penuh dalam pengurusan penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi kakeknya itu ke Kementerian Sosial RI. (*)

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS