oleh : Sofiarni Eka Juju
Indonesia, dengan kekayaan cadangan karbonnya yang luar biasa, terutama di hutan-hutan tropisnya, tengah menghadapi
tantangan serius yang dapat mengancam kelestarian lingkungan dan kesejahteraan generasi mendatang. Menurut data
Global Forest Watch, Indonesia memiliki sekitar 94,1 juta hektar hutan, menjadikannya salah satu cadangan karbon
terbesar di dunia. Namun, deforestasi, degradasi, dan perubahan penggunaan lahan menjadi ancaman nyata yang
mengakibatkan dampak serius terhadap perubahan iklim.
Tantangan utama yang dihadapi adalah perubahan penggunaan lahan yang menjadi sumber emisi gas rumah kaca (GRK)
dan dampaknya terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, seperti ekspansi perkebunan kelapa sawit,
pertambangan, pembukaan lahan untuk pertanian, Pembangunan infrastruktur dan industri. Selain itu, kebakaran hutan
yang sering terjadi juga dapat mengurangi cadangan karbon di Indonesia.Perubahan ini tidak hanya memengaruhi
ekosistem lokal tetapi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia dan memberikan dampak
negatif seperti penurunan kualitas udara, pengaruh terhadap keanekaragaman hayati, dan dampak buruk pada
pengembangan wilayah.
Ancaman lain terhadap cadangan karbon di Indonesia adalah perubahan iklim. Perubahan iklim dapat mempengaruhi
ketersediaan air dan suhu di hutan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pohon dan kesehatan hutan secara
keseluruhan. Jika hutan tidak sehat, maka cadangan karbon di dalamnya juga akan terancam. Oleh karena itu, pemahaman
masyarakat terhadap dampak negatif ini sangat penting. Pemerintah dan pihak terkait perlu mengambil tindakan lebih kuat
dalam mengelola lahan dan penggunaannya, serta membangun infrastruktur yang mendukung pengurangan dampak
buruk. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pengembangan energi terbarukan, pengelolaan hutan yang
berkelanjutan, dan pengurangan limbah dan polusi. Dengan demikian, cadangan karbon di Indonesia dapat terjaga dan
berkontribusi pada upaya global untuk mengurangi perubahan iklim.
Upaya penanggulangan yang diusulkan melibatkan keberagaman dan komunitas, dengan langkah-langkah konkret
seperti pengukuran biomassa vegetasi dan peran etika bisnis dalam mengurangi deforestasi. Melalui sekuostrasi, model
alometrik, dan pengukuran potensi tegakan di lahan agroforestri, pemerintah dan masyarakat dapat mengambil langkah
konkret dalam mengelola lahan dengan bijak, kunci untuk mempertahankan potensi alam dan budaya suatu wilayah.
Biosekuestrasi, atau penyerapan karbon oleh vegetasi dan tanah, menjadi solusi yang menjanjikan. Data komprehensif
mengenai biosekuestrasi dan penyerapan karbon sangat penting untuk menghitung faktor emisi dan penyerapan karbon
secara akurat selama proses inventarisasi. Meningkatnya ketersediaan data ini dapat membantu pengembangan kebijakan
yang lebih efektif untuk mitigasi perubahan iklim. Pentingnya data juga tergambar dalam inisiatif seperti REDD+ yang
memerlukan data stok karbon yang akurat untuk konservasi dan peningkatan stok karbon di kawasan konservasi.
Pemahaman yang lebih baik tentang stok karbon di hutan tropis akan mendukung upaya konservasi dan restorasi yang
lebih efektif, serta praktik pengelolaan lahan berkelanjutan.
Alternatif Energi dan Efisiensi Energi juga daga dapat menjadi Solusi dengan Beralih dari sumber energi fosil ke sumber
energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik.
Selain itu, mengadopsi teknologi yang lebih efisien secara energi di rumah, industri, dan transportasi juga dapat mengurangi
total konsumsi energi dan emisi karbon. Kedua Transportasi Ramah Lingkungan Berkelanjutan Beralih ke kendaraan listrik
atau penggunaan transportasi publik dapat mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi. Praktik pertanian yang lebih
berkelanjutan, seperti rotasi tanaman, penanaman kembali hutan, dan pengelolaan limbah organik, juga dapat membantu
mengurangi emisi dari sektor pertanian.
Perlunya Kebijakan Karbon dan Pajak Karbon sebagai Instrumen Pengendalian dengan Menerapkan kebijakan yang
memberlakukan biaya pada emisi karbon dapat memberikan insentif ekonomi untuk mengurangi emisi. Reforestasi dan
konservasi hutan juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan penyerapan karbon dioksida dari udara.
Selain itu Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon serta Pendidikan Lingkungan menjadi solusi alternatif dengan
Mengembangkan dan menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dari sumber-sumber seperti
pembangkit listrik dan industri dapat membantu mengurangi emisi. Pendidikan dan kesadaran lingkungan juga perlu
ditingkatkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak emisi karbon dan cara mengurangi jejak karbon
mereka.
Untuk itu perlu kita sadari bahwa Perubahan iklim bukan hanya ancaman terhadap lingkungan, tetapi juga keamanan
manusia. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor bisnis diperlukan untuk mengelola lahan dengan bijak,
memperhatikan sektor pariwisata dan pertanian. Melalui langkah-langkah konkret, seperti menghitung biomassa dan
menerapkan etika bisnis, Indonesia dapat beradaptasi dengan perubahan iklim sambil menjaga keamanan manusia dan
lingkungan.
Polusi udara meradang! Indonesia harus bersatu dalam menghadapi krisis karbon untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan generasi mendatang.
0 Comments