Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi manjalang mintuo di saat lebaran


Sintia aulia jurusan sastra daerah minangkabau 


Manjalang mintuo adalah siraturahmi kepada mertua atau ibu dari suami,tradisi ini berkembang di minangkabau sumatera barat, manjalang mintuo biasa membawakan berbagai macam makanan seperti lamang, kue, singgang dan lainya. manjalang mintuo hanya satu kali sata tahun saat hari raya idul fitri.

namun ini juga menjadi simbol keakraban kedua belah pihak antara keluarga laki-laki dan perempuan.

Karena pada acara manjalang mintuo, sang menantu tidak datang sendirian namun ditemani oleh kedua orang tua kerabat dekat lainnya. Artinya selain mempererat hubungan antara menantu dengan mertua akan tetapi juga mempererat hubungan antara besan, serta semua keluarga terdekat sang menantu. Manjalang mintuo, bagi perempuan yang baru menikah menjadi suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Bahkan, akan dinilai lebih baik jika turut mengunjungi saudara orang tua.

Jika pasangan suami istri baru pertama kali melakukan manjalang mintuo, biasanya sang istri juga membawa beberapa keluarga dekatnya untuk manjalang ke orang tua suami. Selain untuk menjaga silahturahmi, juga sebagai salah satu bentuk bakti seorang menantu kepada mertuanya di ranah minang.dan juga ada yang tidak melaksanakanya Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor seperti, faktor ekonomi, dan lain-lain.

"Mungkin saja lantaran ekonomi, namun ada juga warga yang tidak membawa rantang dan hanya mengunjungi saja, tidak masalah, tidak ada larangan, poin pentingnya adalah silaturahmi," katanya.

Ia berharap tradisi manjalang mintuo bertahan di tengah kehidupan masyarakat khususnya Minangkabau. Karena mengunjungi dan bersilaturahmi dengan orangtua yang masih hidup merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan."Kunjungilah kedua orangtua selagi mereka masih hidup. Tanpa makanan yang dibawa, tetaplah datang dan bersilaturahmi dengan orangtua," seperti itulah pesan yang di dapat.

Tapi ada yang harus di bedakan dalam hal ini, Mintuo dalam pengertian pertama merupakan orang tua pasangan atau orang tua dari suami atau istri. Dalam kamus tersebut Moussay mencantumkan frasa manjalang mintuo dan pulang ka rumah mintuo sebagai contoh.

 

Tradisi Manjalang mintuo merupakan kunjungan oleh menantu perempuan ke rumah mertuanya. Dalam kunjungan ini dibawakan penganan untuk mertua biasanya berupa singgang ayam, lamang, ataupun kue-kue.

 

Manjalang mintuo merupakan upaya menantu perempuan mengenal dan bersilaturahmi dengan mertua dan keluarga besar suaminya. Tradisi ini menjadi rutinitas bagi perempuan Minangkabau, terutama yang baru menikah di saat menjelang bulan puasa, Idul Fitri, ataupun Idul Adha.

 

Mintuo sebagai istri paman atau mamak

 

Mintuo dalam pengertian kedua berarti isri mamak atau saudara laki-laki Ibu. Kata mintuo digunakan sebagai kata sapaan atau panggilan. “Mak, ado Mintuo Emi datang mamanggia (Mak, ada Mintuo Emi kemari untuk mengundang hajatan),” begitu salah satu contoh penggunaan kata mintuo.

 

Apakah ada pertalian antara mintuo (mertua) dengan mintuo (istri mamak)? Faktanya pernikahan dengan keluarga dekat disukai oleh keluarga Minang. Pernikahan ideal bagi keluarga Minang yaitu perkawinan awak samo awak atau pulang ka bako. Seperti perkawinan antara anak kemenakan. Pulang ke Mamak artinya mengawini anak mamak, sedangkan Pulang ke Bako maksudnya adalah mengawini kemenakan Ayah.tradisi

Di dharmasraya, sumatra barat, tradisi ini masih bertahan sampai sekarang, menjadi simbol keakraban menantu dan mertua.

manjalang mintuo' atau mengunjungi mertua oleh menantu perempuan masih bertahan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dalam menyambut bulan Ramadan 1440 Hijriah.

 

Seperti halnya Tri Rahma (26) masyarakat Sikabau, di Pulau Punjung, Minggu, 5 Mei 2019, mengatakan manjalang mintuo, selain bentuk penghormatan, juga sebagai ajang mempererat silaturahmi antara menantu dan mertua.

 

Manjalang mintuo bukan hanya datang ke rumah dan saling maaf-bermaafan, tetapi kata dia disertai membawa rantang yang berisi bermacam masakan. Makanan tersebut akan dihidangkan dan dimakan bersama-sama.

"Iya hari ini mau ke tempat mertua, bawa makanan juga untuk makan bersama nanti di rumah mertua," katanya, dilansir Antara.

 

Sementara, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Jamhur Dt Jati menerangkan selain menyambut Bulan Suci Ramadan, manjalang mintuo juga kerap dilakukan pada saat setelah Idul Fitri.

 

Ia mengatakan biasanya rantang berisi masakan berupa gulai daging, rendang, ikan goreng, sambal, kue, dan berbagai macam kuliner tradisional lainnya.

"Saat ini masih banyak warga yang menjalankan tradisi manjalang mintuo sebagai bentuk penghormatan antara menantu dengan mertua," katanya.

 

Meski tradisi tersebut sudah menjadi turun-temurun dalam masyarakat Minangkabau, ia juga tak menampik jika ada sebagian dari masyarakat yang tidak melaksanakan. Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor seperti, faktor ekonomi, dan lain-lain.

 

"Mungkin saja lantaran ekonomi, namun ada juga warga yang tidak membawa rantang dan hanya mengunjungi saja, tidak masalah, tidak ada larangan, poin pentingnya adalah silaturahmi," katanya.

 

Ia berharap tradisi manjalang mintuo bertahan di tengah kehidupan masyarakat khususnya Minangkabau. Karena mengunjungi dan bersilaturahmi dengan orangtua yang masih hidup merupakan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.

"Kunjungilah kedua orangtua selagi mereka masih hidup. Tanpa makanan yang dibawa, tetaplah datang dan bersilaturahmi dengan orangtua," dia menambahkan.

Artinya manjalang mintuo adalah sebuah kebudayaan tradisional minangkabau yang mempunyai banyak nilai positif tentang keadaan sosial di masyarakat tanah minang.

Maka dari itu tradisi ini tidak boleh hilang di buminya sendiri.karena pengaruh barat saat ini menjadi ancaman yang cukup besar terhadap punah nya kebudayaan kita.

Jadi tugas anak muda sekarang selalu melestarikan apa yang kita punya.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS