Ticker

6/recent/ticker-posts

MUSIK TRADISIONAL DALAM TANTANGAN DUNIA DIGITAL

 



Nama​: Sendy Sintia Rahmi

Nim ​: 2110742008

Jurusan : Sastra Minangkabau, Universitas Andalas

 


Manusia sekarang ini dikatakan sedang memasuki masa di mana teknologi dan perangkat elektronik tidak bisa dilepaskan dari berbagai aspek kehidupan. Berbagai kegiatan yang diperbuat sehari-hari tidak lagi dilakukan secara manual, namun dilakukan dengan perangkat-perangkat elektronik yang membantu meringankan pekerjaan, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Begitu juga dengan berbagai keperluan dan kebutuhan hidup yang bisa diperoleh hanya dengan satu perangkat elektronik, yaitu ponsel cerdas (smartphone), seperti kebutuhan akan informasi,hiburan, belanja, makan, serta bepergian. Semua serba digital. Pada masa yang serba digital seperti saat sekarang ini music tradisional Minangkabau semakin tertinggal oleh jaman. Banyak generasi muda saat ini yang lebih mengerti cara bermain gitar, bass, piano, dan lain-lain daripada cara bermain saluang, talempong, sarunai dan lain sebagainya. Jangankan untuk memainkan alat music tradisional Minangkabau, untuk mendengarkan music tersebut saja rata-rata generasi sekarang enggan. Mereka lebih memilih mendengarkan music-musik modern yang lebih gaul. Musik tradisional Minangkabau dalam perjalanannya melintasi berbagai generasi dan masyarakat. Ada yang hidup dan berkembang dengan baik, menantang atau mengikuti perkembangan zaman, namun ada pula yang telah berakhir dan punah meninggalkan nama tanpa ada pewarisnya. Bahkan ada pula yang diibaratkan hidup segan mati tak mau. Tentu saja kita tidak berharap agar warisan budaya itu hilang, tanpa bekas, tanpa pewaris, tanpa catatan, dan sebagainya. Musik tradisional adalah musik yang berkembang di daerah sekitar musik itu berasal. Musik tradisional Minangkabau adalah musik yang telah hidup dan menjadi budaya di daerah Minangkabau.

Tidak semua orang bisa memainkan musik tradisional Minangkabau ini, kecuali orang- orang yang punya keahlian di bidangnya dan tetap mempertahankan keahlian tersebut. Musik tradisional ini juga sangat enak didengarkan walaupun dipadukan dengan alat musik modern saat ini, sehingga alat musik tradisional Minangkabau ini akan selalu terjaga meskipun muncul berbagai alat musik modern lainnya.

Musik tradisional Minangkabau saat ini sudah tidak terlalu banyak digunakan lagi, oleh karena itu banyak masyarakat yang tidak mengetahui mengenai jenis-jenis dan bentuk dari musik tersebut terutama pada zaman digital sekarang ini. Hal ini terjadi karena sudah banyaknya musik modern yang sering digunakan oleh masyarakat pada saat ini. Hanya segelintir orang yang menikmati musik tradisional Minangkabau pada masa sekarang.

Sekarang ini karena sudah jarangnya yang menginginkan atau berminat memainkan musik tradisional minangkabau pembuatan alat musiknya pun sudah hampir tidak ada yang memproduksi, hal itu terjadi karena kurangnya minat generasi sekarang ini sehingga para produsen berfikir untuk apa membuat jika tidak ada konsumen itu hanya akan membuat mereka rugi biaya dan membuang-buang tenaga untuk pembuatannya. Jikapun ada yang masih memproduksi alat musik tradisional minangkabau itu rata-rata orang-orang yang sudah tua yang masih mau melestarikannya. Dan itu biasanya ada di pedesaan-pedesaan yang kebudayaan tradisionalnya masih kental contohnya di daerah Sungai Pua, Kabupaten Agam tempat pembuatan talempong. Kurangnya pengenalan musik tradisional pada generasi muda saat ini juga membuat musik tradisional kesulitan menghadapi era digital. Jika melihat ke belakang, sebelum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirubah menjadi kurikulum 2013, yang dimana kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara holistik. Dengan perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, hal ini berdampak pada perubahan mata pelajaran kearifan local. Muatan local merupakan bahan kajian atau suatu mata pelajaran yang memuat tentang potensi dan keunikan local. Sama halnya dengan mata pelajaran BAM, mata pelajaran yang mempelajari tentang pemahaman tentang lingkungan alam, social, budaya yang ada di Minangkabau. Dulu sebelum Kurikulum 2013, di tingkat dasar anak-anak diberitahu seputar budaya alam Minangkabau, termasuk di dalamnya terkait music tradisional Minangkabau. Siswa/I diajari segala hal terkait musik tradisional Minangkabau, bagaimana cara bermainnya, bagaimana bentuk alat musiknya dan lain sebagainya. Walaupun music tradisional Minangkabau tetap dipelajari di dalam mata pelajaran seni budaya, tetapi Muatan local BAM memiliki perbedaan yang sangat terlihat, muatan local BAM sangat terfokus pada pembentukan prilaku siswa agar sinkron dengan adat di Minangkabau, agar siswa/I lebih cinta dan memahami adat di Minangkabau, termasuk di dalamnya itu musik tradisional Minangkabau.

