Oleh : Selvi Dwi Julianti, Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Minangkabau.
Segala bentuk yang rapuh atau hampir musnah pasti memiliki upaya untuk menjaganya salah satunya adalah dengan melestarikan hal tersebut. Agar objek tersebut tetap ada dan bisa dinikmati di masa yang akan datang maka memerlukan pelestarian agar tetap berjalan dan terus berkelanjutan. Memelihara atau melestarikan dapat berlaku dalam segala aspek seperti aspek dalam kehidupan seperti aspek budaya dan bahasa, aspek alam dan lingkungan, tradisi dan warisan budaya, sejarah, dan aspek sember daya alam dan keberagaman hayati.
Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu ada jiwa melestarikan suatu objek yang penting karena peran-peran dari generasi baru sangatlah berpengaruh terhadap sesuatu yang akan kita nikmati di masa depan nanti. Tujuan adanya dari pelestarian adalah untuk menjaga dan melindungi nilai-nilai yang baik yang harus di lindungi karen hal tersebut terbilang unik, beragam, serta penting bagi masyarakat sekitar untuk dilindungi.
Kenikmatan yang sudah dirasakan oleh generasi saat ini adalah salah satu berkat tanggung jawab dari generasi-genari yang telah hidup lama. Mereka menjaganya karena menurut mereka itu sangatlah penting untuk diketahui oleh generasi yang akan datang. Upaya pelestarian itu dapat berupa hal-hal tersebut :
Konservasi alam yaitu upaya yang dilakukan adalah menjaga keberagaman hayati, melindungi ekosistem, mengurangi kerusakan lingkungan , serta memelihara lingkungan alam.
Konservasi warisan budaya upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga, memperkuat dan memperkuatnya kebudayaan tersebut dengan belajar mengenai kesenian, tradisi, bahasa, dan pengetahuan lokal agar tidak terlupakan dan hilang.
Konservasi warisan sejarah, pengupayaan yang dilakukan adalah dengan menjaga peninggalan sejarah tersebut seperti artefak, naskah-naskah kuno, bangunan bersejarah agar dapat dipelajari dan dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Pengelolaan Sumber Daya Alam, dengan melindungi hutan, air sungai, erosi tanah agar tetap berkelanjutan dan berkepanjangan dengan tidak merusak lingkungan-lingkungan alam tersebut.
Pendidikan dan Pembekalan Kepada Masyarakat, cara ini dilakukan agar manusia dapat mengelola lingkungan serta keberagamannya secara baik dengan menjadi agen pelindung alam dan memberikan pendidikan kepada masyarakat agar masyarakat tidak hanya bisa sekedar merusaknya saja.
Melestarikan menjadi nilai yang penting karena banyak dokumen, objek-objek yang ada sudah mulai hampir punah sehingga upaya-upaya pelestarian sanagatlah penting untuk dilakukan saat ini. Salah satu upaya yang digunakan adalah melakukan inventarisasi.
Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data dengan cara penghitungan, dokumentasi, dan pencatatan. Barang, aset, atau sumber daya yang dimiliki oleh suatu individua tau kelompok atau sebuah perusahaan dapat dijadikan sebuah inventarisasi. Inventarisasi sering dilakukan untuk tujuan manajemen dan akuntansi guna mengidentifikasi, mencatat, dan memantau semua aset yang dimiliki oleh suatu entitas agar dapat dikelola secara efisien dan efektif.
Penginventarisasian yang diperlukan dalam artikel ini adalah sebuah upaya untuk melestarikan sebuah warisan sejarah dan budaya yang merupakan naskah kuno dari Lampung. Naskah Kuno Lampung merupakan naskah yang berisikan sejarah dan perkembangan budaya Lampung yang ditulis dalam aksara Lampung atau yang biasa dikenal dengan Had Lampung. Pencampuran budaya yang masuk ke tanah Lampung pada saat itu telah membawa perubahan terhadap masyarakat untuk mengenal tulisan. Unsur-unsur yang terkandung dalam huruf aksara Lampung merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang berbeda yaitu kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Pencampuran kedua budaya ini menjadi hal yang menarik sehingga pelestarian perlu dilakukan agar keunikan ini tidaklah hilang dalam sesaat. Naskah-naskah kuno Lampung yang ditemukan di amankan dan dilindungi guna untuk melestarikan dengan menginventarisasikan naskah tersebut dengan mengelompokkan naskah-naskah tersebut agar dapat diketahui sejarah yang dikaji.
Huruf Aksara Lampung memiliki kemiripan dengan huruf Pallapa dalam segi penulisan namun, dalam segi pembacaan huruf ini menggunakan fathah sebagai bentuk masuknya unsur-unsur Islami di dalamnya. Naskah kuno Lampung memiliki macam jenis naskah yang diceritakan di dalamnya kisah-kisah tersebut merupakan cerita rakyat, kisah sejarah, ajaran agama, petuah dan pantun, serta berbagai bentuk naskah lainnya. Naskah kuno Lampung sering kali ditulis di atas daun lontar, kulit kayu, atau bahan tulisan lainnya, dengan menggunakan tinta yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti getah pohon atau campuran air dengan bahan-bahan organik.
Karena memiliki informasi yang penting serta nilai-nilai penting juga maka dari itu menjaga informasi yang terkandung di dalamnya sangatlah berharga agar sejarah-sejarah yang sesungguhnya tidaklah hilang dan tidak mudah diubah oleh orang lain atau negara luar yang mencoba merusak daerah itu.
Naskah kuno adalah sebuah tambang emas yang unik untuk diteliti sehingga sangatlah berharga makanya perlu dilindungi dan dijaga sebaik mungkin agar tidak mudah musnah. Karena menjaga adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Biasanya informasi-informasi yang menjadi menarik untuk diteliti adalah dengan melihat dari segi kebahasaan dan sastra yang terkandung di dalam naskah tersebut.
Namun, mempelajari kebahasaan yang terkandung di dalam naskah tersebut sangatlah sulit. Memerlukan sebuah kajian khusus yang diperuntukkan untuk membahas bahasa yang terkandung di dalamnya. Ke unikan dari penggabungan dua unsur budaya juga salah satu yang menjadi menarik peneliti untuk mengkaji naskah kuno Lampung ini. Seiring dari berjalannya waktu aksara Lampung terus mengalami perkembangan agar dapat mempermudah pembacanya dalam menerjemahkan kedalam bahasa latin.
Karena sebelumnya naskah kuno Lampung ini memiliki aksara yang sangat kuno sehingga sangat sulit untuk dipahami maka para peneliti terus melakukan penelitian untuk terus mengembangkan huruf aksara Lampung agar lebih mudah dipahami oleh peneliti-peneliti lainnya.
Namun, karen naskah kuno Lampung ini mudah rapuh dan rusak maka perlu kehati-hatian dalam meneliti serta merawatnya.
0 Comments