Oleh : Citra Istihadhul Ummah Mahasiswa Agroteknologi fakultas pertanian Universitas Andalas
Keanekaragaman hayati dan plasma nutfah adalah harta karun yang tak ternilai bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Sebagai negara megabiodiversitas, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengelola kekayaan alam ini untuk mendukung ketahanan pangan, terutama di tengah ancaman perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan lonjakan populasi. . Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, degradasi lahan, dan ancaman terhadap spesies, melindungi keanekaragaman hayati dan plasma nutfah adalah tugas mendesak yang memerlukan perhatian serius.
Plasma nutfah adalah bahan genetik dari tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang digunakan untuk penelitian, pemuliaan, dan pengembangan teknologi. Plasma nutfah memainkan peran penting dalam menciptakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap penyakit, hama, atau perubahan iklim. Dengan memanfaatkan plasma nutfah, kita dapat memastikan produksi pangan yang stabil dan berkelanjutan, bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan. Sebagai contoh, melalui penelitian dan pemuliaan, kita dapat menciptakan padi yang tahan kekeringan atau jagung dengan hasil panen lebih tinggi. Langkah ini tidak hanya mendukung peningkatan produksi pangan tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan.Dengan hal itu diharapkan Indonesia mencapai swasembada pangan.
Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan Indonesia mencapai swasembada pangan dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun mendatang dengan mencetak luas lahan panen hingga empat juta hektar di akhir masa jabatannya.
Namun, potensi besar ini terancam oleh eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, konversi lahan, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pelestarian. Jika keanekaragaman hayati terus mengalami penurunan, kita akan kehilangan sumber daya genetik yang sangat penting bagi inovasi pertanian di masa depan.
Menurut Subejo adalah masifnya konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Di tengah isu perubahan iklim, konversi lahan menjadi ancaman serius dalam upaya peningkatan produksi padi sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Kondisi ini menjadi ironi mengingat kebutuhan cetak lahan sawah diprediksi terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan padi.
Untuk itu, menjaga keanekaragaman hayati dan plasma nutfah bukan hanya soal untuk melestarikan lingkungan, tetapi juga untuk strategi esensial dalam mencapai swasembada pangan. Pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat harus berjalan bergandengan tangan dalam upaya konservasi. Pendidikan dan penelitian berbasis komunitas, perlindungan kawasan lindung, serta penguatan kebijakan pemanfaatan berkelanjutan adalah langkah konkret yang perlu terus didorong.
Dengan komitmen bersama, kita dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk menciptakan ketahanan pangan yang tangguh, sekaligus melestarikan kekayaan alam untuk generasi mendatang. Keanekaragaman hayati dan plasma nutfah adalah kunci untuk menghadirkan masa depan yang berkelanjutan.
.
0 Comments