Ticker

6/recent/ticker-posts

PENTINGNYA GELAR BAGI LAKI-LAKI MINANG



Oleh : Miranti, Mahasiswi Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Minangkabau 



Gelar atau gala diberikan kepada laki-laki Minangkabau yang telah menikah. Dalam pepatah yang terdapat di Minangkabau, ketek banamo gadang bagala ‘kecil bernama besar bergelar’, pepatah tersebut menyatakan bahwa orang Minangkabau sewaktu kecil diberi nama oleh orang tua dan ketika dewasa diberi gelar oleh kaum. Hal tersebut, berlaku bagi anak laki-laki di Minangkabau. Setelah pemberian gala, nama bagi seorang laki-laki yang telah menikah di Minangkabau dianggap telah tiada, karena dalam kehidupan sehari-hari gala itu yang digunakan dirumah istrinya. Gala sumando merupakan gala dari kaum yang diberi oleh mamak dari garis keturunan ibu atau juga dapat diberikan oleh bako yaitu keluarga dari garis keturunan ayah.

Di Minangkabau, ada tiga jenis gelar yang diberikan kepada kaum laki-laki, yaitu gala Sako, gala Sangsako dan gala Muda. 

1. Gala Mudo merupakan gelar yang diberikan kepada semua laki-laki Minang yang menginjak dewasa yang pemberiannya pada saat upacara pernikahan. Yang berhak memberi gelar mudo adalah mamak (paman) dari kaum “marapulai” atau pengantin pria, namun boleh juga dari kaum istrinya. Gelar ini sering dikaitkan dengan ciri, sifat dan status penerima.

2. Gala Sako merupakan gelar pusaka kaum yaitu gelar datuk, pangulu atau raja. Raja di Minangkabau disebut Pucuak Adat. Gala sako adalah gelar turun temurun menurut garis ibu. Tidak boleh diberikan kepada orang yang bukan keturunan menurut adat Minangkabau.

Gelar datuak atau pangulu diberikan kepada laki-laki dalam kaum atau suku yang dinilai mampu untuk memimpin kaum. Karena datuk / pangulu adalah jabatan tertinggi dalam kaum yang mempunyai kewenangan dan hak memimpin kaum. Proses pemilihan datuk/pangulu sangat demokratis melibatkan seluruh anggota kaum.


3. Gala Sangsako merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang berjasa, berprestasi yang mengharumkan Minangkabau, agama Islam, bangsa dan negara serta bermanfaat bagi warga Minangkabau.

Gala sangsako hanya boleh dipakai si penerima penghargaan, tidak dapat diturunkan kepada anak atau kemanakan. Apabila yang menerima meninggal dunia, gala kembali kedalam aluang petibunian atau kepada pemberi gelar.

gelar bagi lelaki Minang yang sudah menikah tidak terlalu banyak variasinya. Yang cukup sering terdengar adalah gelar seperti Sutan Sati, Sutan Batuah, Sutan Bagindo, Sutan Marajo, Sutan Pamuncak, Sutan Parmato, Sutan Pangeran, Sutan Kayo, Sutan Mudo, Sutan Palindih, dan sebagainya.

Namun ada juga beberapa gelar yang agak jarang terdengar dan bernama unik, seperti Sutan Rajo Angek Garang (raja yang hangat dan garang). Ada pula yang diberi gelar Sutan Rajo Ameh (raja emas). Bahkan, konon ada yang bergelar Sutan Rajo di Langik (raja di langit), dan Sutan Suko di Ateh (suka di atas).

Tentu ada maknanya kenapa lelaki dewasa diberi gelar. Di samping sebagai sebuah penghormatan akan kedewasaannya, juga tersirat agar si pemegang gelar senantiasa memelihara perangainya, jangan lagi bertindak seperti anak-anak atau remaja. 

Dengan dipanggil nama gelarnya, seorang laki-laki diharapkan selalu ingat dengan tanggung jawabnya sebagai seorang suami yang sekaligus sebagai kepala keluarga. Justru kalau ada temannya yang masih memanggil nama kecilnya, bisa dianggap sebagai pelecehan.

Post a Comment

0 Comments


SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS