Ticker

6/recent/ticker-posts

Orang Tua menjadi Pelaku Pelecehan Seksual terhadap Anak Kandung: Kenali Dampaknya terhadap Anxiety Disorder pada Anak

 

Penulis :Aisyah Chairani pak





Salah satu kasus sosial yang sering terjadi di Indonesia adalah kekerasan atau pelecehan terhadap anak. Menurut Kepala Dinas P2KBP3A, I Nyoman Riang Pustaka, terdapat 44 kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2023. Masa kanak-kanak adalah masa perkembangan fisik dan kemampuan kognitif pada anak yang seharusnya mereka mendapatkan pengawasan dan perlindungan. Tapi mirisnya orang tua turut menjadi pelaku pelecehan seksual terhadap anaknya sendiri. Faktor ekonomi, hubungan keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar hingga minimnya pengetahuan dan pengendalian emosi serta hawa nafsu menjadi penyebab orang tua melakukan kekerasan pada anak.

Anak-anak yang mengalami pelecehan baik fisik maupun verbal cenderung lebih stress dan mengalami gangguan mental dibandingkan dengan anak lain yang mendapatkan perhatian dan perlindungan penuh dari orang tuanya. Pelecehan pada anak dapat berakibat buruk pada struktur perkembangan otak serta berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan mental pada saat anak tumbuh dewasa. Salah satu gangguan mental yang dialami generasi sekarang adalah anxiety disorder. Anxiety disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya mengalami perasaan takut dan cemas yang berlebihan.

Saat orang tua secara sengaja ataupun tidak sengaja melakukan pelecehan fisik maupun verbal pada anaknya, anak cenderung mengingat hal yang dialaminya dalam jangka waktu yang panjang. Kekerasan yang mereka alami akan melekat dalam ingatan mereka dan sebagian besar menimbulkan trauma yang mendalam. Sehingga anak yang mengalami kekerasan akan terus merasa takut, cemas dan khawatir (anxiety disorder) dan bahkan trauma untuk bersosialisasi dengan orang baru. Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan mental sama besar dan bahayanya dengan gelombang virus covid, sehingga perlu perhatian lebih untuk mengenali tanda kesehatan jiwa.

Timbulnya rasa cemas yang berlebihan pada dasarnya berkaitan erat dengan gangguan kecemasan yang berbeda yang meliputi gangguan kecemasan umum, gangguan panik, fobia,

gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan perpisahan dan gangguan kecemasan terhadap penyakit. Gangguan yang paling umum diidap adalah gangguan kecemasan umum dan gangguan panik. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak kedepannya, terutama anak yang mengalami kekerasan dan pelecehan. Munculnya rasa cemas dan takut dalam diri anak secara berlebihan hingga mereka tidak mampu mengontrolnya, merupakan situasi yang sangat sulit dan tidak wajar terjadi.

Gangguan mental berupa kecemasan berlebihan dalam jangka waktu yang panjang rentan membuat pengidapnya menjadi tidak semangat dalam kegiatan sehari-hari, anak yang mengalami anxiety ini cenderung lebih pasif, hingga membuat penderitanya lebih cepat lelah secara fisik atau mental. Lebih lanjut dampak gangguan kecemasan atau anxiety disorder pada anak dapat dirasakannya dalam dunia pendidikan. Menurut Shanchez, pada anak dengan usia 4-6 tahun yang pernah mengalami kecemasan umumnya memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Tetapi, sangat memungkinkan juga anak-anak mengalami masalah pendidikan dan masalah sosial yang lebih serius apabila gangguan kesehatan mental ini tidak segera diatasi.

Mengetahui dampak pelecehan seksual pada anak sangatlah buruk dan memerlukan perhatian khusus, terutama dari pihak orang tua yang seharusnya memberikan perlindungan terhadap anaknya sendiri. Tak jarang kita mendengar kasus pelecehan seksual pada anak yang dilakukan orang tua kandung bermunculan di Indonesia. Faktor penyebabnya bisa saja beragam, namun apapun alasannya tetap saja tidak dibenarkan melakukan pelecehan seksual pada anak. Karena anak pada usia dini dianggap sebagai tahap yang sulit dan mereka sedang dalam masa pengembangan kepribadian, seharusnya mereka mendapatkan asupan nutrisi, kasih sayang serta perhatian penuh orang tua dan bukan mendapatkan kekerasan.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka gangguan kecemasan yang dialami oleh masyarakat mengalami kenaikan sebesar 6,8 persen selama pandemi Covid-19. Selain itu angka gangguan depresi juga mengalami peningkatan sebesar 8,5 persen, sehingga dibutuhkan penanganan yang serius dalam mengatasi permasalahan tersebut. Khususnya adalah bagi anak- anak yang mengalami kekerasan dan pelecehan baik fisik maupun verbal yang mengakibatkan mereka mengalami gangguan kesehatan mental (anxiety disorder).

Oleh karena itu, salah satu yang menjadi cara efektif dalam mengatasi permasalahan ini adalah keluarga dan pendidikan anak usia dini. Kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi orang tua diluar sana yang mungkin sudah terlanjur melakukan kekerasan pada anak baik secara verbal ataupun fisik. Penanganan gangguan kesehatan mental yang dialami oleh anak bisa dengan cara melibatkan pihak sekolah, pihak kesehatan atau pihak yang mengerti tentang perkembangan anak secara menyeluruh dan kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh anak. Dengan melibatkan peran dari pihak-pihak yang dapat membantu permasalahan sosial ini, tentunya dapat memberikan hasil perkembangan yang positif terutama pada anak. 


Harapannya kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak ini tidak terjadi lagi dan tentunya dapat memberikan perkembangan positif pada orang tua dalam memberikan pengawasan serta perlindungan pada anak.

Referensi:

Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati. (2018). STRATEGI PARENT-SCHOOL PARTNERSHIP: UPAYA SEPARATION ANXIETY DISORDER PADA ANAK USIA DINI. 

Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Lidia Oktamariana, Fika Kurnianti. 2022. GANGGUAN KECEMASAN (ANXIETY DISORDER) PADA ANAK USIA DINI. Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Jurnal Multidisipliner Bharasumba. Volume: 01, Nomor:01, April: 2022

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS