Bersyukur, pada hakikatnya ialah mengakui dengan sadar, bahwa nikmat-nikmat yang telah kita terimanya selama ini adalah berasal dari Allah SWT, mengakui dengan disertai tawaddu', dan kecintaan kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT di bawah ini :
*وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ*
*Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur* (QS. An-Nahl Ayat : 78).
Rasulullah SAW adalah umat yang paling mengenal Allah SWT dan paling takut, namun sekaligus Beliau adalah umat yang paling bersyukur kepada Allah SWT. Dalam hadist shahih dari sahabat Mughirah bin Syu'ban RA, beluau berkata :
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
*Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwasannya Nabi SAW. melaksanakan shalat hingga kedua mata kakinya bengkak. Lalu dikatakan kepadanya : "Mengapa engkau membebani dirimu, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang ?” Beliau menjawab : “Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur ?"* (HR. Muslim).
Iblis dalam hal ini tidak tinggal diam. Sasaran utama iblis ialah mematahkan amalan bersyukur ini. Iblis mengetahui bahwasanya amalan bersyukur adalah merupakan amalan yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi. Godaan iblis ini tertuang dalam surat Al-A'raf, ayat 17, yaitu :
*ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ*
*Kemudian saya (Iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka yang bersyukur (taat)* (QS. Al-A'raf Ayat : 17).
Konsep dan nanifestasi syukur ialah diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
*Diyakini dalan hati* : bentuknya adalah keridhaan dan kecintaan ; *Diucapkan dengan lesan* : bentuknya adalah dengan memuji dan mengakui; Sedangkan *Dibuktikan melalui perbuatan* : bentuknya adalah ketaatan dan kepatuhan.
Allah SWT menjamin, bahwasanya tidak ada alasan untuk mengadzab hamba-Nya, selama mereka masih beriman dan bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diterima. Sebagaimana Firman Allah SWT di bawah ini :
*مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا*
*Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui* (QS. An-Nisa' Ayat : 147).
Semoga sekelumit renungan di pagi ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin YRA
0 Comments