Ticker

6/recent/ticker-posts

Ketika Hoaks Menjadi Senjata: Menjaga Persatuan di Era Digital ala Pancasila



Oleh: Insanul Kamil 

“Jika dahulu senjata utama perpecahan adalah senapan, kini cukup dengan jempol dan sinyal internet.”


Pernahkah Anda membagikan informasi yang ternyata tidak benar? Atau, pernahkah Anda merasa emosi saat membaca unggahan di media sosial, lalu menyadari bahwa informasi itu tidak berdasar? Di era teknologi digital saat ini, hoaks menyebar jauh lebih cepat daripada kebenaran. Hoaks bukan lagi sekadar informasi yang keliru, tetapi telah menjadi alat yang efektif untuk memecah belah masyarakat.

Krisis Informasi dalam Era Digital

Laporan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan bahwa sejak tahun 2019 hingga 2024, lebih dari 11.000 hoaks telah terdeteksi dan diverifikasi. Pada masa pandemi COVID-19 saja, hoaks mengenai kesehatan menyumbang lebih dari 2.000 kasus penyebaran informasi palsu.

Teknologi yang sejatinya diciptakan untuk mempercepat pertukaran informasi kini justru menjadi medan tempur opini, fitnah, dan hasutan. Siapa pun kini bisa menjadi “pemberi kabar” tanpa tanggung jawab, cukup dengan satu klik "bagikan".

Ketika Hoaks Menjadi Sumbu Polarisasi Sosial

Penyebaran hoaks bukan hanya menyesatkan, tetapi juga memecah masyarakat. Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana isu-isu politik, agama, ras, dan budaya dengan mudah menjadi bahan adu domba di ruang digital. Polarisasi sosial—yakni keterbelahan masyarakat dalam kubu-kubu ideologis yang saling bermusuhan—semakin terlihat nyata di Indonesia.

Pertanyaannya adalah:

Apakah kita sadar sedang diarahkan untuk membenci satu sama lain? Apakah kita membiarkan algoritma dan informasi palsu membentuk cara pandang kita terhadap sesama?

Pancasila: Kompas Moral di Tengah Badai Informasi

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak hanya relevan dalam urusan kenegaraan, tetapi juga sebagai panduan etika dalam kehidupan digital. Berikut keterkaitannya dengan masalah hoaks dan polarisasi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Hoaks seringkali dibumbui dengan sentimen agama. Menyebarkan kebohongan, apalagi yang mengatasnamakan Tuhan, jelas mencederai nilai spiritualitas dan kejujuran.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Hoaks sering digunakan untuk menjatuhkan martabat seseorang atau kelompok. Ini adalah bentuk ketidakadilan dan penghinaan terhadap harkat manusia.

3. Persatuan Indonesia

Polarisasi akibat hoaks menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa. Perpecahan di dunia maya bisa merembet ke dunia nyata, memicu konflik horizontal.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Demokrasi digital membutuhkan warganet yang cerdas, bijak, dan mampu berdiskusi dengan etika, bukan saling menyerang berdasarkan kabar yang belum jelas kebenarannya.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Informasi yang tidak merata dan manipulatif menciptakan ketimpangan pengetahuan, yang berdampak pada keputusan sosial-politik yang keliru oleh masyarakat.

Membangun Ketahanan Digital ala Pancasila

Untuk menjawab tantangan ini, langkah-langkah berikut dapat dijadikan pijakan bersama:

• Cek fakta sebelum membagikan. Gunakan situs resmi seperti TurnBackHoax.id atau CekFakta.com.

• Edukasi literasi digital sejak dini melalui kurikulum pendidikan dan pelatihan masyarakat.

• Dorong platform digital bertanggung jawab, dengan algoritma yang tidak hanya mengejar viralitas tetapi juga keakuratan.

• Refleksi pribadi sebelum membagikan: Apakah ini membangun atau merusak? Apakah ini mendekatkan atau memecah?

Dan yang paling penting:

Apakah konten ini selaras dengan nilai-nilai Pancasila yang kita anut?

Penutup: Pilihan Ada di Tangan Kita

Indonesia adalah negara yang besar karena keberagaman. Namun keberagaman itu dapat menjadi titik lemah jika tidak dijaga. Di tengah derasnya arus informasi, kita perlu berhenti sejenak dan bertanya dalam hati:

Apakah saya sedang menjadi bagian dari solusi, atau justru bagian dari penyebaran masalah?

Dalam dunia digital yang tak mengenal batas, Pancasila adalah kompas moral yang perlu kita hidupkan kembali. Bukan hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam setiap klik, ketikan, dan unggahan kita.

Profil Penulis

Insanul Kamil (2411512005)

Penulis adalah mahasiswa dan pemerhati isu-isu teknologi, social, dan literasi digital di Indonesia. Menulis opini serta artikel edukatif yang berfokus pada etika bermedia, kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, dan penguatan nilai-nilai Pancasila dalam ruang digital.

📍 Universitas Andalas

📱 IG: @_insnl_kml_


Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS