Ticker

6/recent/ticker-posts

Pergeseran Perilaku dan Gaya Hidup Perempuan Minangkabau

Oleh : Reza Ramadani, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Unand

Perempuan Minangkabau adalah seseorang yang dihormati, dihargai dan dijadikan panutan bagi generasi penerusnya, terutama anak gadih Mingkabau. Perempuan sebagai Bundo Kanduang di Minangkabau, sangatlah menjunjung tinggi adat dan kebudayaan Minangkabau sebagaimana yang diwariskan dan diajarkan oleh orang terdahulunya. Pe¬nger¬tian Bundo Kanduang merujuk kepada per¬kum¬pulan perempuan-perempuan yang paling tua pada suatu kaum. Adat dan kebudayaan Minangkabau sangat menekankan masyarakatnya untuk selalu bersikap sopan dan santun, baik itu dalam ucapan mapun tindakan. Ada beberapa hal ter¬kait dari fungsi Bundo Kan¬duang yaitu: sebagai pene¬rima waris dari Pusako Tinggi, menjaga keberlangsungan keturunan, dan sebagai per¬lambang moralitas dari ma¬sya¬rakat Minangkabau. Namun, perempuan Minangkabau saat ini sudah diracuni oleh kemajuan zaman, teknologi, dan kebudayaan asing.
Pada saat sekarang ini perkembangan zaman sangat begitu cepat merubah dan menggantikan kebudayaan asli di suatu daerah, khusunya daerah di Minangkabau. Apalagi dengan teknologi yang sudah semakin canggih. Zaman dahulu dengan masa sekarang pasti sangat jauh berbeda, perilaku dan gaya hidup orang tentu juga berubah terutama sekali perempuan Minangkabau sebagai bundo kanduang atau limpapeh rumah nan gadang di Minangkabau. Limpapeh rumah nan ga¬dang, menjelaskan perem¬puan sebagai simbol dari runtuh bangunnya sebuah kaum. Anggapan bahwa baik-buruknya sebuah kaum ter¬gan¬tung dari perempuan-pe¬rem¬puannya. Ketika mendengar kata perempuan pasti rasanya istimewa sekali apalagi dengan perempuan Minangkabau yang kental akan adat dan kebudayaannya, jadi untuk itu para petinggi-petinggi Minangkabu selalu menekankan pada masyarakatnya agar mereka bisa menjaga sikap dan perilakunya dan melestarikan adat dan kebudayaan yang ada di Minangkabau.
Akan tetapi perempuan Minangkabau sudah semakin jauh melenceng dari kata adat Minangkabau tersebut. Tatanan ideal perempuan di Minangkabau sudah diterapkan dengan jelas dan seksama sejak dahulunya tapi mereka sudah jarang menerapkannya dan mulai mengabaikannya pada saat ini. Peranan nya sebagai bundo kanduang dan limpapeh rumah nan gadang sudah mulai tidak berfungsi lagi. Walaupun sebenarnya adat dan kebudayaan suatu kaum tidak ada yang berjalan secara eksklusif dan ideal, termasuk kebudayaan Minangkabau. Kesadaran akan hal ini juga sudah termaktub dalam pepatah lama yang mengatakan “ saka¬li aia gadang, sakali tapian barubah”.
Kenyataan bahwa masyarakat kon¬tem¬porer menunjukan kecen¬drungan untuk menjadi glo¬bal. proses  perubahan zaman terasa begitu dinamis. Tentu saja hal ini turut memengaruhi tatanan masyarakat Minang hari ini. Modernitas adalah se¬suatu yang ikut merasuki relung-relung kehidupan anak gadih Minangkabau. Batas yang tegas antara per¬ada¬ban barat dengan timur terasa begitu kering untuk dija¬dikan pondasi dalam me¬nga¬nalisis prak¬tis kehidupan perempuan Minang. Karena sejatinya, setiap gejala yang terjadi di barat sana, tinggal me¬nung¬gu persoalan waktu untuk sempai pada kehi¬dupan anak nagari Mi¬nangkabau. Misalnya saja dari cara berpakaian, cara berbicara dan cara bergaul.
Dahulu perempuan Minangkabau selalu memakai pakaian yang sopan, sikap dan perilakunya yang santun dan selalu menyegani orang orang yang lebih tua darinya baik yang ia kenal ataupun tidak dimana pun ia berada, serta dahulunya selalu  memakai baju kuruang dan tingkuluak tanduak apabila berada di rumah  gadang. Mereka selalu mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku di Minangkabau dan sangat malu apabila melanggar. Namun, saat ini seiring berkembangnya zaman dan globalisasi adat dan kebudayaan asli Minangkabau sudah berbanding terbalik hingga sudah mulai memudar, cara berpakaian perempuan Minangkabau sudah tidak seperti dulu lagi.
Baju yang dikenakan perempuan Minangkabau sudah mulai mencetak tubuh dan ketika keluar rumah sudah jarang menggunakan hijab. Sehingga apa yang dilakukan perempuan Minangkabau saat ini sudah jauh melenceng dari adat dan kebudayaan asli Minangkabau. Sikap dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh teknologi, lingkungan dan perkembangan zaman. Namun, yang jelas itu semua terjadi karena mereka tidak bisa menyaring budaya luar yang masuk ke dalam budaya Minang dan tanpa memikirkan efek samping apa yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Akan tetapi tak hanya dari segi perempuannya, hukum adat nagaripun sudah tak sehebat dulu lagi, sanksi yang sudah tidak diterapkan lagi menambah menurunnya kepatuhan terhadap adat dan kebudayaan itu sendiri. Selanjutnya, adanya ang¬ga¬pan sebagian cerdik pandai, bah¬wa adat itu sendiri sudah kehi¬langan potensi untuk me¬ngatur masyarakat modern.
Perempuan Minangkabau zaman dahulu setiap pagi dan sore hari selalu mengerjakannya pekerjaan rumah dan selalu berdiam diri di rumah sibuk dengan aktivitas yang bermanfaat seperti menyulam, memasak, pergi ke ladang dan membantu orang tuanya ke sawah. Sangat berbeda sekali dengan perempuan zaman sekarang. Zaman sekarang sudah terbit fajar saja masih ada yang belum bangun dan jika pergi bermain sudah jarang pamit kepada orang tua, pulang pun sampai larut malam tanpa memikirkan kekhawatiran orang tuanya. Dahulu orang tua mengizinkan anaknya pergi keluar rumah apabila ada keperluan yang sangat penting dan harus meminta izin terlebih dahulu, terutama kepada seorang bapak dan apabila beliau sudah memberi izin baru lah mereka keluar rumah itu pun pulang nya tak sampai larut malam, memang sangat jauh berbeda dengan perempuan Minangkabau sekarang ini.
Perempuan dalam sudut pandang adat dan kebudayaan, pasti tidak akan bisa lepas dari aturan dan norma-norma yang berlaku, setinggi apapun jabatan nya dan sekali pun ia orang yang paling berada di nagari tersebut ia akan tetap mematuhi aturan yang telah di buat oleh petinggi-petinggi Minangkabau sejak dulu nya, kecuali ia bukan asli orang miangkabau “masyarakat pendatang”.  Tantangan ke depan ada¬lah sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menghakimi setiap kejanggalan tersebut, tapi ikut serta dalam proses belajar tentang betapa kesa¬daran akan adat dan kebu¬dayaan itu bukanlah sesuatu yang omong kosong.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS