Ticker

6/recent/ticker-posts

Tabuik: Tradisi upacara masyarakat pariaman

 


Oleh : Ratih Deswita

Prodi : Sastra Minangkabau Universitas Andalas

Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan ( LMJ )

 

 

Tabuik adalah sebuah tradisi unik yang menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Pariaman, sebuah kota kecil yang terletak di pesisir barat Sumatera, Indonesia. Tradisi ini memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan identitas masyarakat lokal, dan setiap tahunnya diadakan dengan penuh kegembiraan dan pengabdian. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang Tabuik, tradisi upacara yang mempesona dari masyarakat Pariaman.

Asal Usul dan Makna

Tabuik berasal dari kata "tabut" dalam bahasa Arab yang berarti peti kayu. Tradisi ini memiliki hubungan dengan perayaan Muharram, bulan suci dalam agama Islam di mana umat Muslim merayakan peristiwa penting dalam sejarah Islam, termasuk peristiwa penting seperti perang Karbala. Di Pariaman, Tabuik menjadi bagian penting dari perayaan Muharram dan dianggap sebagai penghormatan kepada cucu Nabi Muhammad, Imam Hussein, yang gugur dalam perang Karbala.

Rangkaian Acara

Tabuik di Pariaman tidak sekadar sebuah perayaan, tetapi sebuah upacara yang dipenuhi dengan ritual dan simbolisme. Rangkaian acara dimulai jauh sebelum hari perayaan, dengan persiapan yang melibatkan seluruh masyarakat. Mulai dari pembuatan keranda, hingga persiapan pertunjukan seni dan musik tradisional, semua dilakukan dengan penuh antusiasme dan dedikasi.

Puncak acara Tabuik terjadi pada hari Asyura, tanggal kesepuluh bulan Muharram, di mana keranda-keranda tersebut akan diperebutkan dan diarak secara megah oleh para pemuda setempat. Prosesi arak-arakan Tabuik diiringi oleh alunan musik tradisional, tarian, dan nyanyian yang mengisi udara dengan kegembiraan dan kekhusyukan. Kemudian, Tabuik akan diarak ke pantai dan dilarung ke laut sebagai simbol penghormatan kepada Imam Hussein.

 

Simbolisme dan Makna Mendalam

Tabuik tidak sekadar menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam bagi masyarakat Pariaman. Prosesi arak-arakan keranda-keranda tersebut mengandung simbolisme tentang pengorbanan, kebersamaan, dan kekuatan komunitas. Setiap tahun, masyarakat Pariaman berkumpul untuk merayakan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka dan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah dan perlindungan yang diberikan kepada mereka.

Tradisi Tabuik juga menjadi momen penting untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal serta memperkuat identitas masyarakat Pariaman. Melalui partisipasi aktif dalam upacara ini, generasi muda diajak untuk menghargai dan menjaga warisan budaya mereka, sambil memperkuat rasa persatuan dan solidaritas di antara anggota masyarakat.

 

 

Tantangan dan Peluang di Era Modern

Meskipun Tabuik telah bertahan selama berabad-abad, tradisi ini juga menghadapi tantangan dari modernisasi dan perubahan sosial. Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan pengaruh budaya luar dapat mengancam kelangsungan tradisi ini. Namun demikian, Tabuik juga memiliki potensi untuk berkembang dan tumbuh dalam era modern ini. Melalui upaya pemasyarakatan dan promosi budaya, serta pemanfaatan teknologi untuk memperluas jangkauan dan apresiasi terhadap Tabuik, tradisi ini dapat tetap relevan dan hidup di tengah-tengah masyarakat Pariaman yang terus berubah.

Tabuik adalah sebuah tradisi yang kaya akan simbolisme dan makna, yang menjadi bagian penting dari identitas dan warisan budaya masyarakat Pariaman. Dalam rangkaian acara yang dipenuhi dengan kegembiraan dan kekhusyukan, Tabuik tidak hanya menjadi momen untuk merayakan peristiwa sejarah, tetapi juga sebagai wujud penghormatan dan pengabdian kepada leluhur serta kebersamaan dalam komunitas. Meskipun dihadapkan pada tantangan dari perubahan zaman, tradisi Tabuik memiliki potensi untuk terus berkembang dan tetap relevan di era modern ini, sebagai salah satu ciri khas dan kebanggaan dari budaya Indonesia.

Bentuk Tabuik:

Tabuik memiliki bentuk yang khas, yaitu berupa keranda atau peti mati yang dihias dengan indah dan megah. Keranda Tabuik biasanya terbuat dari kayu yang kuat dan ringan, kemudian dihiasi dengan berbagai ornamen dan ukiran yang melambangkan keindahan dan keagungan tradisi tersebut. Tidak hanya sekadar berbentuk keranda biasa, Tabuik sering kali dihias dengan warna-warna cerah dan motif-motif yang mencerminkan kekayaan budaya masyarakat Pariaman.

 

Penempatan Tabuik:

Tabuik tidak hanya diletakkan secara sembarangan, tetapi memiliki tempat dan penempatan yang khusus dalam tradisi masyarakat Pariaman. Sebelum prosesi arak-arakan dimulai, keranda-keranda Tabuik dipersiapkan dan dipajang di tempat-tempat yang strategis, seperti halaman-halaman masjid atau rumah-rumah ibadah lainnya. Penempatan ini bertujuan untuk memperlihatkan keindahan dan keagungan Tabuik kepada masyarakat sekitar dan mempersiapkan mereka untuk menyaksikan prosesi selanjutnya.

Fungsi Tabuik:

Tabuik memiliki beragam fungsi dalam tradisi masyarakat Pariaman, baik secara simbolis maupun praktis:

 

➢ Simbol Penghormatan: Tabuik merupakan simbol penghormatan kepada Imam Hussein dan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, terutama peristiwa Karbala. Melalui Tabuik, masyarakat Pariaman mengungkapkan rasa syukur dan pengabdian mereka kepada leluhur dan ajaran agama mereka.

➢ Simbol Kebersamaan:Prosesi arak-arakan Tabuik menjadi momen penting untuk memperkuat rasa kebersamaan dan persatuan di antara anggota masyarakat. Melalui partisipasi dalam prosesi ini, mereka merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas yang besar dan solidaritas di antara sesama terjalin dengan kuat.

 

➢ Simbol Kebanggaan Budaya: Tabuik juga menjadi simbol kebanggaan budaya bagi masyarakat Pariaman. Melalui keindahan dan megahnya Tabuik, mereka menunjukkan kepada dunia luar tentang kekayaan dan keindahan budaya mereka, serta menjaga dan melestarikan warisan budaya yang mereka banggakan.

➢ Simbol Perlambangan: Selain sebagai simbol penghormatan dan kebersamaan, Tabuik juga memiliki makna perlambangan yang dalam dalam tradisi masyarakat Pariaman. Dengan dilarungnya Tabuik ke laut, mereka mengingatkan akan siklus kehidupan yang tidak pernah berhenti, serta menyampaikan pesan tentang pengorbanan dan kehidupan yang singkat.

 

Dengan demikian, Tabuik bukan hanya sekadar sebuah objek atau upacara tradisional, tetapi juga memiliki makna dan fungsi yang mendalam dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Pariaman. Melalui kehadiran dan perayaan Tabuik setiap tahunnya, mereka menjaga dan memperkuat identitas budaya mereka, serta mengungkapkan rasa syukur dan pengabdian mereka kepada leluhur dan ajaran agama mereka.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS