Oleh : Deza Putra Adele ilmu Politik
Orang yang berpendidikan di hadikan sebuah jabatan
yang strategis dalam sebuah pekerjaan. Bahkan orang yang berpendidikan tinggi
bisa dijanji maniskan untuk mendapatkan kekuasaan, karna mempunyai ijazah yang
dianggap legal dalam memenuhi persyaratan. Tapi anda lupa, bahwa ada orang berpendidikan
juga banyak gagal dalam mengambil peran sebagai intelektual (berpendidikan)yang
sebenarnya.
Suatu hari,
seorang berpendidikan turun dari jabatannya, karna tidak puas dengan kekuasaan
yang ia dapatkan sekarang, agar dia bisa menuju kekuasaan yang paling tinggi.
Sakingtingginya kekuasaan yang ingin dia kejar disetarakan dengan pemimpin
akhir zaman (al Mahdi). Lalu ia melihat seorang
anak kecil mencopet di kerumunan pasar,
iri dengan pencopet. “Saya sudah lama bekerja, anda enak aja mencopet .
Menyinggung perasaan gua tau, emang ga bisa meminta baik baik?”.
‘SAYA KAN PENCOPET BANG”
Si intelektual diam diam terdiam dalam keresahan melihat pencopet
(anak kecil) dengan hasil curiannya.
Pada dasarnya
orang yang memiliki pengetahuan yang luas, mendapatkan pengetahuan ketika
seorang tersebut melalui proses menuntut ilmu. Juga dapat dibuktikan dengan
cara dia berbicara, berfikir kristis, perilakunya, bahkan dengan keresahan yang
dapat kita lihat ketika dia didatangkan sebuah masalah. Orang yang berfikir
kritis yang di dasari dengan ilmu pengetahuannya, akan merasakan keresahan di
dalam hidupnya ketika apa yang sedang terjadi tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya.
Realitas yang
terjadi, hasil copet memang lebih instan dan besar apabila sudah didapatkan.
Namun seperti yang kita tahu copet adalah tindakan merampas hak orang lain,
bahkan ketika tidak dibatasi dengan udang undang yang ada bisa merampas hak
banyak orang. Lalu tantangan yang harus dihadapi pencopet adalah penjara,
itulah kosekuensi yang diterima apabila
seseorang mengambil hak orang lain.
Hasil copetan
akan terlihat seperti angin (dapat dirasakan tapi tidak bisa dilihat atau di
ungkapkan) apabila dikerjakan bersama sama oleh orang orang yang mempunyai
kekuasaan pada hal tertentu. Dengan kata lain berkerja sama yang etos dan menimbulkan
scenario Angin, seakan akan hal yang terjadi itu tidak ada bahkan sesuatu yang
wajar karna setiap hari angin pasti selalu ada di setiap harinya. Kekuasan yang
digunakan dalam mencopet adalah hak rakyat yang di amanatkan dari rakyat kepada
pemegang kekuasaan(pemimpin) untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan dalam
bernegara, tapi malah digunakan dalam hal peyimpangan untuk keuntungan kelompok
tertentu.
Namun fenomena
angin muson timur-tenggara di indonesia akan menimbulkan keresahan bagi orang
yang merasakan. Karna apa yang ia rasakan sekarang adalah merampas hak banyak
orang, bahkan juga merampas hak dirinya sendiri. Masak iya pada musim kemarau
ada angin dingin.
Lantas apa arti demokrasi di Indonesia ini yang
sebenarnya? Terkadang orang banyak salah kaprah dalam mengartikan demokrasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi memang menghargai setiap
warga negaranya dalam hal yang besifat membangun utuk kepentingan bersama
menuju kemaslahatan masyarakat. Tapi batasan demokrasi juga dapat kita ketahui,
apabila seseorang melakukan tindakan yang menurutnya benar tapi menurut orang
banyak itu salah, itulah yang dinamakan demokrasi. Demokrasi sendiri di batasi
oleh rasa kebebasan setiap orang.
Namun kebebasan pencopet bukan batasan dari demokrasi,
karna pencopet hanya berfokus pada kepentingan sendiri, denga kata lain
keutungan satu pihak. Jadi sebagai warga Negara yang berdemokrasi kita berhak
mentut atas hak yang dirampas, agar generasi pencopet tidak mengganggu nilai
dekmorasi yang bersama sama kita bangun. Salam demokrasi
0 Comments