Di pendidikan dasar saja music tradisional Minangkabau tergerus, apalagi di bidang ekonomi. Padahal Indonesia menjadi salah satu pangsa pasar bagi industri musik didunia, tetapi industri musik yang sekarang banyak digandrungi oleh remaja dan sebagian masyarakat di Indonesia adalah musik yang berasal Korea Selatan, dalam pencaharian di Google Trends negara Indonesia menduduki posisi ke-5 dalam lalu lintas dunia dengan memakai istilah Korean Pop atau K-Pop. Pengenalan music tradisional Minangkabau di era digital sangatlah buruk padahal jika dimanfaatkan dengan baik dan benar sarana digital dapat membantu pengenalan musik tradisional Minangkabau ke generasi sekarang ini sehingga dapat membuat mereka tertarik pada musik tradisional Minangkabau. Agar tidak mengalami kepunahan, generasi saat ini harus mengetahui alat-alat musik tradisional lokal (Minangkabau) dan cara memainkannya melalui koleksi yang terdapat di pusat informasi. Salah satu alat telusur yang ada pada pusat informasi adalah direktori. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata direktori adalah katalog dokumen atau berkas yang berada dalam diska komputer.. Adapun alasan yang terkait dengan penelusuran alat musik tradisional Minangkabau menggunakan direktori adalah sebagai berikut:

Pertama, Sarana dalam menelusur informasi mengenai alat musik tradisional saat ini sudah tidak begitu diperhatikan lagi. Kebanyakan sarana penelusuran informasi yang ada pada perpustakaan saat ini hanya memuat bahan pustaka seperti monograf (buku) saja. Hal ini menyebabkan sulitnya pemustaka dalam menemukan informasi yang lengkap mengenai alat musik tradisional Minangkabau. Dengan adanya sarana dalam menelusur informasi alat musik tradisional Minangkabau berupa direktori ini, pengguna akan lebih dimudahkan dalam mendapatkan informasi secara langsung.

Kedua, informasi mengenai alat telusur informasi keberadaannya sulit ditemukan. Saat ini kebanyakan informasi hanya menyajikan tentang hal-hal yang bertemakan modern. Hal ini disebabkan oleh perkembangan zaman yang sudah semakin canggih dan semakin meninggalkan tradisi-tradisi adat yang ada seperti alat musik tradisional Minangkabau. Contohnya, sulitnya menemukan informasi mengenai alat musik tradsional Minangkabau dikarenakan telah berkembangnya alat musik modern, maka akses penelusuran informasi mengenai alat musik tradisional Minangkabau tidak diperhatikan lagi perkrmbangannya.

Ketiga, kurangnya pengetahuan mengenai informasi dari mana alat musik itu berasal. Kebanyakan saat ini ketertarikan pengguna hanya pada tradisi modern karena terpengaruh oleh budaya Barat. Hal ini menyebabkan ketidaktahuan bagi masyarakat mengenai alat musik tradisional Minangkabau dari mana alat musik itu berasal. Kurangnya pengetahuan mengenai alat musik tradisional Minangkabau, disebabkan karena pengetahuan masyarakat sekarang sudah mulai modern dan serba canggih, dikarenakan masyarakat lebih menyukai alat musik yang modern seperti gitar, piano, dan biola. Maka penelusuran informasi dari mana alat musik itu berasal kurang diminati dan tidak diperhatikan lagi. Oleh sebab itu dengan adanya direktori alat musik tradisional Minangkabau ini dapat memberikan kontribusi yang baru bagi sebuah perpustakaan karena pengguna akan lebih tertarik untuk menggunakan direktori daripada monograf.

Musik tradisional Minangkabau adalah musik yang telah hidup dan menjadi budaya di daerah Minangkabau. Tidak semua orang bisa memainkan music tradisional Minangkabau ini, kecuali orang-orang yang punya keahlian di bidangnya dan tetap mempertahankan keahlian tersebut. Kurangnya pengenalan musik tradisional pada generasi muda saat ini juga membuat musik tradisional kesulitan menghadapi era digital. Hal itu dapat dilihat dengan dihilangkannya mata pelajaran BAM (Budaya Alam Minangkabau) karena perubahan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ke Kurikulum 2013 yang membuat generasi muda tidak dapat mengenali music tradisional Minangkabau dengan baik.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS