JURNALISSUMBAR| JAKARTA- Situs website prediksi khusus gempa, Ditrianum, melansir gempa bumi dalam skala besar atau disebut MegaThrust berpotensi terjadi.
Gejalanya mulai muncul bertepatan dengan Hari Valentine 14 Februari. Ditrianum dikelola peneliti gempa bumi dari Belanda, Frank Hoogerbeests.
Ramalan Frank Hoogerbeests ini dilansir www.express.co.uk Senin (11/2/2019).
Penyelarasan planet yang dimulai pada Hari Valentine membuat beberapa peneliti gempa dalam siaga tinggi.
Para peneliti karena mereka percaya bahwa getaran dahsyat "mega-thrust" sedang dalam perjalanan.
Planet Uranus, Mars, Venus dan matahari semuanya saling tarik-narik dengan Planet Bumi dan berpotensi melepaskan getaran besar.
Planet-planet akan memiliki tarik-menarik gravitasi di seluruh sistem tata surya dan akan menarik dari semua sisi di lempeng tektonik Bumi.
Perkiraan tersebut dibuat oleh situs web prediksi gempa zaman baru Ditrianum, yang dijalankan oleh peneliti Frank Hoogerbeets.
Dia berkata: "Geometri bulan kritis di kemudian hari pada tanggal 10 dan awal 11 memiliki potensi memicu aktivitas seismik yang lebih besar, mungkin ke kisaran pertengahan 6 skala, mungkin bahkan lebih tinggi.
"Secara keseluruhan, paruh kedua Februari, mulai sekitar tanggal 14 akan menjadi sangat kritis dengan potensi gempa dorong-mega antara tanggal 20 dan 28 Februari."
Namun Hoogerbeets tidak bisa memprediksi secara akurat di mana "gempa bumi dahsyat" atau megathrust ini akan terjadi. "Akan terjadi, tetapi jika itu menjadi, itu pasti akan menghancurkan setidaknya satu negara, jika tidak di seluruh dunia," tulis Hoogerbeests.
Berikut rilis resmi BMKG mengenai peringatan Megathrust di Indonesia khususnya di Mentawai
Mentawai Dekat Zona Megathrust, BMKG: Siap Pasang 50 Peringatan Dini Gempabumi di Sumbar*
BMKG, JAKARTA – Indonesia merupakan wilayah ring of fire dan berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik. Wilayah Indonesia memiliki beberapa zona subduksi/ penunjaman dan segmentasi zona megathrust.
BMKG, JAKARTA – Indonesia merupakan wilayah ring of fire dan berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik. Wilayah Indonesia memiliki beberapa zona subduksi/ penunjaman dan segmentasi zona megathrust.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema ‘Potensi dan Mitigasi Kebencanaan’, bertempat di Gedung Auditorium BMKG, Jakarta, Jumat (8/2/2019).
BMKG menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan FMB 9 kali ini.
Dijelaskan Rahmat, Indonesia memilki 295 sumber gempa sesar aktif (yang baru/sudah teridentifikasi).
“Sebelum terjadinya bencana tsunami di Selat Sunda yang terjadi akibat pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK), SOP yang ada terkait peringatan dini tsunami diberikan berdasarkan data gempa tektonik yang terjadi. Namun, sambung dia, peristiwa di Selat Sunda menjadi pembelajaran tersendiri.
“Pada dasarnya 99 % tsunami terjadi karena gempa bumi tektonik. Namun diketahui bersama, kejadian tsunami di Selat Sunda terjadi kompleksitas tersendiri. Di mana bukan dari akibat gempa bumi tektonik. Dan itu ditandakan dengan sinyalnya sangat berbeda,” katanya.
Dengan kondisi inilah, Rahmat menuturkan , BMKG telah memasang enam alat, yakni tiga di Banten dan tiga lainnya di Lampung, untuk mendeteksi dampak erupsi gunung berapi yang ada di laut.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak sudah memasang seismograf untuk mengamati dampak erupsi gunung api. Sehingga ke depan jika ada sumber getaran jelas, kita dapat mengeluarkan warning tsunami dengan basic datanya adalah magnitude dan epic,” katanya.
Perkuat Mitigasi
“ Akhir-akhir ini masyarakat Sumatera Barat diingatkan kembali akan adanya gempa bumi besar yang bersumber disekitar Kepulauan Mentawai. Seperti yang kita ketahui, telah terjadi kejadian gempabumi di Lombok pada Juli 2018, Gempa dan tsunami Palu pada 28 september 2018 yang diikuti likuifaksi di daerah Balaroa Palu dan Tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018,” imbuh Rahmat .
BMKG pun, lanjut Dia telah melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi gempabumi dan tsunami melalui Sekolah Lapang Gempa, (SLG), pemasangan sensor-snsor EEWS (Earthquake Early Warning System) yang ditempatkan di sekitar Kepulauan Mentawai yang notabene pulau terdekat dari Sumber Gempabumi (Zona megathrusht).
“Rencanannya BMKG akan menempatkan 50 sensor Earthquake Early Warning System di Provinsi Sumatera Barat,”lanjut Rahmat.
Rahmat menekankan edukasi dan mitigasi perlu dibangun dan diperkuat sinergi antar akademia/pakar, pihak swasta, masyarakat dan tokoh agama, pemerintah dan lembaga terkait.
FMB9 kali ini melibatkan narasumber Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono; Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan; Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamik, Antonius Bambang Wijanarto, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api KemenESDM, Hendra Gunawan, dan jurnalis.
Forum Merdeka Barat 9 (FMB) sendiri merupakan forum resmi sosialisasi, klarifikasi. Kontranasi,dan agenda setting program prioritas pemerintah dengan peserta para wartawan media elektronik, cetak, dan online dibawah koordinasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Kegiatan FMB 9 ini pun yang berlangsung Jumat Pagi ini di livestreamnig di media sosial twitter @infobmkg dan youtube InfoBMG, www.fmb9.id, FMB9ID (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID (Youtube).
Namun Hoogerbeets tidak bisa memprediksi secara akurat di mana "gempa bumi dahsyat" atau megathrust ini akan terjadi. "Akan terjadi, tetapi jika itu menjadi, itu pasti akan menghancurkan setidaknya satu negara, jika tidak di seluruh dunia," tulis Hoogerbeests.
0 Comments