Ticker

6/recent/ticker-posts

Lucunya Orang dalam Mengambil Peran



Oleh : Deza Putra Adele ilmu Politik

 

Orang yang berpendidikan di hadikan sebuah jabatan yang strategis dalam sebuah pekerjaan. Bahkan orang yang berpendidikan tinggi bisa dijanji maniskan untuk mendapatkan kekuasaan, karna mempunyai ijazah yang dianggap legal dalam memenuhi persyaratan. Tapi anda lupa, bahwa ada orang berpendidikan juga banyak gagal dalam mengambil peran sebagai intelektual (berpendidikan)yang sebenarnya.

 

 Suatu hari, seorang berpendidikan turun dari jabatannya, karna tidak puas dengan kekuasaan yang ia dapatkan sekarang, agar dia bisa menuju kekuasaan yang paling tinggi. Sakingtingginya kekuasaan yang ingin dia kejar disetarakan dengan pemimpin akhir zaman (al Mahdi).  Lalu ia melihat seorang anak kecil mencopet di kerumunan pasar,  iri dengan pencopet. “Saya sudah lama bekerja, anda enak aja mencopet . Menyinggung perasaan gua tau, emang ga bisa meminta baik baik?”.

 

‘SAYA KAN PENCOPET BANG”

Si intelektual diam diam terdiam dalam keresahan melihat pencopet (anak kecil) dengan hasil curiannya.

 

               Pada dasarnya orang yang memiliki pengetahuan yang luas, mendapatkan pengetahuan ketika seorang tersebut melalui proses menuntut ilmu. Juga dapat dibuktikan dengan cara dia berbicara, berfikir kristis, perilakunya, bahkan dengan keresahan yang dapat kita lihat ketika dia didatangkan sebuah masalah. Orang yang berfikir kritis yang di dasari dengan ilmu pengetahuannya, akan merasakan keresahan di dalam hidupnya ketika apa yang sedang terjadi tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya.

              

               Realitas yang terjadi, hasil copet memang lebih instan dan besar apabila sudah didapatkan. Namun seperti yang kita tahu copet adalah tindakan merampas hak orang lain, bahkan ketika tidak dibatasi dengan udang undang yang ada bisa merampas hak banyak orang. Lalu tantangan yang harus dihadapi pencopet adalah penjara, itulah kosekuensi yang diterima  apabila seseorang mengambil hak orang lain.

 

               Hasil copetan akan terlihat seperti angin (dapat dirasakan tapi tidak bisa dilihat atau di ungkapkan) apabila dikerjakan bersama sama oleh orang orang yang mempunyai kekuasaan pada hal tertentu. Dengan kata lain berkerja sama yang etos dan menimbulkan scenario Angin, seakan akan hal yang terjadi itu tidak ada bahkan sesuatu yang wajar karna setiap hari angin pasti selalu ada di setiap harinya. Kekuasan yang digunakan dalam mencopet adalah hak rakyat yang di amanatkan dari rakyat kepada pemegang kekuasaan(pemimpin) untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan dalam bernegara, tapi malah digunakan dalam hal peyimpangan untuk keuntungan kelompok tertentu.

 

 Namun fenomena angin muson timur-tenggara di indonesia akan menimbulkan keresahan bagi orang yang merasakan. Karna apa yang ia rasakan sekarang adalah merampas hak banyak orang, bahkan juga merampas hak dirinya sendiri. Masak iya pada musim kemarau ada angin dingin.

 

Lantas apa arti demokrasi di Indonesia ini yang sebenarnya? Terkadang orang banyak salah kaprah dalam mengartikan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi memang menghargai setiap warga negaranya dalam hal yang besifat membangun utuk kepentingan bersama menuju kemaslahatan masyarakat. Tapi batasan demokrasi juga dapat kita ketahui, apabila seseorang melakukan tindakan yang menurutnya benar tapi menurut orang banyak itu salah, itulah yang dinamakan demokrasi. Demokrasi sendiri di batasi oleh rasa kebebasan setiap orang.

 

Namun kebebasan pencopet bukan batasan dari demokrasi, karna pencopet hanya berfokus pada kepentingan sendiri, denga kata lain keutungan satu pihak. Jadi sebagai warga Negara yang berdemokrasi kita berhak mentut atas hak yang dirampas, agar generasi pencopet tidak mengganggu nilai dekmorasi yang bersama sama kita bangun. Salam demokrasi

 

 

              

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS